Home / Urban / Menantu Quadrilion Berkaki Palsu / Bawah Lampu Oranye di Restoran

Share

Bawah Lampu Oranye di Restoran

Author: Angdan
last update Last Updated: 2023-07-06 11:41:38

             “Sakit kanker paru-paru. Tuan besar sudah mengidap penyakit itu bertahun-tahun, tapi disembunyikan dari istri kedua, Kakak Tuan dan Tuan muda,” ungkap Willy yang tidak berani menatap Arya.

             Arya tertegun dan mematung saat mendengar kabar Ayah yang mengidap penyakit yang mematikan. Penyakit yang sudah lama ada di tubuhnya dan hanya tangan kanan-nya yang mengetahui penyakitnya.

             Bagaimana bisa Ayah Arya menyembunyikan penyakit mematikan itu? Apakah semua karena memajukan bisnis hingga besar agar anaknya bisa meneruskan bisnis yang sudah dirintis olehnya?

             “Pulanglah, Tuan muda,” mohon Willy dengan posisi yang masih sama.

             “Bapak Willy pulanglah. Aku mau istirahat dan jangan memintaku seperti itu. Aku bukan orang jahat,” balas Arya sambil mengembalikan posisi Willy dengan tegak dan membalikkan badannya sekaligus mengantarkan hingga depan rumah.

             Willy pergi dari rumah Arya menggunakan mobil berwarna hitam sport dengan supir pribadi Ayah. Arya memasuki rumahnya seraya memijat kening perlahan lalu duduk di sofa dengan meletakkan kepala di kepala sofa.

             Kepala terasa penat dan berat sekali untuk diberdirikan kembali. Arya menjalani hari yang sangat berat. Mata terpejam erat sambil menghela napas panjang.

             Pikirannya teringat dengan kondisi Cahaya yang tidak ada kabar sama sekali. Ia mengambil handphone di kantong celana lalu melihat layar yang tidak ada pesan apa pun darinya, hanya ada pesan teman kerjanya. Arya meletakkan handphone di meja ruang tamu dan mengembalikan posisi bersandar di sofa.

             Beberapa detik bersandar di sofa, nada dering panjang berbunyi dengan keras. Arya mengambil handphone di meja dan melihat nama Ananta di layar. Sontak, dahi mengernyit dan berpikir sekilas tentangnya, tidak ada urusan sama sekali dengannya.

             Arya mengangkat panggilan masuk darinya. “Halo.”

             “Halo, Arya. Di mana kamu?”

             “Di rumah. Kenapa?”

             “Aku melihat istrimu bersama keluarga besar di restoran hotel tempat kita bekerja. Di sana juga terdapat pria yang kamu hajar kemarin, kalau gak salah pria yang menjadi pemilik tunggal perusahaan Stagle ditambah seorang pria paruh baya yang berpakaian jas dan mirip dengan pria itu.”

             “Apa? Cahaya ada di sana bersama keluarga besarnya dan keluarga pria yang kuhajar?” tanya Arya dengan intonasi penekanan.

             “Iya, kamu buruan ke sini dan aku tadi mendengar percakapan mereka tentang … perjodohan begitu. Aku gak bisa mendengar banyak, takut dikira mata-mata. Kamu lebih baik datang ke sini sekarang sebelum semuanya terlambat,” beber Ananta yang terdengar serius dengan ucapannya.

             “Oke, makasih. Aku ke sana sekarang.”

             Perbincangan di antara mereka yang bertemu dengan kedua keluarga bukanlah pertemuan yang hanya sekadar bicara melainkan, ada sesuatu yang terjadi di antara mereka. Arya bergegas mendatangi restoran yang dikatakan oleh Ananta dengan berlari ke jalan raya.

             Arya terus berlari sambil mencegah taksi dengan melambaikan tangan di pinggir jalan. Taksi yang melewatinya pun tidak ada yang meresponsnya. Ia melanjutkan langkah seribunya dan sampai akhirnya, hujan pun turun dengan deras.

             Arya terus berlari dan tidak berhenti melambaikan tangan untuk mencari tumpangan menuju restoran mewah yang ada di dalam hotel. Usaha tiada henti dilakukan, sebuah mobil berwarna abu-abu gelap berhenti di pinggir jalan. Seorang pria bersama wanita berjilbab membuka kaca mobil dan memberi tumpangan untuknya.

