Share

1 - Tidak dalam kehidupan ini, Ellea.

Luciellea mengenakan kaca mata hitam, di punggungnya terdapat tas ransel hitam yang berisi barang-barang penting miliknya. Di tangannya, wanita itu memegang tiket penerbangan dan data dirinya.

Sedikit lagi ia akan terbebas dari pria bernama Arch Callister. Ia tidak akan pernah mau menjalani pernikahan dengan pria dingin itu.

Kaki Luciellea melangkah tergesa, perasaannya tidak tenang. Ia berharap ia sudah berada di dalam pesawat yang meninggalkan negeri ini.

Langkah kaki Luciellea terhenti saat ia menabrak seseorang karena sempat kehilangan fokus pada arah depannya. "Maaf, saya tidak sengaja." Luciellea meminta maaf. Ia mengangkat wajahnya, jantungnya nyaris terlepas dari tempatnya ketika ia melihat siapa yang berdiri di depannya.

"Mencoba melarikan diri, Ellea?" Suara dingin itu membuat Luciellea menggigil. Bagaimana bisa pria ini ada di bandara secepat ini. Ia pikir paling tidak pria itu akan menemukan dirinya telah menghilang pada malam hari.

"Menyingkir!" Luciellea berseru tajam.

Arch menggerakan tubuhnya ke samping, membiarkan Luciellea melewatinya. "Bawa dia ke mansion Callister!"

"Sialan! Biarkan aku pergi!" Luciellea meraung pada Eadric dan dua pengawal yang menghadang langkahnya.

Arch telah melangkah lebih dahulu, di belakangnya pengawalnya membawa Luciellea dengan paksa.

Hati Arch menjadi sangat dingin. Hari ini ia membiarkan Luciellea berbelanja sebelum menikah dengannya besok. Arch menempatkan dua pengawal untuk mengikuti Luciellea, tapi dua pengawalnya kehilangan jejak Luciellea. Setelah melakukan pencarian selama beberapa saat, Arch mengetahui bahwa Luciellea berada di bandara.

Arch kira Luciellea mau menikah dengannya karena wanita itu sudah menerima kenyataan, tapi ternyata Luciellea hanya mengulur waktu. Wanita itu ingin melarikan diri darinya dengan bantuan Kennand, kekasih Luciellea.

Hati Arch tenggelam saat ia mengetahui dari Eadric bahwa Kennand telah menyiapkan identitas baru untuk Luciellea di Singapura. Arch mendengkus. Kennand terlalu meremehkan dirinya. Apa pria itu pikir ia tidak akan menemukan Luciellea. Meski ke ujung dunia sekali pun, Arch pasti akan menemukan Luciellea dan membawa wanita itu kembali ke hidupnya. Arch tidak akan membiarkan siapapun mengambil Luciellea dari dirinya.

Arch masuk ke dalam mobil, wajah pria itu tampak tenang, tapi saat ini sorot matanya menunjukan amarah yang besar.

Ketika Arch mengetahui bahwa Luciellea melarikan diri, Arch menghajar dua pengawal yang menjaga Luciellea. Ia telah menyia-nyiakan uangnya dengan memberi makan pengawal yang tidak bisa menjaga satu wanita pun.

Kemarahan Arch adalah sesuatu yang tidak seharusnya dipancing oleh orang lain karena konsekuensi dari kemarahan itu sama buruknya dengan kiamat kecil.

Arch tidak memiliki belas kasih dan kejam, nyawa manusia baginya bukan apa-apa. Jika ia tidak menyukai seseorang dia tidak akan berpikir dua kali untuk membunuh orang itu.

"Silahkan masuk, Nona." Eadric membuka pintu mobil untuk Luciellea.

"Aku tidak mau masuk!" Luciellea menolak.

Eadric tidak punya cara lain, pria ini mendorong Luciellea cukup kasar hingga wanita itu duduk di sebelah atasannya. Eadric tidak ada bedanya dengan Arch, ia berdarah dingin dan menyendiri. Membujuk wanita jelas bukan keahliannya. Ia terbiasa menggunakan kekerasan setiap hari.

Sejujurnya Eadric tidak menyukai Luciellea karena Eadric pikir Luciellea akan menjadi kelemahan majikannya. Sebagai pemimpin dari kelompok mafia terkuat di benua Amerika, Arch tidak boleh memiliki sesuatu yang bisa menjadi pengikat langkahnya.

Namun, Eadric tidak bisa banyak bersuara karena ia tahu majikannya sudah menyukai Luciellea sejak lama. Majikannya telah menunggu belasan tahun dalam diam memperhatikan Luciellea. Hingga akhirnya tiba saatnya majikannya bisa memiliki wanita yang sudah menjadi pusat perhatiannya itu.

