Share

Part 8

Author: Sriayu23
last update Last Updated: 2022-07-19 14:47:49

Aku hanya bisa geleng-geleng mendengar pengakuan Aish. Dia sangat cerdas. Meskipun, rasa tidak tega sangat kuat kepada Mas Wisnu.

"Aish, apa tidak bahaya? kenapa Mas Wisnu yang dikasih obat pencahar. Harusnya si Aida."

"Aish sengaja melakukan itu, agar Mbak bisa caper sama Mas Wisnu. Biar dia sadar, kalau Mbak adalah perempuan yang sangat tulus mencintainya. Ya meskipun, pada waktu yang tepat, Aish berharap kalian bercerai."

Perkataan Aish menampar hatiku. Cepat atau lambat, perasaan ini harus sirna. Aku sendiri tidak yakin, bisa kuat saat dipoligami. Walaupun Mas Wisnu berusaha adil, tetap saja, masalah hati tidak bisa dikontrol. Mas Wisnu akan sulit untuk berbuat sama rata menyikapi perasaanku dan Aida.

"Terus Mbak harus Apa?"

"Aduh, nanya mulu. Untung punya adik yang kesabarannya seluas sungai A****n. Nih, kasih obat ini sama Mas Wisnu. Sebelumnya, bawakan teh hangat sama biskuit buat mengganjal perutnya yang kosong."

"Ide luar biasa."

"Iya dong, siapa dulu dalangnya, Aish."

"Hahaha, siap-siap. Mbak harus memainkan simpati Mas Wisnu, agar dia mau jujur tentang alasan pernikahan keduanya."

"Nah cakep. Gitu dong, berpikir encer. Jangan emosi mulu, percuma gak menyelesaikan masalah, tapi malah nambah ribet. Terus, Mbak jadi cepat tua, hahaha."

"Sembarangan. Ya sudah, Mbak ke kamar dulu. Mas Wisnu masih nongkrong di WC kayanya."

"Hahahaha, sip. Awas Mbak, jangan baper, yah."

"Pasti. Hati ini terlalu sakit untuk kembali."

Aish tersenyum meledek mendengarkan penuturanku. Biar saja aku buktikan, jika perkataan ini memang benar adanya. Selingkuh dan kebohongan, dua hal fatal dalam sebuah hubungan.

"Mas."

Mas Wisnu sedang bersandar di kasur. Wajahnya pucat, dan lemas. Rasa tidak tega, segera aku tepis, saat mengingat kejahatannya padaku.

"Neng, perut Mas, sakit banget. udah sepuluh kali bulak balik WC."

"Minum teh pahitnya dulu, Mas. Biar gak lemes. Elin, juga bawain biskuit, biar Mas gak pingsan kehabisan asupan makanan," ujarku datar.

"Makasih, Neng."

Mas Wisnu memakan beberapa biskuit dan meminum teh. Dia terus memandangiku. Aku berusaha menghindar dari tatapannya, dengan cara menyibukkan diri bermain gawai.

"Neng, Boleh minta ambilin air putih?" 

"iya."

Aku kembali ke dapur mengambilkan Air dan membawa obat penawar dari Aish. Sudah cukup, pelajaran untuk Mas Wisnu malam ini. Aku akan melancarkan jurus rayuan maut untuk mensukseskan rencana selanjutnya.

"Minum obat ini Mas. Tadi, Aish sengaja aku suruh membelikannya."

"Iya Neng. Makasih yah, kamu tetap jadi istri yang berbakti, padahal Mas sudah menyakiti."

Jika bukan karena niat ingin membalaskan rasa sakit Hati, aku sudah menggugat cerai sejak kemarin. Namun, berusaha tidak gegabah.  Tak rela melepas Mas Wisnu begitu saja. Sebelum dia merasakan sakit hatiku.

Tak akan aku biarkan, Aida merasa di atas awan. Enak saja, aku yang menemani Mas Wisnu dari nol. Saat dia masih menjadi mahasiswa, sampai sekarang, diangkat sebagai Planning manager di perusahaan BUMN. Dengan gaji puluhan juta, masa aku akan melepasnya semudah itu? tentu tidak. 

Beberapa bulan kedepan, kita akan bermain-main dulu. Membuat posisiku semakin kuat di hati Mas Wisnu. Saat dia sadar, bahwa aku berharga, barulah mencampakkannya. 

"Sudah kewajibanku sebagai Istri untuk berbakti. Selama kata talak dan gugatan cerai belum dilayangkan."

