Share

Masih Mencintaimu

"Kamu bakalan gimana sekarang, Ji?" tanya Ariani sambil menatap ke arah Aji yang mereka kini tengah duduk di salah satu meja.

"Aku tetep pilih kamu, Sayang." Aji berkata mantap.

Mereka kini berada di salah satu restoran cepat saji. Mereka duduk di salah satu bangku yang berada di pojok lantai dua. Agar tak ada suara berisik ataupun pengganggu yang tiba-tiba datang.

Ariani sejak datang sampai saat mereka makan pun menatap mata kekasihnya dengan teduh. Sejujurnya apa yang dilakukan keduanya salah.

Tapi rasa cinta itu yang masih membawa keduanya untuk tetap berada di tempat ini. Di malam pernikahan Aji dan Natasha.

Cinta itu masih tetap ada. Meskipun status keduanya sudah berbeda.

"Tapi kan kamu sudah punya istri, Sayang. Sorry, maksudku Aji," kata Ariani meminta pendapat.

Aji menggelengkan kepalanya. Ia kemudian menangkup wajah Ariani. Ia dapat melihat bahwa kekasihnya itu tengah dirundung kesedihan dan kekecewaan. Kisah yang pilu.

"Harusnya kan istri aku itu kamu, Rin. Memang kesalahan fatal," ucap Aji. Ia kemudian menaikkan letak kaca matanya yang sedikit melorot.

"Mungkin memang takdir Tuhan, kita tidak bersama," ucap Ariani sambil menunduk.

Rasanya sangat menyakitkan apabila mengingat apa yang terjadi. Kekasihnya yang seharusnya meminangnya tepat di hari jadian mereka, malah salah menikah. Apa ada yang lucu dari kisah keduanya?

"Persetan dengan takdir. Kamu tetap milikku hari ini atau kapanpun." Aji berkata dengan tegas. Digenggamnya kedua tangan Ariani dengan sungguh-sungguh. Rona wajahnya seolah tak ada rasa ragu sedikitpun.

"Lalu bagaimana dengan istrimu, Ji?" tanya Ariani.

Aji nampak berpikir. "Kalau waktunya sudah tepat aku akan menceraikannya. Dia pasti juga merasa tertekan dengan pernikahan konyol ini," ucap Aji.

"Kasihan juga dia. Baru saja menikah sudah berencana bercerai,"

"Daripada makin lama, makin nggak jadi,"

"Jangan bilang kamu berencana menyukainya," ucap Ariani setengah menggoda.

"Tidak lah. Mana mungkin. Hanya kamu seorang yang aku sayangi,"

"Halah jago gombal sekarang,"

"Makanya kamu harus bilang sayang terus ke aku. Biar aku nggak berpaling ke perempuan lain,"

"Aduh!"

Aji setengah berteriak. Ariani mencubit pipi kanannya dengan tenaga yang lumayan.

Aji langsung memegang pipinya yang sedikit menimbulkan bekas berwarna kemerahan.

Cup!

"Apaan sih, Sayang!" Ariani nampak mupeng ketika Aji tiba-tiba saja mencium sudut bibirnya.

Ia pun langsung mencubiti kedua tangan kekasihnya. Rasanya memalukan dicium sembarangan di tempat umum.

Meskipun hatinya senang juga sudah diperhatikan dengan penuh cinta oleh kekasihnya. Aji memang selalu memberikan kasih sayangnya pada Ariani.

"Tuh lihat ke atas awan. Sini di deket aku," ucap Aji menunjuk langit.

Ariani melihat apa yang dikatakan Aji. Aji memang senang membawa kekasihnya itu untuk makan di rooftop. Selain menghindari keramaiaan. Aji selalu ingin melihat konstelasi bintang favoritnya itu.

"Mana rasi orionnya, Sayang?" Ariani bertanya sambil celingukkan.

Aji langsung tersenyum. Ariani memang sejak pertama mereka jadian selalu tak dapat membedakan konstelasi bintang favoritnya.

Aji langsung menunjuk dengan tangannya. Ariani pun segera melihat ke arah sang kekasih untuk melihat bintang favorit Aji.

"Nggak kelihatan."

"Lah, memang belum waktunya muncul,"

"Dasar, Orion playboy!"

"Loh, kok gitu? Kan cuma kamu yang aku sayang,"

"Nyatanya nikah sama perempuan lain,"

"Itu nggak sengaja, Sayang. Kan kamu sendiri yang melihat semua kejadiannya tadi. Dari awal sampai akhir,"

Aji lalu menarik tangan Ariani dengan lembut. Ariani pun hanya mengikuti apa perintah Aji.

