Share

Bab 5

“Tuan, saya akan segera lapor kepada Ketua, Anda ….”

“Aku telepon kamu bukan untuk negosiasi. Kalau kalian tidak setuju, aku akan hancurkan Keluarga Sinjaya!”

Belum sempat orang di ujung telepon berbicara, Brandon langsung menutup panggilan.

Vila Purnama.

Setiap vila di sini didesain langsung oleh desainer ternama di dunia. Bahkan, setiap potong keramik hingga rumput di pekarangan juga dipilih yang berkualitas tinggi. Tempat tinggal di sini hanya bisa dibeli oleh orang yang bergelimang harta.

Saat ini, Brandon bersama seorang lelaki tua sedang duduk dengan santai di sofa depan balkon. Mereka berdua sedang bertukar pandang, tapi tampak ekspresi muram di wajah si lelaki tua.

Charles Sinjaya adalah Kepala Keluarga Sinjaya. Jika tidak melihat dengan mata kepala sendiri, sepertinya tidak akan ada yang menyangka, lelaki tua yang kelihatannya biasa-biasa ini adalah salah satu orang berkuasa di Keluarga Sinjaya Negara Jembara.

Sementara itu, di belakang Charles ada dua orang pengawal yang sedang berdiri dengan ekspresi dingin.

“Sudah tiga tahun aku tidak berjumpa dengan mantan Pemimpin Keluarga Sinjaya yang satu ini. Tapi kamu masih kelihatan sangat berwibawa!” ucap Charles dengan nada bercanda.

“Bukannya kamu suruh aku untuk menyelesaikan masalah kritis? Apa begini sikapmu untuk memelasku?” ucap Brandon tanpa sungkan.

Kedua pengawal di belakang Charles langsung berubah muram, dan amarah di hati mereka langsung membeludak.

Mereka sudah mengabdi terhadap Charles selama bertahun-tahun. Jadi, mereka pernah menjumpai berbagai macam tamu.

Hanya saja, ini adalah pertama kalinya mereka bertemu dengan tamu yang berani berbicara kasar terhadap Kepala Keluarga Sinjaya.

Apa lelaki itu sudah bosan hidup?

Sementara itu, raut wajah Brandon yang ditatap oleh kedua pengawalnya juga sudah berubah muram.

Ketika Charles menyadarinya, dia langsung berpesan kepada mereka, “Jangan lancang! Dulu orang itu memegang kendali yang sangat tinggi di Keluarga Sinjaya. Kalau dulu kalian bersikap seperti ini terhadapnya, sepertinya nyawa kalian sudah tiada!”

“Pak Charles, tapi dia tidak sopan sama Bapak!”

Charles tersenyum, lalu berkata, “Asalkan dia bersedia menerima permintaanku, jangankan bersikap tidak sopan, aku juga tidak masalah meski harus ditamparnya.”

“Hah?!” Kedua pengawal spontan terkejut, dan menatap Brandon dengan kedua mata terbelalak.

Apa orang yang kelihatan miskin ini sangat hebat?

“Grup Sinjaya dengan nilai aset triliunan itu didirikannya dengan tangan kosong.”

“Apa?!” Kedua pengawal kembali terkejut. Mereka sepertinya tidak bisa percaya dengan omongan Charles.

Ternyata orang ini adalah pantangan Keluarga Sinjaya. Selama beberapa tahun ini, siapa pun tidak diperbolehkan untuk mengungkit namanya!

“Sudah, kalian keluar dulu.”

Setelah kedua pengawal keluar, Brandon baru berbicara, “Cepat katakan!”

Charles menegakkan tubuhnya, lalu berbicara dengan serius, “Brandon, sekarang Grup Sinjaya membutuhkanmu. Aku berharap kamu bisa kembali untuk ambil alih posisiku.”

“Aku tidak tertarik,” balas Brandon dengan dingin.

“Kalau begitu, kamu pinjam aku 20 triliun!” Charles menukar persyaratan.

Kali ini, ujung mata Brandon langsung berkedut. “Pinjam 20 triliun? Paman, bisa-bisanya kamu buka mulut!”

