"Luna, lihatlah suamimu ini, dia bahkan mengusir kakekmu pergi."Sambil menatap Luna dengan dingin, Tuan Besar Basagita menunjukkan sikap seorang kepala keluarga dan berkata, "Aku perintahkan kamu untuk segera bercerai dengannya.""Luna, dengar nggak? Kakek suruh cerai dengannya, kamu berani melawan?"Semua anggota Keluarga Basagita menatap Luna dengan sinis.Di Keluarga Basagita, ucapan Tuan Besar adalah hal mutlak dan tidak ada yang berani melawannya.Namun, Luna justru menjawab dengan tegas, "Kakek, pernikahanku adalah urusanku, nggak ada yang boleh ikut campur."Tuan Besar Basagita berkata dengan marah, "Luna, apakah kamu masih menganggap kakekmu ini?"Melihat Luna tidak menjawab, dia pun melihat ke arah Jacky dan Desi, lalu berkata, "Kalian, cepat suruh anak kalian cerai dengan Ardika."Jacky juga tidak menjawab.Sambil mendengus dingin, Desi pun menjawab, "Tuan Besar, cukup. Kalau Luna bercerai dengan Ardika, dia harus mengandalkan siapa? Mengandalkan Keluarga Basagita?""Ketika
Ardika tersenyum dan berkata, "Bu, aku mendukungmu, yang penting Ibu senang.""Menantuku memang paling baik. Huh! Kalian nggak bisa dibandingkan dengan Ardika."Setelah mendapat pendukung, Desi langsung merasa senang."Sudahlah, kalau Ibu ingin pamer, lakukan saja," kata Luna dengan tak berdaya. Mendengar Desi mengakui Ardika sebagai menantunya, Luna tentu saja merasa senang.Di meja makan, Luna juga bilang kalau dia akan merekrut beberapa karyawan baru untuk Perusahaan Jaya Semi. Sebelumnya, banyak karyawan yang sudah pergi dari perusahaan itu, sehingga mereka kekurangan orang."Mulai sekarang, Perusahaan Jaya Semi adalah bisnisku sendiri. Aku akan berusaha untuk membesarkan Perusahaan Jaya Semi."Selesai berbicara, kedua mata Luna menunjukkan sedikit penyesalan dan kesedihan.Sejak lulus, Luna sudah mulai bekerja di Grup Agung Makmur. Dia sudah mengorbankan banyak waktu serta perasaan di dalamnya.Apalagi, menjayakan kembali Grup Agung Makmur serta mengembalikan nama baik Jacky merup
Dia segera menghubungi Bambang. Untungnya, kali ini panggilannya tersambung. Wisnu menyuruh Bambang untuk merebut kembali Vila Cakrawala besok. Kalau berhasil, Wisnu akan memberikan bayaran 1 miliar.Bayaran 1 miliar untuk menakuti beberapa orang sudah termasuk tinggi."Vila Cakrawala? Itu adalah vila mewah. Semua satpam Grup Bumantara berasal dari perusahaan keamanan yang profesional. Pekerjaan ini sedikit sulit."Suara Bambang terdengar kesulitan dari ujung telepon.Wisnu melanjutkan, "Kak Bambang, kamu adalah bawahan terkuat Tuan Jinto. Kalau kamu turun tangan, semua satpam profesional pasti akan kabur. Bagaimanapun kita sudah kenal lama, tolong bantu aku.""Baiklah, aku setuju. Kalau bukan karena menghargaimu, aku nggak akan menerima pekerjaan ini."Ketika Wisnu sedang terharu, Bambang tiba-tiba berkata, "Tapi, bayarannya harus ditambah.""Kakek, dia minta 10 miliar."Wisnu memberi tahu Tuan Besar Basagita sambil menutupi ponselnya.Semua orang langsung terkejut. 10 Miliar? Kenapa
Bambang tiba-tiba berteriak, "Oi, tua bangka, berhenti kalian!"Ketika menoleh ke belakang dan melihat banyak preman, Desi langsung berhenti karena ketakutan.Bambang mendekat dengan gaya sombong, lalu berkata, "Kalian adalah orang Keluarga Basagita yang tinggal di Vila Cakrawala, 'kan? Hari ini, kalian harus pindah.""Kenapa kami harus pindah? Ini adalah rumah kami."Meskipun wajah Desi sudah pucat karena ketakutan, dia tetap berusaha berdebat.Tentu saja, para preman tidak mungkin mau berdebat dengannya.Plak!Bambang langsung menamparnya, lalu berkata dengan sombong, "Aku nggak peduli ini rumah siapa, kalau disuruh pindah, ya pindah saja.""Kalau kami nggak mau pindah?"Ketika mendengar kehebohan, Ardika pun berjalan keluar bersama Draco.Melihat Desi menutupi wajahnya, aura membunuh terbesit di mata Ardika."Oh, ternyata masih ada yang keras kepala."Sambil menoleh ke arah Ardika, Bambang langsung berkata dengan kesal, "Pergi dan tampar dia 10 kali."Seketika, salah satu preman lan
