Share

Bab 7 - Kencan Pertama

Seharusnya aku tahu bahwa Jovita dan keluarganya tidak akan menyerah begitu saja. Lagi pula Yosef juga tidak bisa membuktikan bahwa anak dalam kandungan Jovita benar adalah anaknya. Maka satu-satunya jalan adalah menunggu sampai anak itu lahir.

Terlalu lama untuk menunggu sampai dia lahir, tetapi aku tidak bisa menyarankan dilakukan tes DNA sekarang. Yang aku dengar, tes itu bisa membahayakan janin. Aku tidak peduli jika hal yang buruk terjadi kepada wanita ini. Dia terlalu jahat untuk mendapatkan simpati. Namun bayi itu tidak ada hubungannya dengan sikap ibunya, aku tidak bisa membahayakan nyawanya.

“Aku tahu mengapa kalian menolak untuk menikahkan aku dengan Jason. Dia sudah bertunangan dengan Celeste, anak seorang pemilik restoran kecil. Bagaimana bisa keluarga Jarvis Putra yang terhormat memilih seorang pelayan untuk menjadi seorang menantu? Bukankah akan lebih baik bila kalian memilih aku?

“Tetapi tidak apa-apa. Pada akhirnya nanti, akulah yang akan menjadi menantu di rumah ini.” Jovita berdiri, menyandangkan tas di bahunya, dan mengambil kembali amplop hasil pemeriksaan kehamilannya dari tangan Jason. “Sampai nanti.”

Om Gunawan dan istrinya mengikuti putri mereka keluar dari ruangan tanpa mengatakan apa pun. Kami tetap berada di dalam ruangan dan tidak ada seorang pun yang berniat mengantar mereka sampai pintu depan. Aku yang dari tadi berdiri mendengarkan semuanya, memutuskan untuk duduk di samping Ayah dan Bunda.

“Kamu seharusnya lebih berhati-hati.” Ayah menatap Jason dengan tajam. “Bagaimana bisa kamu menebar benih sesukamu di luar sana tanpa menggunakan pelindung? Aku harap kamu tidak lagi melakukan kebiasaan burukmu itu mulai dari hari ini. Aku tidak mau media menciumnya dan kamu merusak hubunganku dengan Bisma.”

“Iya, Ayah,” ucap Jason patuh. “Tetapi anak yang ada dalam kandungan Jovita bukanlah anakku. Kami sudah lama tidak berhubungan lagi. Dan aku selalu memakai pelindung.”

“Sebaiknya kamu fokus kepada Celeste saja. Aku tidak mau mendengar seperti apa hubunganmu dengan wanita itu di masa lalu. Laki-laki tidak akan mau mengakui anak yang ada dalam kandungan wanita yang pernah ditiduri, kecuali perempuan itu adalah istrinya sendiri. Jadi, alasanmu ini tidak bisa kamu gunakan untuk membela diri.” Bunda angkat bicara.

“Dan jika Jovita melakukan apa yang dia ucapkan tadi, maka orang-orang akan lebih berpihak kepadanya daripada kamu. Diam adalah respons yang terbaik untuk menghadapi skandal karena kehamilan di luar nikah. Seperti kata ayahmu. Kamu harus berhenti melakukan kebiasaan burukmu itu. Aku tidak akan memaafkanmu jika kamu sampai menyakiti calon menantuku.”

“Biar Jovita menjadi urusanku. Aku tidak akan membiarkan dia merusak reputasi kita atau rencana pernikahanku dengan Celeste,” ucap Jason berjanji.

Keluargaku keluar rumah untuk melakukan aktivitas mereka masing-masing, maka aku juga memilih untuk pergi daripada di rumah seorang diri. Pada hari ini seharusnya aku berkencan untuk pertama kalinya dengan Celeste. Sayang sekali Jason tidak melakukan hal yang sama. Entah dia pergi ke mana.

Celeste suka sekali memakan daging panggang. Aku rindu makanan kesukaan istriku itu. Sial. Sampai kapan aku akan terbiasa bahwa dia sudah bukan istriku atau tunanganku lagi pada kehidupan ini. Dia adalah tunangan kakakku.

Restoran itu sudah dipenuhi dengan pengunjung, namun aku beruntung. Sepasang kekasih baru saja selesai makan dan aku mendapatkan sebuah meja. Lokasinya tidak jauh dari pintu masuk, jadi aku tidak perlu mengikuti pelayan wanita itu sampai ke bagian dalam restoran.

