" Bapak terus saja bela menantu kesayangan Bapak itu!" Siska menjawab ketus."Bapak tidak bela Mega, Bapak sedang menyayangkan tindakanmu yang di luar nalar Siska.""Bapak itu bela Mega!" "Cukup mbak, dari pada kamu urusi Mega, urus dulu masalahmu dan mas Agus mbak!" Ridho yang sejak tadi diam tak tahan juga akhirnya."Jangan sok perduli kamu dho, ajari saja istrimu sopan santun! Dasar perempuan udik, baru juga punya uang sedikit, sudah sombong sekali."Mega tersenyum kecut mendengarnya. "Mas Ridho benar mbak, urus saja masalah mbak dengan mas Agus, jangan sampai semua yang mas Agus punya terlepas dari tangan mbak Siska, nanti apa yang bisa mbak sombongkan lagi?"Dengan wajah puas Mega berjalan meninggalkan rumah mertuanya, sengaja ia lewat di depan rumah agar bisa menatap wajah Siska lebih dekat."Hati-hati mbak, Widya itu cantik dan sopan jika bicara." Ucap Mega lagi membuat mata Siska membelalak kesal."Heh apa maksudmu bilang begitu!" Siska berdiri bersiap memarik baju Mega, namu
Mas, aku punya berita baik!" Mega berseru saat langkah kaki Ridho terdengar bersama salam yang sudah di jawabnya.Wajah Ridho tak menunjukkan ketertarikan pada kalimat sang istri, ia hanya terseny sebentar sambil mengusap ujung kepala Mega sebelum berlalu ke belakang."Mas..." Gumam Mega lirih, ia ingin mendengar pendapat suaminya namun urung karena sikap dingin Ridho.Mega terduduk diam, cukup lama hingga Ridho kembali dan duduk di sisianya."Nanti malam mas dan Bapak berencana ke rumah mas Agus, kamu nggak apa di rumah sama anak-anak?""Soal mbak Siska lagi?" Tanya Mega memastikan, rupanya ia masih kalah dengan segala urusan tentang kakaknya itu.Tanpa rasa bersalah Ridho menganggukkan kepala, ia sedang tak memahami apa yang di rasakan istrinya."Masalah mbak Siska bukan masalah sepele dek, bisa saja mereka harus berpisah karena masalah ini."Mega menghela napas pelan. "Memang kenapa kalau mereka berpisah?"Mega berucap lirih.Ridho menatapnya lekat. "Sebegitu bencinkah kamu dengan m
"Bagaimana bisa kamu menikah lagi gus, bagaimana bisa kamu melakukan ini semua tanpa persetujuan Siska?" Harun menggebrak meja, ia bahkan berdiri menunjuk-nunjuk menantunya."Bapak jangan menunjukku begitu!" Agus ikut terbawa emosi, ia berdiri tanpa rasa hormat seolah menantang mertuanya."Mas, jangan berani dengan orang tua!" Ridho mengingatkan, bagaimanapun setatus Harun masihlah mertua bagi Agus."Bapak yang mulai dulu!" Ucap Agus kesal, ia menghela napas seolah berusaha membuang amarah."Dengar ya, kalian yang bertamu kemari, jika bicara baik-baik, aku akan ladeni baik, jika membentakku begitu, aku juga tak segan berbuat lebih." Ucap Agus lagi, ia lalu duduk dan menyandarkan punggungnya pada sofa."Teganya kamu mempermainkan pernikahan!" Ucap Harun yang akhirnya ikut duduk meremas jemarinya sendiri.Seketika mata nyalang Agus menatap tajam, seolah meremehkan arti kata sakral yang di ucaokan mertuanya. "Lelucon macam apa ini!" Ucapnya dengan senyum remeh."Pernikahan siapa yang bap
"kita pulang Dho!" Harun berdiri dari tempatnya duduk, ia memutuskan mengakhiri pembicaraan malam itu, ia berjalan keluar rumah menantunya."jika kamu memang tak bisa mempertahankan Siska, aku minta segera urus surat cerai kalian!" "Besok saya akan ke rumah pak, saya harus bertemu Siska lebih dulu." Ucap Agus saat mengantar Harun ke teras rumahnya.Harun tak menjawab, ia pergi begitu saja ke arah sepeda motor anaknya, semenyara Ridho yang melihat Bapaknya menatap lagi ke arah Agus."aku pulang dulu mas.""Ya, sampaikan maafku untuk Bapak, ini memang berat Dho, tapi mungkin sudah jalan terbaik." Ucapan Agus terdengar bagai pembelaan di telinga Ridho, ia memilih tak menjawab."Asalamualaikum!" Ucap Ridho lagi lalu berjalan mengikuti Harun ke arah motornya, mereka menerjang lebatnya hujan bersama jawaban dan kebenaran yang akhirnya mematahkan harapan.****Ridho masuk rumah dengan tubuh basah, Mega segera mengambilkan handuk untuk suaminya, dan menutup tubuh lelaki itu."Mas mau mandi