Setelah menjelaskan panjang lebar, Ardika berhasil menenangkan ayah dan ibu mertuanya.Setelah masuk ke vila, Desi dan Jacky pun pergi istirahat. Mereka masih ketakutan karena kejadian tadi.Ketika Ardika keluar dari vila, dia melihat Juna berlari kemari bersama beberapa orang."Tuan Ardika, mohon maaf. Satpam kami nggak bisa menjalankan tugasnya dengan baik, sehingga membiarkan para preman menerobos masuk. Ini adalah tanggung jawab kami."Setelah sampai di hadapan Ardika, Juna terus membungkuk dan minta maaf."Satpam manajemen properti memang nggak berguna," ucap Ardika dengan ekspresi dingin.Beberapa satpam itu bukanlah satpam pria tua seperti di kompleks kecil, melainkan satpam dari perusahaan keamanan yang profesional. Namun, mereka ternyata tidak sanggup menahan para preman."Tuan Ardika, mereka ketakutan karena mendengar nama Tuan Jinto. Aku sudah memberikan perintah kepada para satpam, kalau sampai para preman itu datang lagi, mereka harus menahannya sekuat tenaga."Juna juga t
"Wanita?"Luna mengerutkan keningnya."Ya, seorang wanita kaya yang mengendarai mobil Mercedes Benz Maybach dengan sopir pribadi. Melihat gayanya, dia pasti wanita bisnis yang hebat. Bahkan Pak Juna dari Grup Bumantara juga bersikap hormat kepadanya."Sambil memperhatikan ekspresi Luna, Jenny pun bertanya, "Kamu kenal nggak? Wanita itu yang membayar semua perabot yang dibeli Ardika ....""Kamu tahu nggak kenapa aku nggak lolos wawancara hari itu? Karena aku melihat suamimu dan wanita itu sedang ...."Sambil berbicara, Jenny juga menyingsingkan bajunya."Coba lihat bekas luka di tanganku ini. Awalnya, Pak Juna sudah menerimaku, tapi karena satu kata dari suamimu, aku langsung dilempar keluar oleh satpam."Luna tidak menyangka ada kejadian seperti itu."Jenny, semua itu benar?"Jenny mengangguk, lalu melanjutkan, "Memangnya untuk apa aku berbohong padamu? Aku dipecat, lalu diusir di depan umum. Untuk apa aku berbohong dengan hal yang begitu memalukan?"Luna mulai curiga.Betul juga. Ardi
"Jenny, kamu hebat juga. Luna nggak pernah minum alkohol, tapi kamu berhasil membuatnya mabuk dalam waktu singkat."Melihat wajah Luna yang merona merah, Tony menjilat bibirnya sendiri dengan ekspresi genit.Sudah berapa tahun, Tony terus mendambakan wanita ini.Hari ini, dia akhirnya bisa mendapatkan Luna."Bukan aku yang membuatnya mabuk, dia sendiri yang minum terus."Jenny berkata dengan bangga, "Tuan Muda Tony, aku sudah membantumu mendapatkan Luna, kamu harus memberiku pekerjaan.""Dasar kamu ini, memangnya kamu nggak ingin balas dendam kepada Ardika?"Sambil mencubit pinggang Jenny, Tony tersenyum dan berkata, "Tenang saja, memberikan pekerjaan itu masalah mudah."Sebelumnya, setelah pesta ulang tahun Luna selesai, Tony menghubungi Jenny. Awalnya, Tony ingin mendekatkan diri dengan Grup Angkasa Sura.Namun, Jenny ternyata sudah dipecat, mana mungkin bisa membantu Tony lagi. Setelah itu, mereka pun sering berkomunikasi.Setelah tahu Jenny adalah teman sekolahnya Luna, Tony pun in
"Terima kasih Tony, aku harus pulang ke kantor dulu."Sambil berkata, Luna pun turun dari ranjang, lalu bersiap untuk keluar.Ketika sampai di depan pintu, lengannya ditarik oleh Tony."Badanmu masih bau alkohol, bagaimana bisa kerja? Mandi dulu baru pulang."Luna berusaha memberontak, tapi tidak berhasil.Luna tahu dirinya tidak boleh membuat Tony marah. Kalau tidak, kondisinya akan makin berbahaya.Luna pun mengangguk dan berkata, "Baik, aku mandi dulu."Tony pun tersenyum dan melepaskannya.Setelah menarik napas dalam-dalam, Luna berusaha menenangkan diri, lalu masuk ke kamar mandi.Kamar mandi dipisahkan oleh kaca buram, sehingga pandangan dari luar akan terlihat buram. Setelah masuk ke dalam, Luna segera mengunci pintunya.Setelah masuk, Luna segera mencari ponsel di sakunya untuk lapor polisi.Namun, dia tidak menemukan ponsel di saku celana maupun baju."Kamu cari apa? Ini ya?"Suara Tony tiba-tiba terdengar dari luar kamar mandi.Dia mengangkat ponsel milik Luna sambil tersenyu