Lagi pula, selama ini Jesika yang mengelola Grup Susanto Raya, bahkan mengelolanya dengan sangat baik.Kalau benar-benar membiarkan Jesika meninggalkan Grup Susanto Raya, tentu saja Ardika sangat tidak rela.Bahkan Rivani yang sudah berpengalaman dan berwawasan luas, saat ini juga membelalak kaget mendengar kemurahan hati Ardika. "Meminta Jesika menjabat sebagai presdir, memegang kendali atas Grup Susanto Raya? Apa kamu nggak khawatir suatu hari nanti kamu disingkirkan?"Kenyataan bahwa keluarga besar mempekerjakan manajer profesional untuk mengelola perusahaan, alhasil sang pemilik malah disingkirkan, sudah terlalu banyak contohnya.Apalagi, maksud Ardika adalah langsung menyerahkan Grup Susanto Raya kepada Jesika, membiarkan Jesika memegang kendali penuh.Rivani benar-benar tidak mengerti dari mana kepercayaan diri Ardika ini.Ardika melirik Jesika, lalu berkata sambil tersenyum, "Bibi, kalau bahkan putrimu saja nggak bisa seratus persen kupercayai, di dunia ini hanya segelintir oran
Hanya segelintir orang yang mengetahui kebenaran mengenai apa yang terjadi di Grup Susanto Raya pada pagi harinya.Juga hanya beberapa orang yang berada di lokasi kejadian itu yang mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi. Namun, karena hal itu berkaitan dengan Keluarga Bangsawan Basagita, Keluarga Rewind, serta tokoh-tokoh besar seperti Vanya dan Jigo, jadi tentu saja orang-orang ini tidak berani membicarakan hal tersebut pada orang luar.Karena itulah, mengenai bagaimana Grup Susanto Raya bisa membalikkan keadaan seperti menciptakan keajaiban itu, pihak luar memiliki asumsi masing-masing.Sekarang, presdir Grup Susanto Raya tiba-tiba berganti orang, sedangkan Jesika, sang presdir baru, dengar-dengar adalah seorang Nona Keluarga Siantar, yang merupakan sebuah keluarga kaya di Gotawa.Dengan begitu, kebenaran sudah tidak sulit ditebak lagi.Sangat jelas, kekuasaan Ardika telah direbut oleh asistennya sendiri, dia telah disingkirkan.Grup Susanto Raya sudah menjadi aset Keluarga Siantar
"Hahaha, ternyata memang benar kamu! Kenapa? Apa kamu bahkan sudah melupakanku? Aku sudah meneleponmu cukup lama, kamu baru menjawab panggilan teleponku!"Pria di ujung telepon berpura-pura tidak senang, tetapi suara tawa riangnya telah menunjukkan suasana hatinya saat ini.Ardika langsung tertawa dan berkata, "Melupakan siapa pun, aku juga nggak akan berani melupakan Pak Sutandi. Pak Sutandi, bagaimana kondisi tubuh Bapak? Sudah bertahun-tahun berlalu, paling nggak Bapak pasti sudah menjadi kepala sekolah, 'kan?"Sutandi Yasin, wali kelas Ardika saat dia bersekolah di ibu kota provinsi.Saat itu, dia diabaikan oleh Keluarga Mahasura, ditindas oleh anak-anak Keluarga Mahasura yang lain. Jadi, sering kali dia tidak bersedia pulang ke rumah.Di saat-saat inilah, Sutandi selalu membawa Ardika pulang ke rumahnya, meminta istrinya untuk membuatkan masakan lezat untuk Ardika, serta memberi Ardika bimbingan belajar.Tentu saja Ardika masih mengingat hal-hal ini.Hanya saja, setelah dirinya te