             “Mau ke mana, Mas?”

             “Saya mau ke restoran yang ada di hotel mewah dekat dengan rumah sakit keluarga.”

             “Masuk, Mas. Saya dan istri juga mau ke sana.”

             “Makasih, Mas.”

             Arya masuk ke dalam mobil dengan pakaian basah. Pemilik mobil menginjak gas mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Arya meminta maaf kepada pemilik mobil karena pakaiannya basah.

             “Maaf, ya, Mas kursi mobilnya jadi basah.”

             “Gak apa-apa, Mas. Santai aja.”

             Puluhan menit berlalu, Arya tiba di depan hotel mewah. Arya turun dari mobil bersama pemilik mobil dengan pakaian yang basah. Namun, istri dari pria yang mengenakan kemeja dan rapi mengingatkan suaminya bahwa ada baju baru yang belum dipakai.

             “Mas, kamu punya baju baru yang belum dipakai di mobil yang tadi habis beli. Boleh, dikasihkan ke Mas yang bajunya basah?”

             “Oh, iya. Astaga, aku lupa, Ma.” Pria baik hati menepuk dahi. “Mas, di mobil ada baju baru model polo shirt dan celana jeans juga. Mas ganti baju dulu, ya biar gak masuk angin.”

             Arya tersenyum lebar. “Terima kasih, Mas untuk menawarkan baju. Saya minta maaf kalau menolak, saya sangat bersyukur sudah mendapatkan tumpangan. Saya ke sini bukan untuk keperluan yang penting. Jadi, Mas jangan mengkhawatirkan saya,” jelas Arya perlahan.

             “Ah, begitu. Beneran gak apa-apa, Mas?”

             “Beneran, Mas. Terima kasih banyak untuk tumpangannya.” Arya membungkuk hormat kepada pria dan wanita yang sudah memberi tumpangan untuknya.

             “Sama-sama, Mas. Siapa namanya, Mas?” Pria berbadan atletis dengan jenggot panjang mengulurkan tangan ke arahnya.

             Arya mengembalikan posisi badan dengan semula. Bola mata merayap ke arah tangan yang penuh dengan bulu-bulu halus. Arya menjabat tangan pria itu dengan erat sambil tersenyum.

             “Nama saya adalah Arya Soeparman.”

             “Nama saya adalah Khalid Utsman. Mas bisa panggil saya dengan sebutan Khalid.”

             “Baik, Mas Khalid dan Mbak, terima kasih sudah dikasih izin menumpang sampai tempat ini.” Arya mencoba ramah kepada Khalid dan Istri.

             “Sama-sama. Oh, ya, nama istri saya adalah Aisyah.”

             “Iya, Mas. Salam kenal.”

             “Salam kenal juga. Semoga di lain waktu bisa bertemu lagi, ya, Mas Arya.”

             “Aamiin.”

             “Saya masuk dulu, ya karena sudah ditunggu oleh klien berdua.”

             “Silakan, Mas, Mbak.”

             Khalid dan Aisyah masuk ke dalam restoran terlebih dahulu. Betapa beruntungnya malam ini mendapatkan tumpangan gratis ditambah bonus pemilik mobil dan istrinya sangat baik dan ramah kepadanya.

             Khalid dan Aisyah adalah pengusaha butik muslim yang terdapat baju pengantin perempuan muslim dengan berbagai model yang indah dan modern yang bekerja sama dengan perusahaan Stagle untuk memodifikasi baju pengantin perempuan dan laki-laki.

             Arya memasuki restoran hotel mewah dengan pakaian basah. Penjaga restoran membuka pintu restoran dengan menatap sinis saat ia memasuki restoran. Bahkan, penjaga pintu restoran adalah orang yang ada di Bar dan hendak membantu Keanu dan Krisna untuk memukulnya.

             Bola mata menyebar ke seluruh sudut restoran. Tidak lama, ia menemukan meja panjang di dekat pilar dan di bawah lampu panjang dan besar berwarna oranye. Cahaya hanya diam dengan menundukkan kepala dan tangan berada di atas paha.

