Share

Part 7

Author: Sriayu23
last update Last Updated: 2022-07-19 14:46:42

"Mbak Elin!"

"Astagfirulloh, kenapa sih, teriak-teriak."

Suara cetar Aish menyadarkanku dari lamunan. Kembali ke rumah, malah mengingatkanku pada memori indah selama enam tahun ini, bersama Mas Wisnu.

"Lagian ngelamun Mulu. Mulai di perjalanan, sampai di rumah, masih aja ngelamun. Tenang ajah, Mas Wisnu pasti pulang," tegur Aish.

Sejak siang, sampai malam ini, bayangan Mas Wisnu dan kejadian kemarin, masih terekam jelas di ingatan. Rasanya seperti mimpi. Aku ingin bangun dari mimpi buruk ini, akan tetapi, semuanya memang sudah terjadi. Bukan khayalan apalagi bunga tidur.

"Apa iya, Aish?"

"Iya. Dia kelihatannya masih sayang sama Mbak. Tapi kenapa mendua, yah? sepertinya, ada misteri yang harus kita pecahkan, Mbak."

"Misteri?"

"Iya. Dari ucapan dan tatapan Mas Wisnu sama Ibunya, Aish yakin, ada yang tidak beres tentang pernikahan Mas Wisnu dan Aida."

"Hal yang tidak beres apa, Aish?"

"Ya, mana Aish tahu. Ini baru dugaan. Mangkanya, kita cari tahu."

"Bener juga, sih. Terus Mbak harus apa?"

"Haduh, nanya mulu."

Aish menyambar toples berisi makanan di atas meja. kedua kakinya, nangkring di atas sofa. Anak itu, memang tidak jelas. Bukannya, menjawab, malah menghabiskan makanan di rumahku.

"Aish, jawab pertanyaan Mbak."

"Santai, Mbak. Aish sudah mempersiapkan rencana hebat untuk menyambut tamu spesial kita. Mbak cukup berakting seakan semuanya baik-baik saja."

Tok!  tok! tok!

"Tuh, tamu kita sudah datang."

Tanpa basa-basi, aku berdiri dan menuju pintu depan. Membukanya , untuk mengetahui, siapa gerangan yang datang.

"Mas wisnu."

"Neng." 

"Hei, Elina."

Senyumku pudar saat mengetahui, Mas Wisnu membawa serta gundiknya ke sini. Dasar suami tidak punya hati. Aku menyuruhnya pulang sendiri ke sini untuk menjelaskan masalah kami. Dia malah membawa pelakor.

"Ngapain kamu bawa Aida ke rumah kita? ini rumah kita berdua. Haram dimasuki wanita penggoda seperti dia."

"Elina, kamu harus menerima kehadiranku. Bagaimanapun, aku adalah istrinya Mas Wisnu," ujar Aida dengan bangga.

"Tidak, aku tidak ikhlas jika kakimu masuk ke dalam rumah ini."

"Terserah. Toh, ini rumah Mas Wisnu juga. Dia bebas mengajakku ke sini."

"Mas, suruh dia pulang."

"Neng, tolong dengarkan penjelasan Mas. Ayok, kita masuk. Aida harus tinggal di sini untuk sementara."

"Gila kamu, Mas. Tidak serumah saja, hatiku sakit sekali. Apalagi kami harus serumah. Sama saja, kamu membunuhku secara perlahan."

"Bukan gitu, maksud Mas, Neng."

"Halah, dasar para penghianat."

Tanganku langsung meraih rambut Aida yang tergerai. Aku jambak sekuat tenaga. Dia ikut membalas. Aku pelintir tangannya ke belakang punggung, agar dia tidak terus-terusan menarik kerudungku.

"Lepaskan, Neng. Jangan seperti ini." 

Mas Wisnu berusaha melerai kami. Namun, emosi tingkat dewa, membuat diriku tidak terkontrol. Rasa kesal dan kecewa meledak sempurna. Sekuat apapun menahan amarah, tetap saja, aku hanya manusia biasa yang mempunyai batas kesabaran.

"Mbak, berhenti!"

Aish langsung menarikku. Hampir saja, Aida terjengkang, jika Mas Wisnu tidak memeganginya. Si*l, Suamiku malah lebih mementingkan istri keduanya.

"Jangan halangi Mbak, Aish. Sakit hati Mbak karena perbuatan mereka. Biar saja, perempuan itu babak belur." 