Charles langsung merasa malu, dia pun membalas, “Aku juga sudah kehabisan akal. Sekarang keluarga kita sedang dalam bahaya. Jadi, sekarang kamu hanya punya dua pilihan saja. Kembali untuk mengatasi masalah ini atau pinjam aku 20 triliun!”

“Setelah kamu buat pilihanmu, aku akan penuhi persyaratan yang kamu katakan sebelumnya!”

Brandon melirik Charles sekilas, lalu berbicara dengan nada tidak berdaya, “Aku sudah menyadari ketulusan hatimu. Tapi permasalahannya, dari mana aku punya uang sebanyak itu?”

“Brandon, apa kamu tega melihat keluarga kita hancur begitu saja? Bukannya ada saldo ratusan triliun di rekening luar negerimu. Mohon sisihkan sedikit uangmu untuk selamatkan keluarga kita!” ucap Charles dengan tergesa-gesa. “Jadi orang nggak boleh lupa akar!”

Brandon yang awalnya sedang tersenyum langsung terlihat galak. “Lupa akar? Paman, apa yang terjadi pada tiga tahun lalu? Apa perlu aku ingatkan kamu lagi? Aku membawa Grup Sinjaya ke puncak kejayaan, bahkan membuat Grup Sinjaya menjadi salah satu dari sepuluh keluarga terunggul di seluruh dunia! Tapi apa yang sudah kalian lakukan sama aku?”

“Aku hampir saja mati di tangan Keluarga Sinjaya! Sekarang kamu suruh aku jangan lupa akar? Apa kamu tidak merasa lucu?”

“Selama beberapa tahun ini aku jadi menantu keluarga orang lain. Hidupku bahkan lebih sengsara daripada seekor anjing. Apa yang kalian lakukan selama ini? Tidak ada satu pun di antara kalian yang peduli dengan hidup matiku? Lebih tepatnya nggak ada satu pun dari kalian yang tertarik untuk tahu kabarku, ‘kan? Kalau bukan sekarang Keluarga Sinjaya lagi dalam masa krisis, apa kalian masih akan ingat sama aku?”

Brandon berucap panjang lebar.

Ujung mata Charles spontan berkedut. Dia lekas berkata, “Brandon, masalah itu memang salah kami. Tapi … asalkan kamu bisa bantu Keluarga Sinjaya melewati masa krisis, aku janji akan berikan kamu posisi sebagai Presdir dari Perusahaan Investasi Sinjaya!”

Perusahaan Investasi Sinjaya memang bukanlah perusahaan terbesar di Grup Sinjaya, tetapi merupakan perusahaan dengan potensi kuat.

Perusahaan mereka bergelut di bidang angel investor yang mana merupakan investor yang bersedia membantu permodalan perusahaan rintisan.

Perusahaan Investasi Sinjaya memegang banyak saham dari perusahaan besar maupun kecil di Jembara. Bahkan, masih banyak produk-produk baru yang sedang menunggu untuk dipasarkan. Tak disangka, Charles bersedia menyerahkan perusahaan itu kepada Brandon.

“Oke, sepakat!” Awalnya Brandon tidak ingin mengurus masalah Grup Sinjaya lagi, tapi masalah tadi pagi terus membekas di benaknya.

Jika Brandon tidak mengambil perusahaannya kembali, sepertinya orang-orang akan terus menginjaknya.

“Kamu tenang saja, aku akan urus masalah ini dengan baik. Besok kamu hanya perlu ke perusahaan untuk tanda tangan kontrak saja. Selain itu, bunga mawar Bulare yang kamu minta juga sudah aku pesan.” Akhirnya Charles bisa tidur nyenyak malam ini.

Jika Brandon masih bersikeras tidak ingin membantu Keluarga Sinjaya, Keluarga Sinjaya pasti akan berada di ambang kebangkrutan.

Brandon pun sudah malas meladeni Charles lagi. Saat Brandon hendak berjalan pergi, dia tiba-tiba berkata, “Oh ya, pinjamin aku jas ini.”