Mereka membersihkan meja dan mengganti alat pemanggangnya saat aku memilih menu. Selesai memesan dan meja telah bersih kembali, mereka meninggalkan aku. Kesempatan itu aku gunakan untuk memeriksa beberapa pesan yang masuk. Selama aku menyetir tadi, ponselku tidak berhenti bergetar. Ada beberapa pesan dari Fabian.

Walaupun hari ini adalah hari Minggu, para staf tetap bekerja menjual unit apartemen kami. Hanya para manajer dan jajaran direksi yang bekerja pada hari Senin sampai Sabtu. Dia hanya melaporkan bahwa setiap stan buka tepat waktu dan mengirim jumlah staf yang berjaga.

“Jonah?” Suara yang sangat aku rindukan itu terdengar dekat sekali jaraknya dariku. Aku menoleh ke arah datangnya suara dan melihat Celeste berdiri di sisiku. “Ah, benar, ini kamu. Apakah kamu akan kedatangan teman atau makan seorang diri?” Dia melihat ke arah sofa di depanku.

“Sendiri,” jawabku singkat. Dia bertepuk tangan dengan senang.

“Apakah kami boleh makan di sini bersamamu? Tenang saja, kami akan bayar sendiri dan memesan makanan sendiri,” pintanya dengan wajah memelas. Aku hanya mengangguk pelan. Karena terlalu fokus kepadanya, aku tidak melihat Nola berdiri di sisinya. “Terima kasih!”

“Hai, namaku Winola.” Gadis itu mengulurkan tangannya kepadaku. Aku menjabatnya sesaat. “Aku tahu siapa kakakmu. Dia pria yang sangat terkenal!”

“Nola, pesan makanan dahulu baru mengobrol.” Celeste menyikut lengan sahabatnya itu. Mereka membaca menu lalu memutuskan bersama jenis paket yang akan mereka pesan. Aku meminta pelayan untuk menambah pesanan dagingku dua porsi lagi. Gadisku dan sahabatnya menatapku dengan mata membulat. “Kamu akan memakan daging sebanyak itu sendirian?”

“Itu untuk kalian. Aku sudah memesan bagianku.”

“Tetapi kami tidak punya uang sebanyak itu,” protes Celeste.

“Aku traktir,” ucapku dengan santai. Dia tidak akan puas hanya makan daging dalam paket tersebut. Meskipun sekarang kami bukan siapa-siapa, aku tidak akan membiarkan dia kelaparan.

“Kalian berdua ada hubungan apa?” tanya Nola heran. Dia menatapku dan Celeste secara bergantian. “Bagaimana kamu bisa dekat dengan orang kaya seperti dia, Cel?”

“Kapan-kapan akan aku ceritakan.” Celeste menatapku dengan tajam sejenak, seolah-olah memberi peringatan agar tidak membongkar hubungan kami. “Kita hanya akan makan, lalu menonton, dan melupakan rutinitas yang melelahkan dengan skripsi. Jadi, bahas hal yang ringan saja.”

“Ini bukan hal yang ringan, tetapi aku tidak tahan lagi.” Aku merasakan Nola sedang melihat ke arahku. Aku hanya mengabaikannya dan fokus pada pesan yang baru aku terima di ponselku. “Pras datang ke rumahku semalam.”

“Untuk apa lagi dia datang?” tanya Celeste dengan nada marah. “Kalian sudah putus dan dia sudah dua kali mengkhianatimu. Apa dia mau mengajakmu untuk menjalin hubungan lagi dengannya?”

“Yap.” Nola menganggukkan kepalanya. “Dia memohon agar aku mau memberinya satu kesempatan lagi. Setelah dua kesempatan, dia masih berani meminta yang ketiga. Apa dia pikir aku adalah gadis yang mudah takluk dengan air mata buayanya itu?”

“Aku tidak mengerti. Bila dia memang secinta itu kepadamu, mengapa dia masih selingkuh dengan gadis lain di belakangmu?” tanya Celeste bingung. “Jonah, kamu adalah laki-laki. Mengapa kalian suka sekali selingkuh saat kalian sedang menjalin hubungan dengan seorang gadis?”

“Jangan pakai kata kalian.” Aku tidak terima disamakan dengan laki-laki yang bernama Pras itu. “Aku tidak akan pernah selingkuh dari kekasihku.”

“Ah, omongan laki-laki mana bisa dipercaya. Apalagi kata-kata kamu yang bahkan belum pernah berpacaran,” kata Celeste mengejekku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status