Ia lalu duduk di sebelah Aji. Kepalanya menyandar ke bahu kekasihnya dengan perlahan. Aji meresapi apa yang tengah terjadi itu. Rasanya ia ingin menghentikan waktu.

"Orion kan memang banyak yang suka. Tapi kan sayangnya cuma satu sama istrinya itu,"

"Tapi kan istrinya udah mati," jawab Ariani murung.

Aji dapat menangkap ekspresi sedih dari kekasihnya itu.

"Nggak gitu juga dong penggambarannya, Sayang. Itu kan hanya kisah mitos Yunani. Kan kamu yang di dekatku masih nyata, ada, dan masih bernapas, kan ya," ujar Aji membesarkan hati Ariani.

"Jadi kamu senang kalau melihat aku mati gitu?" tanya Ariani.

"Kok gitu. Enggaklah. Aku senangnya kalau melihat kamu masih hidup. Kan kita bisa bersama, kayak gini, makan bareng, ketawa bareng," jawab Aji. Kekasihnya itu memang paling senang merajuk.

Ariani tersenyum puas. Aji memang selalu dapat membuatnya senang. Dirinya yang terkadang tak terkendali selalu dapat dilunakkan oleh Aji. Kekasihnya itu memang laksana air yang selalu dapat menyejukkan hati.

"Udah marahnya, Sayang?" tanya Aji sambil mengusap puncak kepala Ariani dengan sebelah tangannya.

"Ih, nyebelin banget sih," ucap Ariani sambil mencebikkan bibirnya. Ia berusaha untuk membuat Aji melihat ekspresinya.

"Biar kamu tambah sayang sama aku," ucap Aji bangga.

Ariani langsung menonjok lengan kekasihnya. Aji hanya meringis dengan apa yang sudah dilakukan Ariani. Asalkan kekasihnya bahagia.

"Kamu beneran masih mau pacaran sama aku? Terus istri kamu nganggur di rumah dong tiap hari," ucap Ariani. Kali ini sepertinya ada raut serius dari kedua matanya.

"Ya nggak papa. Lha kamu mau apa enggaknya kok?" Aji menjawab semua yang dirasakan oleh Ariani apa adanya. "Aku juga belum nyentuh dia sama sekali. Ini tadi habis nikah aku langsung mandi dan ketemu sama kamu kok. Nggak ada niat buat nyentuh juga,"

"Aku sih ikut saja apa maunya kamu, Sayang. Pokoknya apapun yang akan kamu lakukan aku pasti akan bilang 'iya'. Oke," ujar Ariani.

"Gimana kalau kita nonton aja. Mumpung masih jam segini. Kayaknya masih ada film yang tayang. Nanti biar pas balik langsung tidur aja." Aji mengajak Ariani.

"Awas ya jangan macam-macam kalau sampai di rumah," ancam Ariani.

"Iya janji."

Aji lalu berdiri dari tempat duduknya. Ariani lalu menggandeng tangan kekasihnya itu dengan penuh semangat. Nonton film adalah kegiatan paling dia sukai.

Aji nampak bahagia sekali malam ini. Ia seolah melupakan bahwa di rumahnya masih ada sang istri yang menunggu kepulangannya.

Mau bagaimana lagi. Pernikahan yang dilakukan oleh keduanya memang bukan pernikahan atas dasar cinta. Melainkan pernikahan yang terjadi karena sebuah kesalahan.

Aji saja tidak pernah mengenal Natasha. Tiba-tiba saja hari ini ia sudah menjadi istri sahnya.

"Masuk, Sayang," ucap Aji setelah mobilnya sampai di hadapan Ariani.

Ariani pun mengangguk. Ia lalu masuk dengan perlahan bak putri raja. Ia takut roknya menjadi kusut karena masuk dengan sembarangan ke dalam mobil.

Tak lupa ia memakai sabuk pengamannya. Ariani seperti kebanyakan perempuan saat masuk ke dalam mobil, ia lalu merapikan rambut sebahunya. Seperti biasa kaca spion tengah dia pergunakan.

Aji melirik sedikit dari balik kursi kemudi. "Udah cantik. Nggak usah dandan lagi. Nanti kalau banyak yang naksir aku yang bingung ngusirnya," ucapnya sambil tersenyum.

Ariani hanya tersipu malu dengan apa yang dikatakan oleh kekasihnya itu. Setelahnya mobil Aji perlahan pergi dari restoran cepat saji.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status