Brandon menginginkan jas yang diletakkan di atas sofa. Sebab, nanti malam Brandon akan menghadiri acara reuni teman kuliahnya. Dia sedang bingung entah harus mengenakan pakaian apa. Kebetulan dia menemukan jas yang lumayan bagus. Jadi, Brandon ingin meminjamnya.

“Silakan saja. Kalau kamu suka, kamu juga boleh bawa pulang. Ini hadiah dari Perusahaan Armani, labelnya saja masih belum dicabut.” Charles langsung mengiakan.

Harga jas merek Armani memang tidaklah murah, tapi nilai jas itu bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan 20 triliun.

Brandon juga tidak berpikir kebanyakan. Dia langsung pergi mengganti setelan jas itu. Kemudian, Brandon menyadari dirinya sedang mengenakan sandal. Dia pun pergi melihat rak sepatu Charles. Namun, ekspresinya langsung menjadi muram.

Sepertinya kaki si lelaki tua itu sangat bagus. Jadi, Brandon lebih memilih menggunakan sandal bolongnya daripada sepatu Charles.

Katanya, semuanya akan menghadiri acara reuni malam ini. Sepertinya bunga kampus mereka, Winnie Fortunata, juga akan hadir. Brandon pun sungguh menantikannya.

Brandon bersiul sambil mengendarai sepeda elektrik rongsokannya menuju Hotel Inna. Sebentar lagi acara reuni akan segera dimulai, Brandon pun takut dirinya akan terlambat.

“Tit ….”

Tiba-tiba terdengar suara klakson yang cukup keras. Sebuah mobil Porsche berhenti di samping Brandon. Jendela mobil diturunkan, lalu tampak ibu mertuanya Brandon, Tansri, sedang melepaskan kacamata hitamnya, lalu menatap Brandon yang sedang berada di pinggir jalan.

Tansri memang adalah ibu mertuanya Brandon, hanya saja berhubung dia pandai merawat wajahnya, Tansri pun terlihat bagai wanita berumur 30 tahun saja.

Saat ini, Tansri malah memperhatikan penampilan Brandon, lalu berkata dengan sinis, “Dari mana kamu bisa punya baju seperti ini?”

Selama tiga tahun Brandon menikah, orang yang paling ditakuti Brandon adalah ibu mertuanya, Tansri. Setelah mendengar ucapan ini, dia pun segera membalas, “Ibu, aku pinjam dari temanku ….”

“Oh? Kamu punya teman juga, ya?” Tansri tersenyum, lalu menambahkan, “Aku sudah dengar tentang masalah di perusahaan tadi. Berani-beraninya kamu menantang Pak Nelson?! Berhubung kamu nggak tahu diri, malam ini kamu kemas semua barang-barangmu. Besok kalian bercerai saja! Tenang, aku akan beri kamu sedikit uang tebusan.”

Brandon spontan menundukkan kepalanya, dan berkata, “Tapi … Ibu … aku benar-benar suka sama Hannah. Aku tidak bisa hidup tanpa dia ….”

Setelah mendengar ucapan Brandon, Tansri langsung membalas, “Jangan panggil aku Ibu, aku nggak punya anak seperti kamu ….”

“Kamu bilang kamu suka sama putriku? Memangnya kamu punya apa? Apa seorang pecundang pantas menyukai seseorang? Apa lagi yang bisa kamu lakukan selain cuci kaki dan kerjain kerjaan rumah? Apa kamu nggak tahu keberadaanmu selama tiga tahun ini sudah menghancurkan masa depan anakku?”

“Tadi, Nelson sudah telepon aku. Dia bilang asalkan aku restui hubungannya dengan Hannah. Dia bersedia keluarin uang 20 miliar sebagai mas kawin. Apa kamu tahu seberapa banyak uang 20 miliar itu? Sepertinya kamu bahkan nggak tahu satu miliar itu ada berapa nol!”
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fauzi Abdullah
sayang bini ada had ye...agak² la buat crrita pun mcm lelaki tu xde maruah
goodnovel comment avatar
Fauzi Abdullah
cerita sampah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status