Ekspresi terkejut terlihat di wajah Jiro. Dia tidak menyangka Ardika bisa menghindari serangan mematikannya ini dengan mudah.Dia memutar tubuhnya, memaksakan dirinya untuk berganti arah di udara, menyapu kaki kirinya ke arah Ardika.Hanya saja, karena memaksakan diri untuk melakukan pergerakan seperti ini di udara, baik dalam hal kekuatan maupun kecepatan, sudah jauh lebih lambat daripada serangan sebelumnya."Aku nggak suka ada orang yang mengarahkan kakinya padaku."Suara santai terdengar dari mulut Ardika.Sambil berbicara, Ardika langsung mengangkat kakinya. Tanpa melakukan pergerakan mengumpulkan kekuatan dan semacamnya, dia hanya menendang lurus saja, membentur kaki telanjang Jiro."Bam ...."Tepat pada saat kedua kaki ini berbenturan, tubuh Jiro seperti tersambar petir. Dia mengeluarkan suara teriakan yang sangat menyedihkan.Tubuhnya terpental ke belakang seperti layang-layang yang putus, lalu pada akhirnya membentur sebuah kursi di meja tersebut.Meja marmer yang sangat kokoh
Jeslin hanya menyaksikan pemandangan itu seperti seorang penonton, dia sama sekali tidak merasakan beban mental apa pun.Baginya, boleh dibilang dia sudah cukup baik pada Ardika.Kalaupun selanjutnya Ardika dihajar sampai mati atau lumpuh oleh Jiro, itu juga karena bocah ini cari mati sendiri, tidak bisa menyalahkan orang lain.Jiro juga tertegun sejenak.Budaya menampar sudah umum di Negara Jepara. Saat dia baru berguru, mempelajari keterampilan bela diri, dia juga sering ditampar.Namun, tampaknya dia juga sudah tidak merasakan ditampar oleh orang lain selama bertahun-tahun, hingga satu tamparan dari Ardika ini membuatnya tidak bisa langsung bereaksi.Beberapa saat kemudian, akhirnya dia tersadar kembali. Dia mengangkat lengannya, mengusap-usap wajahnya. Kemudian, dia menatap Ardika dengan lekat, api amarah di matanya seperti akan menyemburkan api yang nyata."Bagus, bagus, sudah sangat lama nggak ada orang yang berani menamparku.""Orang Negara Nusantara, kamu sedang cari mati!"Men
"Tunggu dulu!"Saat Jiro baru saja berbalik, tiba-tiba terdengar suara seseorang dari arah belakangnya. "Jiro, 'kan? Apa aku sudah mengizinkanmu untuk pergi?"Langkah kaki Jiro langsung berhenti. Kemudian, dia berbalik perlahan-lahan, lalu mengangkat alisnya dan berkata pada Ardika, "Apa maksudmu?"Jeslin dan yang lainnya juga membelalak kaget.Apa aku sudah mengizinkanmu untuk pergi?Apa maksud ucapan Ardika ini tanpa izin darinya, Jiro tidak boleh pergi?Bagaimana bocah ini bisa begitu berani?Mungkinkah dia mengira dengan adanya Tina yang melindunginya, dia sudah bisa bertindak sesuka hatinya pada Jiro, yang merupakan ahli bela diri paling hebat Sekolah Bela Diri Laido ibu kota provinsi?Tina mengerutkan keningnya, tetapi tak lama kemudian dia pun rileks kembali.Dia melangkah mundur ke samping, tidak mengucapkan sepatah kata pun.Ardika tetap berdiri di tempat, lalu berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Hmm, aku ini sama sepertimu, aku juga nggak suka membiarkan dendam nggak dita
Semua orang mengalihkan pandangan mereka mengikuti arah yang ditunjuk oleh Jiro, mendapati orang yang ditunjuk oleh Jiro adalah Ardika.Kalris dan yang lainnya langsung menunjukkan seulas senyum senang.Sepertinya kata-kata yang diucapkan oleh Ardika sebelumnya benar-benar sudah menyulut amarah Jiro.Itulah sebabnya Jiro bisa melepaskan orang-orang lainnya, tetapi dia tetap harus membawa Ardika pergi.Bisa dibayangkan begitu Ardika dibawa pergi oleh Jiro, dia pasti akan berakhir dengan sangat menyedihkan.Namun, senyuman di wajah Kalris dan yang lainnya hanya bertahan selama sepuluh detik.Tina menggelengkan kepalanya dan berkata dengan sangat tegas, "Karena Hainiken menjalankan bisnis, tentu saja nggak akan terlibat dalam urusan pribadi siapa pun.""Tapi hari ini pengecualian.""Setelah keluar dari tempat ini, apa pun yang ingin kamu lakukan pada orang-orang lainnya, aku nggak peduli, tapi kamu nggak bisa menyentuh Ardika.""Ini ...."Ucapan Tina ini membuat senyuman bangga di wajah K
"Sialan!"Jiro langsung marah besar. "Hei, Wanita, orang Negara Jepara yang mendukung bisnis Hainiken.""Berani-beraninya kamu memperlakukan kami seperti ini?!""Selain itu, memangnya kamu pikir kamu siapa?! Timnu, mantan bos Hainiken saja nggak berani berbicara seperti ini padaku!""Nah, itulah sebabnya Timnu sudah mati." Tina mendecakkan lidahnya, lalu melambaikan tangannya pada anak buah di belakangnya dan berkata, "Tunjukkan pada Tuan Jiro kekuatan Hainiken.""Baiklah."Serigala Ganas yang selalu tersenyum langsung berjalan menghampiri Jiro dan yang lainnya.Selain tiga orang Negara Jepara yang telah dilumpuhkan oleh Ardika menggunakan botol alkohol tadi, saat ini masih ada delapan belas orang pria Negara Jepara yang tersisa.Melihat Serigala Ganas yang tersenyum dan tampak polos itu berjalan menghampiri mereka seorang diri, orang-orang ini pun tertawa terbahak-bahak."Eh? Apa yang ingin dilakukan oleh si gendut ini? Apa mungkin dia berencana untuk melawan kita semua seorang diri?"
"Hmm?"Jiro mengerutkan keningnya, lalu tiba-tiba tertawa. Dia mengulurkan lengannya untuk menerima gelas anggur dari Jeslin dan berkata, "Tentu saja aku akan memberi wanita cantik sepertimu muka dengan senang hati."Jeslin merasa agak lega. Kemudian, saat dia menoleh menatap Ardika, ekspresinya langsung berubah."Ardika, lihatlah apa yang telah kamu lakukan!""Bisakah kamu jangan membuat keributan lagi? Di saat seperti ini pun, kamu masih berani berlagak hebat di sini?!""Cepat berlutut di hadapan Tuan Jiro, memohon pengampunannya.""Mungkin saja kalau suasana hatinya baik, dia akan meringankan hukumanmu."Jeslin menatap Ardika dengan tatapan benci sekaligus jijik dan berkata, "Cepatlah! Kalau kamu melewatkan kesempatan ini, aku nggak akan memedulikan hidup dan matimu lagi!"Ardika yang cari mati sendiri seperti ini, tentu saja dia tidak ingin memedulikan pria itu.Namun, dia yang mengadakan acara pertemuan malam ini. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Ardika di acara pertemuannya, bai