Begitu mendengar suara itu, Amanda langsung berkata dengan terkejut, "Irvy? Kenapa dia datang ke sini?"Beberapa orang itu berjalan ke arah pintu, saat itulah mereka melihat staf manajemen komplek vila datang dengan membawa sekelompok anak muda.Dengan dipimpin oleh Gustar dan Irvy, para anak muda itu adalah generasi muda Keluarga Liwanto."Nyonya Desi, Nona Irvy ini menyebutkan dia adalah keponakan Nyonya. Katanya dia datang untuk mengantarkan hadiah," kata staf manajemen komplek dengan penuh hormat.Saat ini, Irvy dan yang lainnya membawa bungkusan besar dan bungkusan kecil. Dilihat dari bungkusan-bungkusan itu, hadiah-hadiah tersebut berupa berbagai merek rokok dan teh berkualitas bagus, serta berbagai pakaian dan aksesori mahal.Menyaksikan pemandangan itu, bola mata Desi bahkan sudah nyaris melompat keluar dari kelopak matanya.Apa matahari benar-benar sudah terbit dari barat?Sejak kembali ke Keluarga Liwanto belakangan ini, Irvy, Gustar dan yang lainnya sama sekali tidak mengang
"Percaya atau nggak, terserah."Tadi Ardika juga mendengar Amanda sedang menghasut Desi. Saat ini, dia hanya menanggapi wanita itu dengan acuh tak acuh, lalu berkata pada Asnah yang baru berjalan keluar dari dapur, "Bibi Asnah, apa masih ada nasi dan sayur sisa tadi siang?""Tuan Ardika, Nona Luna bilang nggak boleh ada nasi dan sayur sisa di rumah, nggak sehat."Asnah melirik Desi yang saat ini sedang emosi dengan sorot mata agak ketakutan, tetapi dia tetap memberanikan diri dan berkata, "Tuan Ardika, aku akan membuatkan makanan untukmu sekarang.""Nggak perlu repot-repot, buatkan semangkuk mi untukku saja.""Oke."Selesai berbicara, Ardika hendak naik ke atas agar bisa tenang, tetapi malah dihentikan oleh Desi."Ardika, berdiri di sana! Katakan dengan jelas!""Kamu bilang kamu menyuruh orang mengalihkan saham sebesar 4 triliun untuk Luna? Apa kamu pikir kami akan percaya?""Membual apaan kamu?!"Amanda dan Doni juga mencibir, mereka juga tidak memercayai ucapan Ardika.Hanya Jacky ya
Ardika tidur sampai jam makan siang sudah lewat baru bangun.Baru saja berencana turun, ingin meminta Asnah untuk membuatkan sedikit makanan untuknya, dia mendengar suara Desi dari ruang tamu."Amanda, apa kamu tahu ada kejadian aneh di perusahaan Luna?""Tadi malam, tiba-tiba ada orang yang mengalihkan saham sebesar 4 triliun untuk Grup Hatari!""Hari ini begitu menerima informasi, Luna segera kembali ke Kota Banyuli untuk menanganinya ...."Di sofa ruang tamu, Desi sedang pamer dengan Amanda, adiknya yang duduk di seberangnya.Doni, suami Amanda juga berada di sana. Dia sedang berbincang dengan Jacky dengan volume suara kecil. Begitu mendengar topik pembicaraan ini, dia langsung mengalihkan pandangannya ke arah dua orang wanita itu.Sebelumnya Futari terlibat perselisihan dengan mereka. Dengan diliputi emosi, gadis muda itu langsung datang dan tinggal di rumah Luna. Hari ini Doni dan Amanda datang untuk menjemput putri mereka."Astaga, 4 triliun?!""Benarkah? Siapa yang mengalihkan s
"Jadi, kamu membuatku sangat kecewa.""Ya, benar juga. Orang yang suka menginjak-injak orang sepertimu, mengikuti aturan permainan nggak akan pernah ada dalam kamus hidup kalian.""Kalau hari ini aku melepaskanmu, kamu bukan hanya nggak akan berterima kasih padaku, malah akan makin menjadi-jadi dalam membalasku.""Kalau begitu, mati saja sana."Sebelum Ardika selesai berbicara, dia tiba-tiba mengerahkan kekuatan pada tangannya."Krak ...."Seiring dengan terdengar suara tulang tenggorokan patah, ekspresi tidak percaya, memohon pengampunan, tidak terima dan lain sebagainya muncul di wajah Jerfis.Namun waktu tidak memberinya kesempatan lagi.Sekujur tubuhnya berkedut seperti seekor anak ayam yang akan segera mati. Darah muncrat keluar dari mulutnya, lalu tubuhnya terjatuh ke belakang."Bam ...."Tubuh Jerfis yang tinggi dan besar itu langsung terjatuh membentur lantai.Orang yang sudah mati bagaikan lampu yang telah padam.Ardika hanya melirik jasad di lantai itu sekilas sebelum langsun
"Krak ... krak ...."Tembakan kosong!Begitu mendengar suara ini, keringat dingin langsung membanjiri dahi Jerfis.Beberapa saat kemudian, dia tampak seperti baru diselamatkan dari air.Masih hidup!Dia berhasil bertahan melewati putaran kedua!Jerfis senang bukan main, revolver di tangannya ini terdiri dari enam silinder. Dia sudah berhasil bertahan hidup dua ronde, benar-benar beruntung.Selain itu, sekarang setelah dua ronde berlalu, hanya dua silinder yang tersisa.Salah satu di antaranya berisi peluru.Dengan kata lain, kalau selanjutnya Ardika menembak lagi, ada lima puluh persen kemungkinan lawannya itu akan tertembak!Tanpa menunggu Jerfis puas bersenang-senang, Ardika sudah merampas revolver dalam genggamannya, lalu membidik dahi sendiri dan menarik pelatuk tanpa ragu."Krak ... krak ...."Tembakan ketiga Ardika tetap tembakan kosong!Senyum bahagia yang menghiasi wajah Jerfis menegang seketika.Sudah lima tembakan adalah tembakan kosong, sekarang hanya sisa satu tembakan tera
"Krak ... krak ...."Terdengar suara rolet berputar, tidak ada peluru yang melesat keluar.Ardika tetap berdiri di sana dalam kondisi baik-baik saja, tetap tampak tenang.Senyuman dingin yang menghiasi wajah Jerfis langsung menegang, bulir-bulir keringat dingin mulai bercucuran di dahinya.Dia sama sekali tidak menyangka Ardika akan bertindak tanpa ragu.Sementara itu, ada enam silinder dalam revolver tersebut. Sekarang Ardika sudah menembakkan tembakan bersama dan baik-baik saja. Setelah revolver berputar sekali, kalau dia menembak, kemungkinan peluru melesat keluar akan jauh lebih besar daripada sebelumnya.Hal yang lebih penting lagi adalah, ini bukan bertaruh uang, melainkan bertaruh nyawa!Sebenarnya, setiap kali menembak sama saja dengan mati sekali!"Tuan Muda Jerfis, sudah giliranmu."Ardika mengait revolver itu dengan jari tangannya, menyodorkannya ke hadapan Jerfis.Sorot mata Jerfis berkedip. Beberapa saat kemudian, setelah bergumul cukup lama, pada akhirnya dia baru mengamb