"Apa Neng, akan menggugat cerai?"

"Mungkin."

"Tapi Neng, Mas sangat mencintai Neng."

"Jangan bicara cinta, jika secara bersamaan, melukai hati orang yang dicintai."

"Pernikahan Mas dengan Aida hanya terpaksa. Keluarga Mas, berhutang banyak pada Aida. Saat Ayah meninggal, yang membiayai hidup Mas dan Ibu, adalah bapaknya Aida. Maka, saat Aida tidak punya siapa-siapa lagi, Mas terpaksa menikahinya."

Hahaha, basi alasan kamu, Mas. Jika kamu benar-benar mencintaiku, tidak akan memilih jalan mendua. Membalas budi, tidak harus dengan cara menikah, bukan? aku tahu, perkataanmu hanya sebuah alibi untuk membenarkan poligami.

"Terserah, Mas."

"Neng, tolong percaya sama Mas."

Mas Wisnu memelukku erat. Ada desiran halus yang tidak bisa ditolak. Rasa sayang masih tersisa, meski hanya beberapa persen saja.

"Lepas, Mas."

"Neng, Mas mohon, jangan minta cerai. Mas akan berusaha mempertahankan pernikahan ini sekuat tenaga. Neng sudah janji, kita akan bersama sampai ajal memisahan," pinta Mas Wisnu.

Matanya menatapku sendu. Dia merangkul pundakku, memohon agar tidak pergi. Semesta memang suka bercanda. Kemarin, aku harus melihat resepsi kedua suamiku. Sekarang, dipaksa menyaksikan luapan cinta darinya. 

"Ada syaratnya."

"Apa? sebutkan Neng. Apapun yang Neng minta, Mas pasti wujudkan. Asal jangan meminta Mas menceraikan kamu ataupun Aida."

Deg!

Ucapan Mas Wisnu begitu menusuk. Manusia macam apa di depanku ini. Dia sangat egois. Tidak mau melepasku, tapi seenaknya melukai.

"Aku minta modal 500 juta untuk membuka cabang restoran. Terus, beliin mobil juga. Aku harus sering main keluar, agar tidak stres di rumah.

"Kamu serius?" tanya Mas Wisnu tak percaya.

Selama ini, aku tipe istri yang tidak banyak menuntut. Awalnya, harta tidak penting bagiku. Namun, jika kondisinya seperti ini, lebih baik, aku habiskan harta Mas Wisnu untuk memakmurkan hidupku. Dibandingkan hartanya habis oleh Aida.

"Terserah kalau tidak mau. Jalan perceraian akan aku perjuangkan."

"Ba-baik, semua keinginan kamu, Pasti Mas kabulkan."

"Oke, kirim uangnya sekarang. Mobilnya besok harus ada."

"Apa? sekarang?"

"Iya, Mas 'kan punya M-bangking."

"Baiklah Neng. Mas akan mengirim uang itu sekarang. Asal Neng janji gak bakal ninggalin, Mas."

"Iya."

Tuhan, maaf aku membuat janji palsu. Mas Wisnu saja berani mengingkari janji suci kami. Aku terpaksa melakukan hal yang sama.

"Udah Mas Kirim."

"Iya, udah masuk." 

Uang sudah dikantongi, untuk modal usaha. Setelah ini, aku harus memikirkan cara agar bisa lepas dari Mas Wisnu. Realitanya, perceraian tidak semudah di film atau novel rumah tangga. Cukup sulit, jika pihak suami bersikukuh mempertahankan rumah tangganya. Ditambah lagi, aku tidak punya bukti perselingkuhan mereka. Hanya tahu saat mereka sudah menikah. Posisiku di persidangan semakin alot. Mas Wisnu tipe manusia ambisius.  Dia bisa melakukan apapun untuk mendapatkan keinginannya.

"Jangan pernah pergi, Neng."

Lagi-lagi Mas Wisnu memelukku. Ah, muak rasanya. Kakiku sangat gatal ingin menendang. Sebisa mungkin, aku tahan emosi agar tidak berbuat nekat.

"Satu lagi." Aku lepaskan pelukannya secara paksa.

"Apa, Neng?"

"Mas gak boleh minta jatah, sebelum aku mengijinkan."

"Ta-tapi Neng Ma-"

"Aku butuh waktu beradaptasi. Berbagi suami itu tidak mudah."

"Baiklah," jawab Mas Wisnu lesu.

