Share

Gadis Bodoh Di Taman

Jika dia jodohmu, seberapa kamu berlari pasti bertemu lagi.

Jika dia jodohmu, seberapa kamu menyangkal itu adalah kenyataannya.

Jika dia jodohmu, seberapa kamu tak menginginkan dia ada di sebelahmu.

Jika dia jodohmu, seberapa kamu menjauh, dia akan mendekat.

Sebab,

Jodoh sudah digariskan Tuhan kepadamu, Nak!

Sebelum kamu melihat dunia ini.

***

Tepat pukul 11 malam Aji sampai di rumahnya. Malam minggu yang seharusnya menjadi hari bahagianya malah hanya bisa mengajak kekasihnya pergi makan dan nonton film.

Untung saja besok hari libur. Sehingga ia bisa pulang ke rumah pada waktu dan jam kapan saja. Kedua orang tuanya juga sedang berbisnis di luar negeri.

Keduanya berangkat sehabis datang di acara pernikahannya. Orang tua Aji juga tak menaruh rasa curiga mengapa yang menjadi pengantin perempuan bukan Ariani. Sehingga hal itu membuat Aji agak bisa bernapas.

Aji pun langsung menuju ke garasi, begitu satpam sudah membukakan pintu gerbang. Mobilnya langsung dibawa dengan perlahan. Ketika ia melewati taman, Aji dapat melihat istrinya masih tertidur di salah satu bangku taman.

"Dasar bodoh!" desisnya pelan. Ia mengamati istrinya yang nampak menikmati kegiatan tidurnya itu.

"Apa dia memang senang tidur di tempat terbuka seperti ini? Memang kelakuan kampungan selalu ditunjukkan," ucap Aji lagi.

Dengan wajah yang menahan sedikit amarah dia segera menuju ke garasi. Setelahnya Aji melangkah panjang-panjang untuk menghampiri istrinya tersebut.

Aji pun mengusap wajahnya dengan gusar. Mengapa ada satu perempuan merepotkan?

"Hei, perempuan kampung bangun! Kau salah tempat tidur!" Aji membangunkan Natasha dengan gerakan yang lumayan.

Sayangnya Natasha hanya diam dengan masih tidur. Seolah tak menanggapi apa yang dikatakan oleh Aji.

"Astaga ucapanku barusan sepertinya salah," ujar Aji di dalam hati. Dia mengingat bagaimana ucapannya yang kelewat ketus dan kasar ketika membangunkan orang.

Rasanya dia tak boleh berkata demikian. Natasha juga manusia. Meskipun mereka menikah karena kesalahan, seharusnya dia tetap menghormatinya.

Aji terdiam. Ia menunggu apa yang akan terjadi. Takut sekali dia akan melukai hati orang di depannya itu.

Ia juga sudah lelah. Berkencan dengan Ariani menghabiskan banyak waktu. Tapi ia senang. Ditambah pagi tadi adalah acara pernikahan tergagal yang pernah terjadi. Menurutnya.

Hening. Lama. Tak ada tanda-tanda Natasha akan bangun dari tidurnya. Sang putri audah terlelap terlalu lama. Dan cara Aji membangunkannya juga tak berarti apa-apa.

"Nat... Natasha... Bangun lah. Ini bukan kasur. Ini taman. Kamu bisa sakit jika terlalu lama berada di luar," ucap Aji perlahan. Ia tak boleh membuat suara gaduh.

Tak ada yang berubah. Natasha masih tetap dengan posisinya yang sama. Aji menaikkan letak kaca matanya. Rasanya lucu melihat polah yang dilakukan istrinya itu. Tanpa sadar sudut bibirnya sedikit terangkat.

"Nat, bangun..." Aji mencoba lagi untuk membangunkan sang istri.

Natasha nampak mengulet sedikit. "Iya bentar lagi. Lima menit lagi," ucapnya tak sadar.

"Dasar anak manja," kata Aji di dalam hati.

Istrinya terlihat tidur pulas lagi. Seolah tak ada hal apapun yang membuatnya terganggu.

Mau tak mau Aji harus melakukan sesuatu hal. Tak mungkin dia meninggalkan sang istri di taman sendirian. Sampai pagi.

Maka dengan gentleman, Aji membopong Natasha dengan tangannya sendiri. Tak enak hati juga apabila dia meminta orang lain membantu membawa sang istri ke kamar. Hari sudah larut malam.