"Kamu nggak perlu terburu-buru mengakui kesalahan."Ardika melambaikan tangannya, lalu bertanya dengan suara dalam, "Sebenarnya apa yang terjadi? Apa uang itu sudah digelapkan?"Dia sudah memerintahkan dana sebesar 40 triliun dari aset Keluarga Citora dan Keluarga Dougli, semuanya digunakan untuk kegiatan amal.Sekarang berani-beraninya ada orang yang menyentuh uang tersebut, tentu saja hal ini membuat ekspresi Ardika berubah menjadi agak muram."Kalau hanya penggelapan dana, masih muda diatasi."Levin berkata dengan ekspresi masam, "Orang-orang Keluarga Dougli luar negeri menyepakati penggantian aset dengan Grup Mitsun Negara Jepara, aset Grup Mitsun di Erom dialihkan kepada Keluarga Dougli luar negeri tersebut.""Sementara itu, aset di Negara Nusantara yang bernilai 40 triliun itu, dikuasai oleh Grup Mitsun.""Sebelumnya, aku mengirimkan orang-orang dari Keluarga Septio untuk mengambil alih aset-aset ini. Tapi kemarin, kekuatan dunia preman ibu kota provinsi tiba-tiba muncul dan meng
Ardika tahu jadwal kepergiannya ke ibu kota provinsi sudah harus dimajukan.Dia harus mengambil kembali dana amal sebesar 40 triliun itu.Grup Mitsun harus menerima hukuman.Namun, dia harus menangani masalah ini dengan hati-hati, tidak boleh sampai memengaruhi sumber mata pencaharian puluhan ribu orang, hingga menimbulkan kericuhan besar.Setelah berpikir sejenak, Ardika berkata pada Levin, "Kamu berangkat ke ibu kota provinsi sekarang juga, selidiki dengan jelas detail kejadian kali ini. Adapun mengenai anak buahmu yang dilempar ke danau itu, aku pasti akan menegakkan keadilan untuknya.""Baik, Kak Ardika!"Levin segera menangkupkan tangannya.Ardika berkata, "Satu hal lagi, bawa Tina bersamamu. Sebelumnya, dia selalu berencana untuk pergi ke ibu kota provinsi untuk merebut wilayah kekuasaan. Karena dalam kejadian kali ini ada kekuatan dunia preman yang terlibat, maka setelah orang-orang itu disingkirkan, juga jangan sampai menguntungkan pihak lain."Terlepas dari apa identitas dan s
Jorgo sudah resmi ditunjuk sebagai Wali Kota Banyuli, besok dia sudah akan menjalani upacara pengangkatan.Saat Hongkem didaftarkan dan memasuki pasar, Jorgo dan istrinya, Violet, muncul di lokasi, menunjukkan mereka memberikan dukungan pada Ardika.Tentu saja Ardika juga membalas kebaikan mereka. Tanpa banyak bicara, dia langsung menghubungi Jigo, tetua kabinet.Terlebih lagi, CV Jorgo menunjukkan pria paruh baya itu paling cocok untuk menjabat sebagai Wali Kota Banyuli.Dengan pria itu mengambil alih kepemimpinan Kota Banyuli, perencanaan-perencanaan Ardika sebelumnya baru bisa dipastikan bisa berlanjut, tidak akan menimbulkan pergolakan apa pun.Ditambah lagi, Jorgo adalah menantu Keluarga Bangsawan Dienga Supham, latar belakangnya sangat kuat, jadi bisa memastikan saat dia mengelola Kota Banyuli, dia bisa mengendalikan kota ini dengan baik berdasarkan gagasan dan pemikiran sendiri, tidak akan menjadi boneka pihak-pihak tertentu dan diserang oleh orang-orang tersebut begitu saja."B
Panggilan telepon dengan Sutandi ini, membuat perasaan mengganggu yang menyelimuti hati Ardika karena Grup Mitsun, langsung berkurang banyak."Plak ...."Tepat pada saat Ardika hendak memejamkan mata untuk beristirahat sejenak, tiba-tiba saja pundaknya dipukul oleh seseorang.Telapak tangan itu sangat besar, juga sangat kuat, langsung memberikan orang sensasi tekanan yang besar.Namun, Ardika jelas tidak merasakan gejolak emosi apa pun akibat sensasi tekanan besar seperti itu. Begitu dia membuka matanya, dia melihat seorang pria botak bertubuh kekar dengan ekspresi sedikit ganas tengah berdiri di sampingnya. Tangan besar pria itu ditempatkan di bahunya."Sobat, boleh tukar tempat duduk?"Pria botak itu bertanya dengan santai. Dia menunjuk tempat duduk di samping Ardika dan berkata, "Aku bersama pacarku, tapi nggak berhasil mendapatkan tempat duduk yang berdampingan."Di belakangnya, seorang wanita muda yang sangat cantik, berpakaian menunjukkan pinggangnya, sedang memainkan ponsel tanp
