Alhasil belum sempat Nelson berjalan ke hadapan Brandon, Robert pun langsung menjambak rambutnya.“Plak, plak, plak ….”Tanpa aba-aba, Nelson pun menerima tamparan. Seketika wajahnya membengkak!Nelson terbengong, lalu berkata, “Kak Robert, aku suruh kamu pukul si pecundang itu … kenapa kamu malah ….”Bukan hanya Nelson saja yang terbengong, semua orang di tempat juga ikut terbengong.Apa yang terjadi?“Kalau kamu ingin mati, jangan ajak-ajak aku. Hari ini aku akan beri pelajaran sama kamu ….” Robert langsung menendang Nelson, dan berkata dengan galak, “Pukul! Pukul sampai babak belur ….”Anak buah Robert awalnya terbengong. Namun saat ini, mereka pun merespons. Berhubung atasan mereka sudah buka suara. Mana mungkin mereka hanya diam di tempat saja?Beberapa saat kemudian, belasan anak buah maju untuk mengerumuni Nelson, lalu mulai menghajarnya.“Kenapa? Kak Robert, kenapa malah aku yang dipukul?!”Nelson dipukul hingga babak belur. Dia pun meronta hendak melarikan diri, tapi perlawana
Apa mata mereka semua sedang rabun? Atau sedang bermimpi?Seorang Robert Jaspar malah bersikap hormat terhadap seorang pecundang?Kenapa Brandon bisa begitu hebat?Semua orang ingin mencubit mereka sendiri. Mimpi! Semua ini pasti adalah mimpi!Hannah juga terbengong. Dia yang sebelumnya merasa khawatir tiba-tiba merasa kaget. Kenapa masalah bisa menjadi seperti ini?Robert tidak meladeni pandangan Keluarga Limantara. Dia langsung berlutut, dan berkata dengan suara kecil, “Aku benar-benar tidak tahu orang yang dimaksud si berengsek itu kamu. Kalau aku tahu, aku juga tidak berani datang. Kamu jangan marah lagi ….”“Sudahlah.” Brandon mengerutkan keningnya, dan berkata dengan sinis, “Kamu sudah bertahun-tahun di dunia ini. Tapi kamu malah turun tangan langsung untuk masalah sepele ini?”“Si berengsek itu bantu aku urus masalah investasiku.” Robert juga tidak berani merahasiakannya lagi.Brandon menggeleng, lalu berkata dengan datar, “Sekarang dia sudah bangkrut. Kamu atur sendiri.”Selesa
Robert menampar Nelson lagi, lalu berkata dengan sinis, “Kenapa? Kamu nggak tahu Pak Brandon itu siapa? Kenapa kamu menyinggungnya?”“Dia … bukannya dia cuma menantu nggak berguna dari Keluarga Limantara? Dia hanya seorang pecundang?”Saat ini Nelson merasa menyesali perbuatannya. Padahal dia memanggil Robert kemari untuk memberi pelajaran kepada Brandon. Pada akhirnya, malah dia yang dipukul! Apalagi Nelson malah dipukul gara-gara Brandon! Nelson tidak paham!“Pecundang?” Robert tersenyum menyeringai. Baru saja dia hendak mengungkapkan identitas asli Brandon, tapi dia menyadari Brandon sedang menatapnya.Robert spontan merasa gemetar. Dia pun memaki, “Aku tanya sama kamu, apa kamu sudah bangkrut? Itu berarti uang 10 miliar yang aku titipkan sama kamu juga akan ditahan?”Keluarga Limantara tidak berani melerai. Namun, setelah mendengar ucapan Robert, mata semua orang langsung terbelalak, terutama Kakek Herman. Dia spontan melangkah maju, dan berkata, “Pak Robert … tadi katamu Pak Nelso
“Pak Nelson, apa kamu tidak ingin jelaskan? Tadi aku sudah suruh anak buahku untuk periksa, cek itu tidak bisa dicairkan!”Saat ini, Herman yang baru menutup telepon langsung membuang cek ke wajah Nelson. Raut wajahnya terlihat sangat galak.Awalnya Herman mengira uang 20 miliar itu akan jatuh ke tangannya. Tak disangka, ucapan Robert tadi sudah mengingatkannya. Dia segera meminta bawahannya untuk memeriksa, dan ternyata ucapan Robert itu benar.Saat ini Kakek Herman sangat membenci Nelson. Sebab, dia sangat mementingkan reputasinya. Dia malah hampir menikahkan cucunya dengan seorang pecundang yang sudah bangkrut. Jadi, apa mungkin Herman tidak merasa tertampar?Nelson mengusap darah di wajahnya, lalu memaksakan diri untuk tersenyum. “Kakek, kamu jangan lupa aku itu manajer proyek dari Perusahaan Investasi Sinjaya. Aku memang sudah bangkrut, tapi nggak susah bagiku untuk merintis dari awal ….”Begitu ucapan dilontarkan, Herman spontan mengerutkan keningnya. Apa Nelson sedang mengancamn