Aida menatapku ketakutan. Dia malah bersembunyi di belakang tubuh Mas Wisnu. Dasar, perempuan tukang cari perhatian. Jika tidak ingat dosa, sudah tepar dia di tanganku.

"Mbak, dengarkan Aish. Ingat, kita harus tenang. Kuasai emosi, jangan sampai Mbak menyesal karena dipengaruhi amarah. Serahkan, pada Aish," bisik Aish sambil merangkulku.

Aku berusaha mengatur emosi. Jangan sampai, hidupku makin hancur karena tidak bisa mengontrol amarah.

"Mas Wisnu, Mbak Aida. Maafkan Mbak Elina, dia hanya syok dan butuh adaptasi. silakan masuk dulu. Gak enak malam-malam gini ribut," nasihat Aish pura-pura bijak.

"Mas tidak suka dengan sikap bar bar kamu Neng, kaya anak kecil saja," cerca Mas Wisnu.

Aku hanya tersenyum sini mendengarnya. Apa dia tidak sadar, sikapku begini karena ulahnya sendiri.

"Ayok Mas, kita masuk. Aku takut," rengek Aida mengeratkan genggamannya.

"Ayok."

Mas Wisnu melewatiku. Dia sengaja menggandeng tangan Aida. Matanya, memancarkan kekesalan padaku. Sikapnya, menjadi tamparan yang sangat menyakitkan untukku. Sedangkan Aida, tersenyum penuh kemenangan.

"Tuh, pelakor makin berkuasa. Mas Wisnu jadi ilfil sama Mbak. Mangkanya, pake cara halus. Belum saatnya baku hantam," lirih Aish saat mereka sudah masuk ke dalam.

"Kamu gak tahu rasanya jadi Mbak Aish."

"Aish tahu rasanya jadi Mbak. Kita ini sedarah, apa yang Mbak rasakan, akan sampai juga ke hati Aish. Kali ini saja, ikuti cara Aish. Aish gak rela kalau mereka terus menyakiti Mbak."

"Baiklah. Katakan, Mbak harus apa?"

"Minta maaf sama mereka. Sementara itu, Aish akan siapkan hadiah buat mereka."

"Hadiah apa?"

"Nanti Mbak juga tahu. Percaya sama Aish."

Aku hanya terdiam tanda pasrah. Pikiran sudah buntu, biarlah kali ini, Aish yang beraksi.

"Ayok ikut, Aish. Akting yang bener." 

Aish manarikku menuju ruang tamu. Mas Wisnu dan Aida sudah duduk di sana. Aida makin memanfaatkan kesempatan, untuk membuatku cemburu. Dia terus bergelayut manja di samping Mas Wisnu.

"Mbak, buru ngomong."

"Hmmm .... Mas Wisnu, dan Aida, aku minta maaf."

"Yang ikhlas dong, kalau minta maaf," celetuk Aida.

"Iya, aku minta maaf banget. Gak seharusnya, aku bersikap anarki, meskipun kalian juga salah," tuturku memaksakan untuk tersenyum.

"Iya Neng, Mas bakal jelasin semuanya. Tapi, beri waktu Mas untuk istirahat dulu." Aku hanya mengangguk.

Kalau bukan karena penasaran atas rencana Aish, aku tidak sudi minta maaf kepada mereka. Harusnya, mereka yang merasa bersalah karena telah menorehkan luka yang sangat dalam.

"Ya sudah, lebih baik Mas Wisnu dan Mbak Aida, makan dulu. Aish udah persiapkan semuanya."

"Nah, gitu dong. Tahu ajah kalau aku lapar. Ayok, Mas."

Tanpa rasa malu, Aida mengajak Mas Doni menuju ruang makan. Api cemburu, semakin terasa membakar jiwa. Namun, Aisah terus memberi kode, agar aku tenang.

"Silakan dimakan. Ini jus jambu buat Mbak Aida dan Mas Wisnu. Pasti seger deh."

Aneh, Aish malah bersikap ramah. Bahkan, dia sengaja menyajikan dua gelas jus, khusus untuk mereka.

Ayam goreng, tempe, sambel, dan lalapan, sudah terhidang di meja. Aku memang sengaja masak untuk makan malam. Tak menyangka, rutinitas makan kali ini, harus satu meja bersama adik maduku.

"Makasih Aish. Ayok, kita makan," perintah Mas Wisnu.

Nasi di piring, terus aku aduk-aduk, tanpa berselera memakannya. Berbeda dengan Aish yang terus makan dengan lahap. Begitu pula Mas Wisnu dan Aida. 