Suasana di gerbong langsung berubah menjadi sangat hening.Tidak ada yang menyangka ketenangan yang ditunjukkan oleh Ardika sebelumnya adalah awal dari penyerangannya.Di hadapan Ardika, pria botak bertubuh kekar dengan ekspresi ganas itu, sangat lemah bagaikan seekor anak ayam, yang bisa dikendalikan olehnya sesuka hatinya.Di tengah suasana hening ini, Ardika menyeret pria botak itu ke arah pintu gerbong tanpa ekspresi, lalu membalikkan tubuh pria itu."Bawa semua uang ini dan kembali ke gerbong tigamu."Setelah melontarkan satu kalimat ini dengan sangat tenang, Ardika langsung mengangkat kakinya dan melayangkan satu tendangan ke bokong pria botak tersebut."Bam!"Pria botak itu langsung menerjang masuk ke gerbong tiga, memicu teriakan terkejut.Sementara itu, di gerbong sini, di bawah tatapan kagum maupun ketakutan semua orang, Ardika berjalan kembali ke tempat duduknya dengan tenang."Permisi."Wanita cantik itu tengah tercengang menatap Ardika. Tiba-tiba saja, dia disadarkan oleh
"Berhenti!""Apa Pak Wilgo sudah mengizinkanmu pergi?"Melihat amarah Wilgo sudah meledak, beberapa orang murid Organisasi Snakei itu segera maju dan menghalangi jalan Ardika.Ardika hanya tertawa pelan, dia bahkan tidak melirik murid-murid itu sama sekali.Dia langsung berbalik menatap Wilgo dan berkata dengan acuh tak acuh, "Pak Wilgo, sepertinya kamu ini adalah orang yang telah diberi kesempatan, tapi malah nggak menghargainya."Wilgo mendengus dingin dengan acuh tak acuh. "Memangnya kamu siapa? Memberiku kesempatan?""Hei, becermin dulu kamu, lihat siapa dirimu! Memangnya kamu adalah ketua Organisasi Snakei cabang Gotawa, atau Kodam Provinsi Denpapan?""Bahkan Jace, Wali Kota Ibu Kota Provinsi saja nggak berhak untuk berbicara seperti ini. Memangnya kamu berhak?""Memberi Pak Wilgo kesempatan? Memangnya kamu pantas?"Satu per satu dari beberapa orang murid Organisasi Snakei itu juga ikut buka suara. Bagi mereka, Ardika adalah orang bodoh yang tidak tahu diri.Ardika tertawa dan ber
Sementara itu, di samping Wilgo, Zilvana dan beberapa orang murid Organisasi Snakei yang bertugas untuk melayani Wilgo juga menatap Ardika dengan tatapan dingin.Organisasi Snakei memiliki tiga puluh enam cabang, setiap cabang besar ada cabang kecil lagi.Murid Organisasi Snakei di Negara Nusantara paling tidak berjumlah jutaan orang.Mereka tahu jelas dibandingkan siapa pun betapa sulitnya untuk menonjol di tempat yang dipenuhi dengan banyak orang hebat ini.Namun, Ardika bukan hanya menolak penawaran Wilgo, tetapi juga bersikap acuh tak acuh terhadap Wilgo. Bagi mereka, sikap Ardika ini benar-benar tidak tahu diri.Apalagi berani-beraninya Ardika mempermalukan Wilgo seperti ini, benar-benar cari mati!Ardika meletakkan cangkir tehnya, lalu tersenyum tipis dan berkata, "Pak Wilgo, apa menolak penawaran seseorang juga butuh kepercayaan diri?""Dari mana datangnya logika yang mengintimidasi seperti ini?""Tapi karena kamu sudah berbicara sebanyak ini, maka aku terpaksa memberi sedikit p