Syukurin, aku juga bisa mempermainkan perasaannya. Jangan hanya hatiku saja yang bisa kamu tarik ulur. Aku juga akan membuat, tembok penyekat diantara kita. Ingat, semuanya sudah berubah.

*******

Pagi hari, aku sudah menyiapkan sarapan di meja. Sebenarnya sukar, tapi jika bukan aku yang masak, siapa lagi. Aish entah pergi kemana. Setelah subuh, dia izin keluar. Sedangkan Aida, seperti mati suri.

"Pagi, Neng."

"Iya."

"Masak apa Neng? Mas kangen banget masakan kamu."

"Tuh."

"Jangan cuek atuh, Neng."

"Hmmmm."

"Argh! Setan!" Suara Aida menggema.

"Neng, Aida kenapa?" Aku hanya menautkan alis tanda tak tahu.

"Pergi kamu, Setan!"

"Ayok, kita liat."

Drama apalagi yang dibuat madu baruku? pagi-pagi sudah bikin rusuh aja. Terpaksa, aku mengekor di belakang Mas Wisnu. Penasaran dengan apa yang menimpa Aida, sampai berteriak ketakutan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Tamat

    POV AishApa kira-kira tugas terkahir Jex sebagai mafia? sepanjang perjalanan Jakarta - Bandung aku terus berpikir keras. "Sayang, apa sebenernya yang harus diselesaikan? kamu tidak berniat membunuh seseorang 'kan?""Tidak, istriku. Ada wasiat dari Ayah. Setelah itu, hidupku akan bebas.""Apa?""Nanti aku beritahu, lebih baik kamu tidur. Kamu pasti lelah.""Baiklah."Jex bukan orang yang bisa dipaksa untuk bicara. Maka aku ikuti saja keinginannya. Yang terpenting, dia sudah tidak terobsesi lagi oleh dendam. Aku hanya ingin kami bisa hidup bahagia tanpa di bayang-bayangi kecemasan. Ternyata hidup menjadi bagian dari seorang mafia sangat tidak nyaman. Meskipun uang berserakan di mana-mana. ****Satu bulan berlalu, Perlahan Jex menyelesaikan tugas terakhirnya. Dia menyerahkan semua saham perusahaan Sagar Buana pada Denis. Dengan rasa tak percaya, Denis mau menerimanya. Jex hanya akan mengambil sedikit harta untuk membeli tanah dan modal untuk memulai hidup baru di desa emak dan bapakku

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 61

    POV JexMataku membeliak kaget. Kamar berantakan. Baju-baju Aish sudah berkurang dari lemari. Aku pikir dia hanya marah biasa. Ternyata, Aish nekat pergi dari rumah ini. Hampir 5 jam aku melupakannya setelah pertengkaran yang terjadi di antara kami. Aku terlalu sibuk dengan dunia kesedihanku. Sampai tidak sadar Aish meninggalkanku."Ke mana istriku pergi?" tanyaku penuh amarah kepada penjaga."Ta-tadi nyonya naik taksi online sambil membawa koper, Tuan. Saya pikir sudah izin sama Tuan.""Bodoh!"Bugh. Aku pukuli para penjaga satu persatu. Dasar manusia berotot yang tidak bisa diandalkan. Mana mungkin aku membiarkan Aish keluar sendirian tanpa penjagaan anak buahku. Kenapa mereka begitu bodoh, sampai tidak bisa melarang kepergian istriku? Amarah aku luapakan secara brutal. Semua anak buahku menjadi pelampiasan emosi. Mereka semua babak belur. Darah mengucur di bagian bibir. Aku berubah seperti Jex yang dulu. Menjadi brutal dan ganas. Bagaikan singa hitam. Aku segera menuju rumah Mb

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 60

    POV Aish "Ayah!" teriak suamiku diiringi isak tangis.Persendian lemas. Aku tersungkur di lantai. Menunduk sambil mengeluarkan air mata. Tak sanggup memandang wajah ayah yang sudah penuh darah. Sedangkan suamiku terus meraung mengeluarkan kesedihan. Dia memeluk dan mencoba membangunkan ayahnya. Namun, semua itu percuma. Ayah sudah kembali ke alam keabadian. Dia meninggal karena memilih menyelamatkanku dan cucunya. Tak gentar menghadapi ajal. Pengorbanannya untukku dan Jex begitu luar biasa. Namamu akan tersimpan baik di hatiku ayah.Maafkan aku tak bisa menyelamatkanmu. Terima kasih telah mengorbankan nyawa demi aku. Kau bagai malaikat penolongku. Jujur, sesak di dada begitu menghimpit. Oksigen seakan tak mau masuk ke rongga paru-paruku. Rumah yang penuh canda tawa dan ketenangan ini, mendadak gelap. Seiring dengan kepergianmu. "Ayah ... maafkan aku. Ayah ... bangunlah, Arrgh!"Jex mencengkram pundak ayah. Menggoyangkan tubuhnya. Mengaggap ayah hanya sedang tertidur pulas. Suamiku