"Aduh, perut ko, mules gini yah," ujar Mas Wisnu setelah menghabiskan sepiring makanan dan segelas jus.

"kebanyakan makan sambelnya, kali, Mas Wisnu. Langsung ke WC kamar Mbak Elin ajah," saran Aish.

Mas Wisnu berlari ke kamar mandi. Aish terlihat mengulum senyum. Apa sebenarnya yang dia lakukan?

"Jangan-jangan, kalian kasih obat pencahar di makanan kami?" 

"Eh, jangan asal nuduh. Buktinya, kami makan biasa saja," jawabku.

"Terus, kenapa, hwua ... ko, aku ngantuk banget, yah."

"Langsung ke kamar tamu ajah, Mbak Aida. dari pada tidur di ruang makan. Sini, aku anterin."

Aish memapah Aida menuju kamar. Dia terlihat sempoyongan menahan kantuk. Sedangkan Mas Wisnu, belum kembali dari kamar mandi. Aku hanya duduk mematung, sambil berpikir.

"Gimana Mbak, hadiah penyambutan tamu kita, berjalan sukses bukan?" tanya Aish saat kembali duduk di sampingku.

"Apa yang kamu lakukan, Aish?"

"Hahaha, hanya memberi sedikit obat pencahar di jus Mas Wisnu, dan obat tidur di jusnya si Aida," bisik Aish.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Tamat

    POV AishApa kira-kira tugas terkahir Jex sebagai mafia? sepanjang perjalanan Jakarta - Bandung aku terus berpikir keras. "Sayang, apa sebenernya yang harus diselesaikan? kamu tidak berniat membunuh seseorang 'kan?""Tidak, istriku. Ada wasiat dari Ayah. Setelah itu, hidupku akan bebas.""Apa?""Nanti aku beritahu, lebih baik kamu tidur. Kamu pasti lelah.""Baiklah."Jex bukan orang yang bisa dipaksa untuk bicara. Maka aku ikuti saja keinginannya. Yang terpenting, dia sudah tidak terobsesi lagi oleh dendam. Aku hanya ingin kami bisa hidup bahagia tanpa di bayang-bayangi kecemasan. Ternyata hidup menjadi bagian dari seorang mafia sangat tidak nyaman. Meskipun uang berserakan di mana-mana. ****Satu bulan berlalu, Perlahan Jex menyelesaikan tugas terakhirnya. Dia menyerahkan semua saham perusahaan Sagar Buana pada Denis. Dengan rasa tak percaya, Denis mau menerimanya. Jex hanya akan mengambil sedikit harta untuk membeli tanah dan modal untuk memulai hidup baru di desa emak dan bapakku

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 61

    POV JexMataku membeliak kaget. Kamar berantakan. Baju-baju Aish sudah berkurang dari lemari. Aku pikir dia hanya marah biasa. Ternyata, Aish nekat pergi dari rumah ini. Hampir 5 jam aku melupakannya setelah pertengkaran yang terjadi di antara kami. Aku terlalu sibuk dengan dunia kesedihanku. Sampai tidak sadar Aish meninggalkanku."Ke mana istriku pergi?" tanyaku penuh amarah kepada penjaga."Ta-tadi nyonya naik taksi online sambil membawa koper, Tuan. Saya pikir sudah izin sama Tuan.""Bodoh!"Bugh. Aku pukuli para penjaga satu persatu. Dasar manusia berotot yang tidak bisa diandalkan. Mana mungkin aku membiarkan Aish keluar sendirian tanpa penjagaan anak buahku. Kenapa mereka begitu bodoh, sampai tidak bisa melarang kepergian istriku? Amarah aku luapakan secara brutal. Semua anak buahku menjadi pelampiasan emosi. Mereka semua babak belur. Darah mengucur di bagian bibir. Aku berubah seperti Jex yang dulu. Menjadi brutal dan ganas. Bagaikan singa hitam. Aku segera menuju rumah Mb