Wilgo menatap Ardika dengan tatapan dingin selama beberapa saat. Saat ini, tiba-tiba saja seulas senyum hangat menghiasi wajahnya. Dia berjalan menuju ke kursi batu di seberang Ardika dan duduk di sana."Ardika, kamu sudah berprasangka buruk terhadapku.""Tapi, aku juga mengerti. Kamu baru pertama kali bertemu denganku, belum mengenaliku. Jadi, wajar saja kamu salah paham padaku.""Kali ini, aku sudah memaafkanmu.""Tapi hanya kali ini saja, jangan diulangi lagi.""Bagaimanapun juga, aku yakin kamu sangat berkemampuan. Aku nggak akan memedulikan kata-kata yang kamu ucapkan tadi. Tapi kalau sampai ucapanmu itu tersebar keluar, akan menimbulkan kesalahpahaman dalam hubungan kita."Usai berbicara, Wilgo berinisiatif mengangkat teko, lalu menuangkan teh ke dalam cangkir Ardika yang sudah kosong itu hingga penuh. "Tahukah kamu mengapa aku begitu memandang tinggi kamu? Itu karena aku bisa melihat mungkin Rosa sedikit menyukaimu.""Perlu kamu ketahui putri kesayanganku yang satu ini selalu me
Namun, Ardika bukanlah orang biasa. Bagaimana mungkin dia bisa terbuai oleh penawaran-penawaran Wilgo itu dengan mudah?"Pak Wilgo, aku bukan anak kecil yang berusia tiga tahun lagi. Kamu nggak perlu mengatakan hal-hal seperti ini padaku."Ardika merenggangkan pinggangnya dengan malas, lalu mengambil teko dan menuangkan secangkir teh untuk dirinya sendiri."Pertama-tama, kamu ingin aku menggantikanmu berduel bukan karena kamu benar-benar memandang tinggi kemampuanku.""Hanya karena sekarang Sofian sudah mati, nggak ada sumber daya manusia yang bisa kamu gunakan saat ini. Sedangkan aku, hanya dengan beberapa patah arahan dariku saja, Werdi sudah bisa membunuh Sofian.""Jadi, untuk saat ini, aku adalah orang yang paling cocok menggantikan Sofian untuk berduel.""Biarpun aku mati, kamu juga nggak akan rugi.""Bagaimanapun juga, aku baru datang ke ibu kota provinsi dari Kota Banyuli. Aku nggak punya latar belakang. Yah, paling aku hanya seorang anak yang telah diusir oleh Keluarga Mahasura
"Ardika, pernahkah kamu berpikir begitu waktunya tiba, bahkan Keluarga Mahasura yang pernah mengusirmu itu, juga akan memohon padamu untuk kembali sambil menangis!""Tentu saja, persyaratan dari keuntungan-keuntungan yang bisa kamu peroleh ini adalah kamu harus mendengarkanku.""Aku berhak penuh untuk mengaturmu, apa pun yang kuperintahkan, harus kamu jalani!"Wilgo menatap Ardika dengan tatapan penuh percaya diri, seolah-olah dia sudah pasti bisa menundukkan Ardika.Dia yakin biarpun Ardika bisa menolak sepuluh juta Milvem itu, pemuda tersebut juga tidak akan menolak iming-iming besarnya.Awalnya, Ardika berencana langsung bangkit dan pergi begitu saja, karena dia benar-benar malas mendengar iming-iming besar dari Wilgo, seakan-akan dia adalah anak berusia tiga tahun yang begitu mudah untuk ditipu.Namun, melihat kepercayaan diri di wajah Wilgo, Ardika duduk kembali ke tempatnya.Dia ingin mencari tahu dengan jelas dari mana orang ini mendapatkan kepercayaan diri seperti itu."Pak Wil
Setelah menilai Ardika dalam hati, Wilgo langsung mengangkat kedua lengannya dan menepuk tangannya.Dalam sekejap, seorang murid yang memakai lencana Organisasi Snakei di dadanya langsung berjalan masuk dengan membawa sebuah kotak.Wilgo melambaikan tangannya.Murid tersebut langsung datang menghampiri dengan membawa kotak tersebut, meletakkan kotak tersebut di hadapan Ardika, lalu membukanya.Saat itu juga, terlihat setumpuk demi setumpuk uang tunai yang tersusun dengan rapi dan sangat menggiurkan itu.Sambil menyesap tehnya, Ardika bertanya dengan acuh tak acuh, "Pak Wilgo, apa maksudmu dengan ini?"Wilgo mengambil setumpuk uang tunai, lalu membolak-balikkan setumpuk uang tersebut dengan jari-jarinya. Dia berkata sambil tersenyum, "Ada sepuluh juta Milvem di sini, ini adalah bayaran dariku untukmu.""Bayaran?"Tetap tidak ada gejolak emosi apa pun yang terlihat di wajah Ardika.Wilgo mengangguk. Tanpa dia sadari, dia mengubah panggilannya terhadap Ardika. "Bocah, sebelumnya kamu data