             Cahaya terlihat seperti tertekan dan ada sesuatu yang mengusiknya. Namun, Ayah Cahaya, Krisna, pria paruh baya dan Keanu tertawa terbahak-bahak seperti membicarakan sesuatu yang telah dimenangkan. Arya mendekati meja mereka secara perlahan seraya memerhatikan situasi dan bersembunyi di belakang pilar samping mejanya.

             “Jadi, bagaimana keputusannya, Calon mertua?” tanya pria paruh baya lalu tertawa dan mengusap lengan Keanu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menantu Quadrilion Berkaki Palsu   138. Akhir yang Berbuah Manis

    Arya membulatkan bola mata ketika Soeparman sudah berada di atas panggung bersama Cahaya dan terdapat Willy di belakang mereka. Ia tidak mengetahui hal yang dilakukan oleh ayahnya.“Bagaimana bisa Ayah ada di atas panggung? Apa yang terjadi?” tanya Arya yang tetap berusaha mengecilkan suaranya.“Tuan besar memaksa di belakang panggung, Tuan muda,” jawab salah satu pengawal.“Yang lain menyebar karena pengawal mereka ada di sini!” seru Arya sembari berjaga-jaga dengan mengawasi pengawal Stagle.Sorot mata seluruh tamu beralih ke suara Soeparman yang menggema di Aula dengan menampakkan keterkejutannya saat melihat tubuh Soeparman yang berdiri sehat sambil menatap mereka.“Ba-bagaimana Anda bisa berdiri di situ, Pak?” tanya salah satu tamu undangan.“Bisa saja.”“Apakah kematian Anda palsu?”“Ya, kematian dia palsu. Artinya adalah kalian dibohongi oleh Raja bisnis,” sahut Baidi yang menggebu-gebu dan terlihat untuk menghasut semua orang di Aula.“Kenapa Anda memalsukan kematian? Apa tuju

  • Menantu Quadrilion Berkaki Palsu   137. Pengungkapan Stagle dan Rekannya

    Hari pertemuan dengan para pengusaha pun tiba. Sekitar pukul enam malam, hotel mewah penuh dengan pengusaha terkenal yang merupakan rekan bisnis Soeparman. Beberapa pengawal bertugas di pintu depan untuk menyambut dan mengarahkan tamu undangannya. Sisanya bertugas di dalam Aula, mengoperasikan laptop dan membawa acara.Arya berada dalam Aula hotel untuk mengawasi keadaan dan memantau kedatangan Keanu, Baidi dan rekan bisnisnya dengan setelan berwarna hitam, memakai kumis dan terpasang alat pendengar di telinga untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang bekerja sama dengannya.“Bagaimana kondisi di lantai bawah, apakah sudah terlihat Keanu, Baidi bersama dua pria dan dua wanita?” tanya Arya yang mengecilkan suaranya.“Belum, Tuan muda. Saya melihat Bapak Sentosa sedang berjalan kemari bersama Mas Krisna dan menantunya.”“Bagus. Bagaimana dengan kondisi Tuan besar, Cahaya dan satu orang yang menyamar sebagai Soeparman nanti?” tanya Arya sembari memerhatikan keadaan sekitarnya dan ters

  • Menantu Quadrilion Berkaki Palsu   136. Penataan Aula Hotel

    “Mungkin urusan pekerjaannya sudah kelar, Tuan muda.”“Bisa jadi. Mudah-mudahan, firasatku salah soal ini.”Arya memandangi Stefano yang berbicara dengan Keanu bersama kekasihnya lalu Keanu memasuki Apartemen. Ia sedikit menunduk dengan posisi badan bersandar semakin ke bawah di kursi mobil selama sepuluh detik.Setelah semuanya aman, ia menyalakan dan menjalankan mobilnya. Ia menatap jalanan yang penuh dengan kendaraan itu dengan senyuman yang penuh dengan rencana yang matang untuk dilakukan kepada keluarga Stagle dan rekan bisnisnya yang bekerja sama untuk menjalankan bisnis gelap yang merajalela.Arya sudah memiliki bukti kuat untuk membalas dendam dengan cara yang lebih kejam dari sebelumnya. Ia bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk Polisi.Puluhan menit berlalu, ia tiba di rumahnya bersama dua pengawal dan Willy. Mereka memasuki rumah dengan melangkah santai dan dada tegap. Semua telah berjalan dengan lancar dan diluar dugaannya.Soeparman dan Cahaya menghampirinya yang baru