"Aku mau bicara mas." Mega meletakkan sendok makanya dan menatap sang suami.Pagi ini Mega dan Ridho duduk di ruang makan, makan bersama dua putri kecilnya sebelum Ridho berangkat ke ladang."Bicara apa?"Mega menghela napas, seakan mengumpulkan keberanian untuk mengatakan sesuatu. "Ceritaku dapat kontrak untuk di filmkan." Ucapnya pelan lalu menatap kembali suaminya.Ridho yang terkejut mengambil gelas minum dan meneguk habis air putih di dalamnya. "Film?" Ulangnya lagi, di jawab anggukan kecil Mega."Ya, film. Apa mas setuju?"Ridho tersenyum. "Tentu saja dek, ini kesempatan besar kan, kamu bisa melebarkan mimpimu di sana."Jawaban Ridho membuat senyum di wajah Mega mengembang, ia takut bila keinginannya hanya akan jadi angan tanpa restu sang suami."Jadi mas setuju aku menerima tawaran itu?""Ya tentu saja sejutu, terima saja tawarannya.""Meski harus keluar kota?Kalimat tanya Mega membuat Ridho diam seketika. "Apa harus ke luat kota?""Iya, ke Jogja. Mereka bilang aku harus di sa
Pov Mega"sialan!"Teriakan mbak Siska membuat kami semua terkejut, aku berlari memeluknya saat dirinya mencoba menyerang mas Agus atau mungkin Widya."Lepaskan aku Mega!" Teriaknya tak suka namun aku masih tetap memeluknya erat, emak juga akhirnya membantuku."Kemari kau perempuan murahan!" Ucapnya lagi, ia masih meronta berusaha melepaskan diri."Tenanglah mbak, jangan membuat suasana jadi lebih sulit." Mas Ridho menariknya dalam dekapan, aku tau ini memang berat, namun kita semua tau yang terjadi sekarang ini bukanlah tanpa alasan."Aku nggak bisa tenang, jika bisa aku akan membunuhnya juga!" Ucapnya terdengar seperti ancaman kosong namun tetaplah membuat kami semua khawatir."Jika kamu tak bisa tenang, aku akan pergi saja Siska!" Ucap mas Agus membuat mbak Siska melorot ke lantai."Kamu tak pernah berubah, semua yang terjadi kamu anggap kesalahan orang lain tanpa mau berkaca apa yang sudah kamu lakukan juga."Yang terdengar kini hanya tangisnya menggema, seolah merasakan sakit yan
Pov Mega"Maafkan Agus pak, mak. Maaf jika Agus ada salah selama menjadi menantu, maafkan segala kesalahan yang mungkin Agus perbuat."Bapak menghela napas mendengar kalimat yang di lontarkan mantan menantunya, ya,baru daja talak di lepaskanas Agus untuk memutus pernikahannya dengan anak perempuan di rumah ini."Bapak kecewa gus, kecewa dengan anak bapak sendiri, bahkan kecewa denganmu juga!" Ucap bapak sembari melirik ke arah Widya.Kami semua bisa tau kemwna arah ucapan Bapak sebenarnya, bahkan Widya ku rasa juga sama, ia mulai duduk tak tenang dan berkali-kali mencuri pandang ke arah kami semua."Salahkam saja Agus pak, sebagai suami aku gagal mendidik Siska.""Didikan keluarha kami juga salah mas, tidak perlu lagi mencari siapa yang memulai segalanya." Mas Ridho mencoba menengahi.Mas Agus tiba-tiba menatapku, "Aku minta maaf padamu Mega."Aku tertegun, entah apa yang sudah di lakukannya hingga harus meminta maaf."Kejadian di bank saat itu, aku yang merencanakannya, maaf menjadik
"Sudah puas mak menghancurkan pernikahan anakmu sendiri?"Ucapan Bapak memecah sunyi yang tercipta, sejak kepulangan mas Agus, kami masih berkumpul di rumah Bapak, bi Santi dan bude Halimah bergantian menunggu mbak Siska. Aku? Aku memilih di luar, kakak iparku tak mau aku mendekatinya."Apa maksud bapak bilang begitu, bapak kira aku tidak sedih melihat anakku jadi begitu?" Emak tersinggung dengan ucapan Bapak."Bukannya ini keinginanmu Siti, ide gilamu itu yang menghancurkan rumah tangga anakmu, itu berarti keinginanmu kan?""Mana ada orang tua yang mau pernikahan anaknya hancur!" Ucapan Emak masih terdengar sebagai pembelaan."Ada, kamu contohnya, orang tua yang tak pernah mau mengoreksi anaknya bila salah, orang tua yang selalu membenarkan kesalah anaknya, kamu yang menginginkan semua ini terjadi!"Emak menangis, aku tau hatinya pasti sakit sekali, semua ucapan bapak benar-benar menyudutkannya."Aku hanya ingin Siska bahagia pak, menikah bertahun-tahun tanpa anak, bapak pikir itu mu