Seharusnya Luciellea merasa bersyukur karena akan menjadi istri Arch, di dunia ini tidak terhitung jumlahnya wanita yang ingin mendekati Arch atau sekedar menjadi teman di atas ranjangnya, tapi Arch menolak mereka semua. Tanpa ampun melempar mereka ke jalanan.

Jika ada yang melangkah terlalu jauh, maka Arch tidak akan segan membunuh wanita itu.

Eadric tahu betul bahwa majikannya menjaga tubuhnya hanya untuk satu wanita. Luciellea Rawnie. Wanita sombong dan keras kepala yang malah mencintai pria lain.

"Biarkan aku pergi!" Luciellea menatap Arch tajam.

"Kau tidak akan pergi ke mana pun, Luciellea." Arch bersuara datar. Wanita di sebelahnya benar-benar pandai menyulut emosinya. Apakah ia benar-benar mengerikan sehingga wanita itu tidak mau menikah dengannya.

Ia memiliki wajah tampan, harta berlimpah, kekuasaan yang tidak ada tandingan. Kenapa wanita itu tidak berdamai dengan keadaan dan menerima dirinya.

"Aku tidak ingin menikah denganmu! Biarkan aku pergi, Bajingan!"

"Lalu, siapa yang ingin kau nikahi? Kennand Richardson? Enyahkan hal itu dalam mimpimu, karena dalam kehidupan ini kau hanya akan menjadi istriku!"

"Kau sakit jiwa!" Luciellea memaki geram. Ia telah mengetahui identitas pria di sebelahnya dari Kennand. Pria itu merupakan pemimpin mafia terkuat di benua ini, tidak terhitung jumlahnya nyawa yang telah pria itu ambil dengan menggunakan tangannya sendiri.

Bagaimana mungkin Luciellea bisa menikah dengan pria sekejam ini. Luciellea lebih baik mati daripada menjadi pengantin Arch Callister.

"Benar, aku sakit jiwa. Dan kau adalah bagian dari kegilaanku." Arch menatap Luciellea dalam. "Jalan!" Arch memberi perintah pada Eadric yang sudah duduk di kursi pengemudi.

"Baik, Tuan." Eadric mulai melajukan mobilnya.

"Buka pintunya! Biarkan aku pergi! Aku tidak akan menikah denganmu, Bajingan!" Luciellea mencoba membuka pintu mobil dengan paksa. Ia bertindak seperti wanita gila yang akan diperkosa oleh pria tidak dikenal.

Arch tidak ingin Luciellea melukai tangannya, pria itu segera meraih kedua tangan Luciellea dan memenjarakan tubuhnya di bawahnya. "Jadilah gadis baik jika kau tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada pria yang kau cintai." Arch bersuara pelan, tapi itu adalah ancaman serius.

Saat ini orang-orang Arch tengah menahan Kennand yang mengantar Luciellea ke bandara.

"Jangan pernah berani menyentuh Kennand atau aku akan membunuhmu!" desis Luciellea tanpa rasa takut.

"Sayang, jika seorang wanita bisa membunuhku maka aku tidak akan menjadi pemimpin Eldragon." Arch membelai wajah lembut Luciellea. Arch tidak peduli sama sekali dengan tatapan penuh kebencian Luciellea. Ia jelas sudah siap dengan hal ini. Memisahkan Luciellea dari orang yang disayanginya, tentu saja Luciellea akan membencinya. "Bersikap baiklah, setiap tindakanmu menentukan kehidupan orang-orang di sekelilingmu."

"Kau mengancamku!"

"Tidak, aku hanya memberitahumu."

"Kau bajingan!"

"Benar, bajingan ini besok akan segera menikah denganmu." Arch tersenyum. Hanya untuk wanita di depannya ia menunjukan senyuman. Satu-satunya alasan Arch tersenyum di dunia ini hanyalah Luciellea.

Arch menjauh dari Luciellea. Ia kembali duduk dengan tenang setelah ia menghirup aroma tubuh Luciellea yang memabukan. Jika ia berada dalam posisi itu lebih lama, ia tidak bisa berjanji untuk tidak menghujam Luciellea di sana saat itu juga.

Luciellea mengepalkan kedua tangannya, dadanya bergemuruh. Ia benar-benar ingin membunuh pria di sebelahnya.

Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia tidak mau menikah dengan Arch. Namun, ia tidak bisa melarikan diri lagi sekarang. Arch pasti akan menjaganya lebih ketat. Dan jika ia nekat kabur lagi, Arch mungkin benar-benar akan menyakiti orang-orang di sekelilingnya. Tidak! Ia tidak ingin menjadi penyebab kesengsaraan orang-orang yang ia cintai.