Perlahan tapi pasti, Aji berjalan menuju rumahnya. Dia berusaha untuk tidak membuat suara gaduh yang dapat mengganggu sang istri. Rasanya kasihan juga membangunkannya. Apalagi dengan cara yang tak manusiawi seperti tadi.

Aji pun menghembuskan napasnya. Membawa Natasha di kedua lengannya rupanya sedikit membuatnya pegal. Tapi entah mengapa ia senang saja membawa Natasha seorang diri.

Ketika menaiki anak tangga, tanpa sadar Aji melihat wajah Natasha yang sedang tertidur.

"Jika dilihat dari dekat, cantik juga bocah ini," ucap Aji di dalam hati.

Dari balik kaca mata minusnya, Aji dapat melihat Natasha yang notabenenya tidak terlalu jelek untuk seorang wanita. Hanya saja mukanya terlalu natural saat ini. Sehingga menimbulkan kesan sederhana.

Apabila bersolek sedikit, Natasha akan lebih cantik ketimbang Ariani.

Aji menidurkan Natasha di atas kasur. Sebelumnya dipandangi wajah ayu istri tanpa sengajanya itu.

Wajahnya semakin dekat. Entah dorongan apa yang membuatnya tak terkontrol. Natasha membuatnya lupa sebentar tentang dunianya.

Rasanya ia ingin menyentuh bibir tipis yang penuh berwarna peach itu. Matanya tak dapat menjauh dari bibir istrinya.

Dekat.

Semakin dekat.

Sudut bibirnya sudah menyentuh ujung bibir Natasha. Aji tak dapat memungkiri pesona Natasha tak terelakkan.

Cup.

"Shit! Apa yang sudah kulakukan?" Aji langsung memundurkan tubuhnya.

Punggungnya menghantam tembok perlahan. Aji sudah mencium bibir istrinya. Dan sebentar lagi dia akan melumatnya. Untung saja dia cepat tersadar.

Jika tidak malam ini pasti akan terjadi hal yang tidak diinginkan. Dan hubungannya dengan Natasha pasti akan segera berakhir. Aji tak mau hal itu terjadi.

Natasha masih tertidur. Untung saja dia tak bangun. Jika bangun urusannya akan lain.

Sial.

Natasha sedikit bergerak. Dan gerakannya malah membuat sebagian tubuhnya terekspos. Aji menelan salivanya cepat. Istrinya itu nampak menggodanya.

"Baiklah kalau dia menantang akan aku tanggapi sedikit," ucapnya di dalam hati.

Ia segera menghampiri istrinya yang tengah tertidur itu. Dikecupnya bibir tipis sang istri dengan perlahan. Lama-kelamaan istrinya menanggapi dengan penuh kesenangan. Membuat adrenalin Aji berpacu dengan cepat.

"Main sedikit gapapalah ya. Udah sah juga," Aji memamerkan smirk nakalnya saat melihat kedua tangan Natasha dikalungkan di atas lehernya.

Aji pun melucuti pakaian Natasha secara perlahan. Masih dengan bibir yang menangkup sang istri tanpa ampun. Rasanya manis dan kenyal bibir milik Natasha. Seolah belum ada yang menjamahnya.

Melihat hal itu Aji tersenyum dan semakin bersemangat. Setelahnya Aji menanggalkan sendiri pakaiannya. Saat sudah penuh dengan bibir Natasha Aji ingin mencoba hal lainnya. Dibukanya celana satu-satunya sang istri. Dan Aji benar-benar kaget. Salivanya diteguk dengan kasar.

"Astaga apa yang sudah kulakukan?" Aji menyadari apa yang sudah dilakukannya. Dia segera melepaskan pagutannya. Hampir saja terjadi.

Natasha langsung dibenahi lagi posisinya tidurnya. Kaca matanya ditaruh di atas meja nakas asal. Natasha baru saja membuatnya goyah.

"Bagaimana kalau dia hamil?" Aji bertanya di dalam hati.

"Aku kan sudah menjadi milikmu. Lakukan apa yang kamu inginkan." Natasha berbicara tanpa sadar dalam tidurnya.

Aji segera bangun dari atas kasur. Secepatnya dia memakai pakaiannya lagi.

"Untung masih bisa dikontrol. Jika tidak bisa runyam semuanya. Sepertinya aku harus mulai berhati-hati sekarang," katanya di dalam hati.

Aji lalu pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Hampir saja kejadian tak terduga terjadi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status