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 60

    POV Aish "Ayah!" teriak suamiku diiringi isak tangis.Persendian lemas. Aku tersungkur di lantai. Menunduk sambil mengeluarkan air mata. Tak sanggup memandang wajah ayah yang sudah penuh darah. Sedangkan suamiku terus meraung mengeluarkan kesedihan. Dia memeluk dan mencoba membangunkan ayahnya. Namun, semua itu percuma. Ayah sudah kembali ke alam keabadian. Dia meninggal karena memilih menyelamatkanku dan cucunya. Tak gentar menghadapi ajal. Pengorbanannya untukku dan Jex begitu luar biasa. Namamu akan tersimpan baik di hatiku ayah.Maafkan aku tak bisa menyelamatkanmu. Terima kasih telah mengorbankan nyawa demi aku. Kau bagai malaikat penolongku. Jujur, sesak di dada begitu menghimpit. Oksigen seakan tak mau masuk ke rongga paru-paruku. Rumah yang penuh canda tawa dan ketenangan ini, mendadak gelap. Seiring dengan kepergianmu. "Ayah ... maafkan aku. Ayah ... bangunlah, Arrgh!"Jex mencengkram pundak ayah. Menggoyangkan tubuhnya. Mengaggap ayah hanya sedang tertidur pulas. Suamiku

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 59

    POV AraavSialan. Pria tua seperti Sagara bisa memporak porandakan bisnisku dalam hitungan hari. Di tambah lagi kecerobohan Arka dan anak buahnya. Mereka memang tidak bisa diandalkan. Lengah meninggalkan jejak ketika membakar ruko. Arka juga dituduh melakukan penculikan karena bertingkah gegabah. Aku sudah bilang, jangan bertindak sembarangan. Rusak sudah rencanaku. Jex dan Sagara bersekongkol menghancurkanku. Dia membuatku masuk penjara. Semua karena penghianatan manusia busuk seperti Arka. Dia dijebloskan terlebih dahulu ke penjara, dan sengaja menyeret namaku ikut dengannya. Dasar manusia sialan. "Aku sudah bilang, kau ini bodoh. Kau pintar bercuap-cuap, tapi selalu salah bertindak," hardik Gisel.Adik sialan yang merasa paling hebat. Beruntung aku berhutang pertolongan kepadanya. Kalau bukan karena dia aku masih mendekam di penjara. Ruangan yang mirip tempat pembuangan sampah. Mimpi buruk berada di sana. Hanya dalam hitungan hari saja, membuatku trauma. Aku bersumpah akan mengh

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 58

    POV Tuan Sagara"Tu-tuan, jangan emosi dong. 'Kan bukan aku yang seperti iblis."Perempuan bodoh kesayangan Jex ketakutan. Dia tak setangguh yang aku pikir. Awalnya, aku mengira dia perempuan tangguh, karena berani melawanku pada waktu itu. Namun, tetap saja seorang perempuan sesuai kodratnya. Hatinya lembut. Lebih tepatnya dinamakan lemah."Jangan cengeng. Baru seperti itu saja ketakutan. Kamu sedang mendengar aku bercerita, bukan menonton arena gulat.""Hihihi, Tuan tetep serem walaupun sedang curhat."Anak ingusan ini malah mengejekku. Kalau bukan istri dari putra angkatku, sudah aku tampar dia. Tak sopan bersikap demikian di hadapanku. Berani meledek mafia paling hebat se-Asia. Sebenernya, dia orang kedua. Maria sudah terlebih dahulu bersikap konyol begitu ketika bersamaku. "Cepat bereskan dapur ini. Jangan sampai ada debu sedikit pun. Kau terlalu lancang menyuruhku banyak bicara.""Maaf, Tuan. Aku tidak menyuruh. Hanya saja, Tuan yang bercerita duluan. Tapi, tak apa. Sebagai me

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 57

    "Buburnya sudah siap, Ayah.""Hahaha, aku suka panggilan itu, Lion.""Ternyata kau membawa pujaan hatimu, hahaha. Kita tidak sedarah, tapi tingkahmu mirip denganku," sambungnya ketika menyadari kehadiranku.Sungguh aneh. Tuan Sagara yang ada di hadapanku saat ini, sangat berbeda dengan sosok Tuan Sagara saat kami pertama berjumpa. Dia kelihatan seperti orang tua pada umumnya. Dengan rambut yang beruban, dan kesehatan yang mulai memburuk. Apa memang begini kehidupan seorang mafia? mereka bisa menyesuaikan diri dengan sesuka hati. Tergantung tempat dan kepentingan. "Aish sudah membuat bubur. Silakan di makan, Ayah. Setelah itu, minumlah obat.""Berikan buburnya, jika tidak enak, istri cantikmu ini tak akan selamat, hahaha.""Ih, serem, Jex," bisikku panik. Baru saja pria tua ini aku puji, karena bersikap normal. Sekarang dia malah berani mengancamku. Padahal aku tidak melakukan kesalahan ."Tak usah takut, hanya bercanda.""Bercanda dari Hongkong. Orang mukanya serem gitu," bisikku kes

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status