  • Menantu Quadrilion Berkaki Palsu   135. Rencana Kecil yang Berhasil

    “Jawab aja dengan ramah, jangan sampai ketahuan.”Arya mendengar suara tertawa Ryan ketika pria itu terlihat sekali bahwa sedang mengincar atau menunggu mangsa baru yang akan menjadi korban selanjutnya untuk dijadikan budak pemuas napsu belaka.“Sepupuku masih kuliah dan sedang kuliah di sini sehingga saya berniat untuk membelikannya, dari pada menyewa rumah terus dan membayar setiap tahun, lebih baik di sini,” jawab Ryan yang terlihat mencairkan suasana.“Iya, itu lebih bagus karena uang tahunan yang biasa digunakan untuk membayar uang sewa rumah, lebih baik ditabung dan lebih aman di sini juga kalau untuk kuliahan dan yang belum menikah juga,” kata pria brewokan yang mencoba untuk merayu Ryan.“Iya, dia juga katanya mau bekerja kalau ada waktu senggang karena kasihan dengan orang tuanya yang hampir setiap bulan mengeluarkan banyak uang sehingga memilih untuk mandiri,” balas Ryan yang memancing pria itu untuk mengatakan hal apa pun mengenai bisnis gelap keluarga Stagle.“Nah, bagus i

  • Menantu Quadrilion Berkaki Palsu   134. Pergerakan Agent Arya

    Bel rumah berbunyi keras sebanyak tiga kali hingga membuat semua orang yang berkumpul di halaman belakang rumah terdiam dan menoleh ke arah pintu rumah dengan bahu yang terangkat. Arya dan Cahaya saling memandang lalu membuyarkan suasana yang sedikit tegang di antara mereka.“Tenang, tidak ada yang tahu rumah ini kecuali kurir,” kata Arya sambil terkekeh lalu berdiri dan melewati beberapa orang menuju pintu rumah.Arya mengintip dari lubang kecil yang terletak di tengah pintu rumah untuk memastikan sosok yang ada di depan agar tidak terjebak oleh siapa pun dan apa pun. Seseorang yang berada di luar tampak meletakkan dua kotak yang berukuran sedang dan besar. Ia membuka pintu rumah itu karena pria yang berdiri di depan pintu adalah kurir.“Paket untuk Pak Arya.”“Ya, saya sendiri. Terima kasih.”“Sama-sama, Pak. Jangan lupa unboxing kalau mau buka paketnya.”Arya tersenyum sambil mengangguk lalu mengangkat satu kardus berukuran sedang dan dibantu oleh pengawalnya yang mengangkat satu k

  • Menantu Quadrilion Berkaki Palsu   133. Pemakaman Palsu

    Willy terlihat menghela napas panjang dan menunjukkan ekspresi khawatir sekaligus bingung ketika keinginan Arya tetap dilakukan dan menggunakan rencana awal. Entah apa yang membuatnya berubah kepikiran padahal telah menyetujuinya.“Kenapa? Apa ada yang mengganggu pikiran Pak Willy?” tanya Arya yang mengetahui ekspresi itu.“Saya tiba-tiba takut untuk menjalankan rencana awal yang telah disusun oleh Tuan besar dan Tuan muda karena kebanyakan para pengusaha sudah datang dan melihat jenazah yang dikira itu Soeparman, Raja Bisnis. Jika tetap menjalankan itu nanti mereka pikir pasti melakukan penipuan dan mendapatkan keuntungan dari hal ini.”Willy menjelaskan yang ditakutkan olehnya. Ia tidak ingin merusak reputasi Raja bisnis yang telah dibangun lama olehnya dan tidak ingin memutus hubungan rekan-rekannya yang sudah dipercaya.Arya memegang lengan Willy sembari menatap lamat dan mengelusnya pelan. Setelah menjelaskan kekhawatiran padanya, ia memahami yang ditakutkan olehnya. Namun, Arya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status