Share

Bab 73. Sindiran para ibu-ibu.

Fiah melongokkan kepalanya ke dalam kamar Dinda. Dia melihatnya Dinda sedang duduk bersandar dengan santainya.

Dinda menoleh ketika melihat kepala Fiah muncul di pintu.

"Mana air dinginnya, Fiah?"

"Kaki Mbak Dinda sakit ya?" Fiah bertanya.

Dinda melongo. “Tidak kok!" Jawabnya.

"Kalau begitu ambil sendiri! Kecuali kalau kaki dan tangan Mbak Dinda itu sudah nggak berfungsi, baru teriak!" Sahut Fiah, dan kemudian langsung ngeloyor pergi.

"Dasar! Bilang saja malas disuruh!" Dinda membalas berteriak.

Fiah tidak mau lagi mendengar teriakan nenek lampir.

"Mendingan main saja! Daripada ngeladenin orang seperti ratu kesasar!" Gumam Fiah.

Dinda menghentakkan kakinya. Dengan sangat malas dia melangkah juga ke dapur untuk mengambil air dingin.

"Dinda.." Ibu menegur dari belakang. Dinda hanya melirik saja.

"Jangan sering minum air es, Nak. Kamu itu sedang hamil. Itu tidak bagus. Bisa kembar air kalau kata kami orang kampung." Ujar Ibu sekedar untuk memperingatkan Dinda.

(Kembar air itu istilah ora
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status