Mobil yang membawa Arch dan Luciellea sampai di mansion Callister, sebuah kediaman yang dijaga oleh ratusan penjaga. Sebuah bangunan yang terletak di atas tanah puluhan hektar.

Eadric membuka pintu mobil untuk Arch lalu kemudian untuk Luciellea. Ia membungkuk dengan hormat. Pria yang memiliki kekuasaan di bawah Arch itu hanya akan membungkuk untuk beberapa orang saja di dunia ini, dan Luciellea menjadi salah satunya.

Arch meraih tangan Luciellea. "Ayo masuk."

Luciellea mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Arch, tapi apa yang ia lakukan hanya sia-sia.

"Berhenti memberontak, kau hanya akan menyakiti tubuhmu sendiri." Arch berkata sembari memandangi wajah Luciellea.

Luciellea sangat ingin merobek wajah Arch. Bajingan sialan! Jika bukan karena pria itu mana mungkin ia akan menyakiti tubuhnya sendiri.

Arch melangkah, Luciellea mengikutinya dengan kesulitan menyeimbangkan langkah.

Pintu raksasa bangunan utama terbuka, barisan pelayan menyambut kedatangan Arch dan Luciellea.

"Selamat datang kembali di rumah, Tuan Arch, Nyonya Luciellea." Jacob, kepala pelayan di mansion Callister menyambut kepulangan tuan dan nyonyanya.

Arch melewati barisan pelayan. Ia membawa Luciellea melangkah lebih jauh ke dalam rumahnya. Di tengah aula besar, terdapat dua penjaga yang sudah babak belur dihajar oleh Luciellea.

Kaki Luciellea berhenti melangkah. Hatinya merosot. Apakah mungkin orang-orang itu dipukuli karena gagal menjaganya? Wajah Luciellea seketika menjadi pucat.

"Ayo, melangkahlah lebih dekat ke dua pengawal yang tidak becus menjagamu." Arch melepaskan Luciellea. Ia membiarkan wanitanya itu melangkah sendirian.

"Apa yang kau lakukan pada mereka?!" tanya Luciellea dengan suara bergetar.

"Kenapa? Apakah aku menghukum mereka terlalu ringan?" Arch bertanya dengan suara tenang.

"Tuan, ampuni kami." Dua pengawal itu bersuara serempak. Keduanya berlutut meminta belas kasihan.

Luciellea melihat ke dua pengawa lalu kembali melihat Arch. Apakah hukuman dua orang itu masih belum cukup?

"Aku tidak akan ditakuti jika aku berhati lunak." Arch mengeluarkan senjata api kesayangannya yang dilengkapi oleh peredam.

"Tuan, berikan kami kesempatan." Dua pengawal tadi berkeringat dingin. Mereka masih ingin hidup.

"Luciellea, pilih salah satu. Kau ingin mereka mati dengan cepat atau lambat?"

"Kau gila!" Luciellea terbelalak tak percaya.

"Tentukan pilihan, Luciellea." Arch bersuara lagi.

Dua pengawal tadi menatap Luciellea meminta belas kasihan. "Nyonya, beri kami kematian yang cepat." Salah satu pengawal bicara. Metode kematian dengan cara lambat akan sangat menyiksa. Mereka tidak akan sanggup menerima siksaan dari Arch.

"Lepaskan mereka! Kau tidak bisa membunuh mereka!" seru Luciellea.

Namun, yang terjadi selanjutnya terlalu cepat. Kaki Luciellea kehilangan kekuatannya. Ia terjatuh ke lantai bersamaan dengan tubuh dua pengawal yang kini terbaring dengan darah yang mulai membasahi lantai.

Arch berjongkok, ia menatap Luciellea lembut. "Mereka nyaris membuatku kehilangan dirimu, Ellea. Jadi, hanya kematian yang pantas untuk mereka. Aku akan melakukan hal yang sama bagi siapa saja yang mencoba memisahkan aku darimu."

Luciellea tidak memiliki tenaga untuk menentang Arch. Wajahnya kini semakin pucat. Ini pertama kalinya ia melihat pembunuhan secara langsung di depan kedua matanya.

"Berapa lama kau ingin berada di sini? Ayo pergi ke kamar kita." Arch meraih tubuh Luciellea kemudian menggendongnya.

"Lepaskan aku." Luciellea bersuara pelan. Ia masih gemetaran karena takut. Kedua tangan yang saat ini memeluknya adalah tangan yang sama yang membunuh orang hanya karena masalah kecil.

"Tidak dalam kehidupan ini, Ellea."

tbc

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ling Ling
Aku ikutan tkut thor, tapi seruuu
goodnovel comment avatar
Deiah Neingtyaz
keren buanget gaesss
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status