Ardika menyesap tehnya dengan santai sebelum berkata dengan acuh tak acuh, "Bukan, aku nggak punya guru."Tentu saja dia tidak akan memberi tahu Wilgo keahliannya dalam membunuh orang ini, diperolehnya melalui pertarungan sengit melawan puluhan ribu prajurit."Nggak punya guru? Itu artinya kamu mempelajarinya secara otodidak?"Wilgo menatap Ardika dengan tatapan sedikit curiga. Melihat ekspresi Ardika tidak menunjukkan tanda-tanda sedang berbohong, dia tertawa dan berkata, "Bisa mengandalkan keahlian yang diasah sendiri untuk menekan Hainiken, sepertinya kamu ini memang berbakat dalam seni bela diri!""Bahkan Vita yang katanya adalah orang paling berbakat di Organisasi Snakei cabang Gotawa, juga pasti akan malu saat berhadapan denganmu!"Wilgo berinisiatif menyebutkan nama Vita.Tidak tahu apakah dia sedang menguji Ardika, atau ingin menyulut hasrat Ardika untuk menang.Ardika tidak menanggapinya, melainkan hanya tersenyum tipis dan menyesap tehnya.Wilgo tersenyum dan berkata, "Sikapm
"Ardika ...."Rosa tidak bisa menahan diri dan mengedipkan matanya pada Ardika. Dia berharap dengan mempertimbangkan dirinya, pria itu bisa bersikap merendah untuk sekarang ini.Ardika tidak memedulikan Rosa, juga sama sekali tidak bermaksud untuk maju dan menyapa Wilgo. Dia tetap berdiri di tempatnya dan berkata dengan acuh tak acuh, "Seharusnya ini adalah Pak Wilgo, 'kan?""Bukankah kamu yang mengirim orang untuk mengundangku kemari, kenapa kamu malah menungguku untuk memberi hormat padamu lagi?""Apa seperti ini cara Pak Wilgo melayani tamu?""Kalau memang begitu, kalau nggak ada urusan lain lagi, aku pergi dulu."Selesai berbicara, Ardika langsung berbalik, benar-benar ingin pergi begitu saja.Menyuruhnya memberi hormat pada Wilgo?Jujur saja, Wilgo masih belum pantas menerima penghormatan darinya.Hanya dengan identitasnya sebagai ketua Organisasi Snakei cabang Gotawa, kalau benar-benar ingin membicarakan etika dan sopan santun dengan ketat, seharusnya Wilgo yang berlutut memberi
Benar saja, begitu Rosa selesai berbicara, ratusan orang murid itu sudah tidak bisa menahan diri lagi ingin menyerang.Tepat pada saat ini, Ardika tersenyum tipis dan berkata, "Sudah, sudah. Ada masalah apa pun antara kita, nanti kita bicarakan secara pribadi saja. Di hadapan banyak orang luar seperti ini, nggak baik menyerangku seperti itu."'Cih!''Orang luar?''Memangnya siapa orangmu!'Saking kesalnya, dada Rosa sampai naik turun, ekspresi malu menghiasi wajahnya, membuatnya terlihat makin menawan.Sementara itu, amarah murid-murid Organisasi Snakei itu sudah hampir meledak.Melihat suasana yang tadinya khusyuk, kini menjadi kacau balau dibuat oleh Ardika, akhirnya Zilvana tidak bisa menahan diri lagi. Dia segera melangkah maju dan berkata dengan dingin, "Tuan Ardika, Pak Wilgo masih sedang menunggumu di dalam!""Oh, kalau begitu, tunjukkan jalannya."Ardika mengangkat dagunya, lalu bertanya pada Rosa sambil tersenyum, "Kamu nggak menemaniku masuk ke dalam? Aku sedikit takut pada a