Brandon merasa emosi ketika melihat wajah pucat Hannah. Dia tidak meladeni Tansri, melainkan langsung berjalan ke sisi Nelson. “Nelson, jelas-jelas kamu dipukul sama aku, untuk apa kamu persulit seorang wanita? Lepaskan istriku, aku akan pergi bersama kalian.”Sekujur tubuh Hannah langsung gemetar. Dia menatap Brandon dengan tatapan tidak memercayainya.Biasanya, orang-orang sangat takut dengan polisi. Hannah tidak menyangka Brandon akan maju untuk meminta pengampunan dari oknum kepolisian.“Tenang saja, kamu itu istriku, aku pasti akan melindungi kamu.” Brandon tersenyum lembut, lalu berjalan ke hadapan Hardi. “Aku yang pukul dia. Aku yang seharusnya ditangkap.”Hannah merasa matanya sudah basah. Lelaki ini biasanya bersikap pecundang, hari ini dia malah bersedia maju untuk mengakui kesalahannya.“Hannah, kamu nggak apa-apa, ‘kan?” Tansri langsung berjalan ke sisi Hannah, mengamatinya dengan gugup.“Ibu, aku baik-baik saja. Tapi, Brandon … dia ….” Hannah menghela napas. Dia merasa kha
Selesai berbicara, Brandon melempar ponselnya ke sisi Hardi.Hardi mengangkat panggilan dengan kebingungan. Seketika wajahnya berubah muram. “Bu Karen, ternyata Ibu, ya! Iya, iya, iya, semua ini salahku! Salahku!”“Pak Presdir, kami tidak tahu diri. Maaf sudah menyinggung Bapak!”Selesai berbicara, Hardi langsung membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada Brandon. Kemudian, dia memerintah anak buahnya untuk segera meninggalkan tempat.Bercanda! Mana berani Hardi menyinggung orang ini?!“Pak … Pak Presdir?” Setelah mendengar ucapan Hardi, sekujur tubuh Nelson langsung gemetar. Saat ini, dia hanya merasa tatapan Nelson menggelap, dan dia pun jatuh duduk di lantai sambil bergumam, “Mana mungkin? Seorang pecundang malah benar-benar jadi presdir baru perusahaan? Nggak mungkin! Nggak mungkin!”“Nggak mungkin!” Semua orang juga tidak percaya dengan apa yang didengar mereka ….”Nelson terus menggeleng. Dia merasa dunia ini sudah gila. Nelson tidak percaya, si pecundang itu bisa menghancurkan
“Sepertinya masalah tidak semudah itu.” Renald mengerutkan keningnya. Jika masalah ini gampang untuk diselesaikan, sebelumnya dia juga tidak akan meminta bantuan Nelson.Herman memukul meja, lalu berkata, “Kalau ada yang berhasil mendapatkan dana investasi dari Perusahaan Investasi Sinjaya, dia akan menjadi proyek manajer dari proyek kawasan pusat bisnis ini!”Perlu diketahui, proyek kawasan pusat bisnis ini adalah proyek terbesar Keluarga Limantara! Jika bisa menjadi manajer proyek, mungkin saja orang itu akan menjadi Kepala Keluarga Limantara!Begitu ucapan Kakek Herman dilontarkan, mata semua orang menjadi terbelalak. Hanya saja, sangat sulit bagi semua orang untuk bisa menjalin hubungan dengan Perusahaan Investasi Sinjaya ….“Kakek.” Tiba-tiba Martin berdiri. “Belakangan ini aku kenal dengan seorang cewek cantik. Dia itu manajer administrasi Perusahaan Investasi Sinjaya. Seharusnya dia punya wewenang dalam perusahaan. Bagaimana kalau aku ajak dia ketemuan untuk bahas masalah ini?”
“Benar, tapi hubungan aku dengan dia hanya sebatas kenal saja. Entah kenapa dia tiba-tiba telepon aku.” Winnie menutupi ponselnya sambil berbisik.Brandon tersenyum. “Tidak usah hiraukan dia.”“Baik!” Winnie mengambil ponsel berjalan keluar ruangan. Dia berkata dengan dingin, “Presdir kami suruh aku nggak usah hirauin kamu.”Kemudian, Winnie segera menutup panggilan. Si Martin ini memang dungu!…Di sisi lain, senyuman di wajah Martin spontan terkaku. Dia langsung memaki, “Seorang manajer administrasi saja belagu banget! Dia kira dia itu siapa? Malah nggak mau hiraukan aku! Kenapa dia begitu meremehkan Keluarga Limantara?”Anggota Keluarga Limantara saling bertukar pandang. Apa mereka tidak salah dengar? Orang di ujung telepon mengatakan presdir baru tidak ingin menghiraukan Martin?!“Kakek, Perusahaan Investasi Sinjaya keterlaluan sekali!” ucap Martin dengan geram. “Bisa-bisanya mereka berbicara seperti itu. Jelas sekali kalau dia itu meremehkan kita! Bagaimana kalau aku cari orang un