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 59

    POV AraavSialan. Pria tua seperti Sagara bisa memporak porandakan bisnisku dalam hitungan hari. Di tambah lagi kecerobohan Arka dan anak buahnya. Mereka memang tidak bisa diandalkan. Lengah meninggalkan jejak ketika membakar ruko. Arka juga dituduh melakukan penculikan karena bertingkah gegabah. Aku sudah bilang, jangan bertindak sembarangan. Rusak sudah rencanaku. Jex dan Sagara bersekongkol menghancurkanku. Dia membuatku masuk penjara. Semua karena penghianatan manusia busuk seperti Arka. Dia dijebloskan terlebih dahulu ke penjara, dan sengaja menyeret namaku ikut dengannya. Dasar manusia sialan. "Aku sudah bilang, kau ini bodoh. Kau pintar bercuap-cuap, tapi selalu salah bertindak," hardik Gisel.Adik sialan yang merasa paling hebat. Beruntung aku berhutang pertolongan kepadanya. Kalau bukan karena dia aku masih mendekam di penjara. Ruangan yang mirip tempat pembuangan sampah. Mimpi buruk berada di sana. Hanya dalam hitungan hari saja, membuatku trauma. Aku bersumpah akan mengh

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 58

    POV Tuan Sagara"Tu-tuan, jangan emosi dong. 'Kan bukan aku yang seperti iblis."Perempuan bodoh kesayangan Jex ketakutan. Dia tak setangguh yang aku pikir. Awalnya, aku mengira dia perempuan tangguh, karena berani melawanku pada waktu itu. Namun, tetap saja seorang perempuan sesuai kodratnya. Hatinya lembut. Lebih tepatnya dinamakan lemah."Jangan cengeng. Baru seperti itu saja ketakutan. Kamu sedang mendengar aku bercerita, bukan menonton arena gulat.""Hihihi, Tuan tetep serem walaupun sedang curhat."Anak ingusan ini malah mengejekku. Kalau bukan istri dari putra angkatku, sudah aku tampar dia. Tak sopan bersikap demikian di hadapanku. Berani meledek mafia paling hebat se-Asia. Sebenernya, dia orang kedua. Maria sudah terlebih dahulu bersikap konyol begitu ketika bersamaku. "Cepat bereskan dapur ini. Jangan sampai ada debu sedikit pun. Kau terlalu lancang menyuruhku banyak bicara.""Maaf, Tuan. Aku tidak menyuruh. Hanya saja, Tuan yang bercerita duluan. Tapi, tak apa. Sebagai me

  • Mempermalukan Suamiku Di Resepsi Pernikahanya   Part 57

    "Buburnya sudah siap, Ayah.""Hahaha, aku suka panggilan itu, Lion.""Ternyata kau membawa pujaan hatimu, hahaha. Kita tidak sedarah, tapi tingkahmu mirip denganku," sambungnya ketika menyadari kehadiranku.Sungguh aneh. Tuan Sagara yang ada di hadapanku saat ini, sangat berbeda dengan sosok Tuan Sagara saat kami pertama berjumpa. Dia kelihatan seperti orang tua pada umumnya. Dengan rambut yang beruban, dan kesehatan yang mulai memburuk. Apa memang begini kehidupan seorang mafia? mereka bisa menyesuaikan diri dengan sesuka hati. Tergantung tempat dan kepentingan. "Aish sudah membuat bubur. Silakan di makan, Ayah. Setelah itu, minumlah obat.""Berikan buburnya, jika tidak enak, istri cantikmu ini tak akan selamat, hahaha.""Ih, serem, Jex," bisikku panik. Baru saja pria tua ini aku puji, karena bersikap normal. Sekarang dia malah berani mengancamku. Padahal aku tidak melakukan kesalahan ."Tak usah takut, hanya bercanda.""Bercanda dari Hongkong. Orang mukanya serem gitu," bisikku kes

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status