Arman Sentosa tertawa sambil melirik dan mengusap tangan Cahaya yang sedari tadi diam tanpa kata dengan memasang wajah masam yang tidak menyukai pertemuan di antara mereka. Pertemuan yang bertujuan untuk menjodohkannya dengan lelaki yang tidak pernah dicintai olehnya.
Keluarga Stagle memang berteman lama sampai bekerja sama antar perusahaan dengan saling menanam dan berbagi dari hasil saham. Keuntungan perusahaan Sentosa semakin meningkat karena dukungan dari keluarga Keanu yang terkenal bisa mendongkrak perkembangan bisnis yang bekerja sama dengannya.
Perkembangan usaha Sentosa sangat sukses karena adanya Stagle dibalik seluruh kinerja bisnis yang menghasilkan puluhan milyar. Arman Sentosa merasa utang budi karena didukung dan diberi saham yang banyak dari perusahaan Stagle sehingga menjodohkannya dengan Keanu Stagle.
“Kalau saya setuju aja dengan perjodohan ini karena mereka berdua cocok dan bisa menghasilkan turunan yang berpotensi cerdas dan cekatan dalam berbisnis, seperti kita,” jawab Arman Sentosa yang tidak memikirkan perasaan anak perempuannya yang sudah memiliki suami.
Orang tua yang menjodohkan dengan pria lain setelah memiliki suami adalah orang tua yang mempermalukan anaknya. Seorang Ayah yang hanya memikirkan kemakmuran bisnisnya sehingga menjual anaknya untuk pengusaha sukses.
“Baiklah. Sebagai bentuk pembalasan yang tidak ternilai jumlahnya atas wajah babak belur Keanu telah dianggap lunas dan pernikahan ini akan diselenggarakan dalam waktu dekat,” balas Ayah Keanu sambil tersenyum miring dan menepuk lengan anaknya.
Ayah Keanu memiliki nama yang tinggi dan disegani banyak orang, yaitu Baidi Joyo Stagle. Dia tidak hanya seorang pengusaha sukses melainkan memiliki cara untuk memikat para pengusaha lain sedang di bawah tekanan atau dalam masa keterpurukan di antara bangkrut atau tetap berjalan dengan banyak utang.
Tidak hanya memikat para pengusaha yang akan jatuh bisnisnya, dia juga akan mengambil alih semua pengusaha yang diberi modal dengan cara menanam saham dan membunuh pemilik bisnis aslinya dengan cara yang sangat kejam. Namun, semua itu tidak ada yang terungkap sama sekali oleh pihak kepolisian sehingga Arman Sentosa mempercayai keluarga Stagle dan menjodohkan putrinya dengan Keanu, seorang pebisnis butik pernikahan yang sukses.
“Pembalasan atas babak belur Keanu? Ayah menukarkanku dengan uang?” protes Cahaya yang merasa terusik dengan kalimat Baidi dengan melotot dan menoleh ke arah Arman.
“Bukan seperti itu maksud dari Om Ba—”
“Cukup Ayah. Ayah gak perlu menjelaskannya lagi karena semua kalimat itu sudah terdengar jelas di telingaku. Aku gak tuli, Ayah!” pekik Cahaya yang membuat sorot mata di sekitarnya menoleh ke arah meja.
Arman melirik di sekitarnya. “Kamu bisa kecilin suara gak? Kamu sudah mempermalukan Ayah dan keluarga Keanu,” pinta Arman yang sudah merasa malu duluan.
Cahaya pergi dari meja yang dijadikan tempat perjodohan dengan membawa tas kecil sambil mengalirkan buliran air bening lalu menyeka secepat kilat. Arya sedari menguping di balik pilar memerhatikan Keanu dan ayahnya dengan tatapan tajam dan mengepalkan tangan erat. Semua kejadian serta kalimat yang dikeluarkan olehnya akan menjadi tanggung jawabnya.
Pertama kali, Cahaya Sentosa memberontak di hadapan banyak orang dan mempermalukannya di depan umum. Kemarahan Cahaya membuat wajah Arman tidak ada harganya di depan keluarga Stagle dan sekitarnya hingga meminta maaf kepada Baidi dan Keanu atas kelakuan Cahaya.
“Baidi, Keanu maafkan perbuatan Cahaya yang tidak bisa dikendalikan,” ucap Arman sambil tersenyum palsu dan membungkuk hormat serta tangan digosokkan di paha.
“Gak apa-apa. Saya bisa memakluminya. Kemungkinan dia kaget sehingga memberontak seperti itu apalagi sudah bersuami, kan?” Baidi merespons dengan senyuman santai dan menahan amarah dan rasa malu karena sikap Cahaya.
“Terima kasih. Pokoknya pernikahan tetap dilakukan dan kalau bisa seminggu kemudian. Saya yang akan mengurus surat perpisahan Cahaya dengan Arya. Saya sudah sanggup punya menantu yang gak berguna sama sekali malah menyusahkan istri saya yang harus merawat dan membantunya untuk memakai kaki palsu di kakinya.” Arman mengungkapkan kekesalannya dengan Arya yang dianggap merepotkan Cahaya.
“Bagus itu, tapi … memang iya, Arya menantumu itu cacat fisik dan pakai kaki palsu, seperti yang dikatakan oleh Keanu kepada saya?” Baidi memastikan ketidaksempurnaan yang dimiliki oleh Arya yang memiliki paras tampan dan gagah.
“Iya, dia cacat di kaki. Bagaimana bisa Cahaya suka dengan pria seperti itu? Padahal Keanu juga mencintainya sampai aku luluh dengan kegigihannya yang berusaha menyakinkanku bahwa bisa membahagiakan anakku,” sesal Arman dengan intonasi penekanan.
“Mungkin Arya pakai pelet, Om makanya Cahaya dan Om luluh,” tukas Keanu yang sangat yakin dengan perkataannya.
“Bisa jadi. Pokoknya, saya akan mengurus semuanya. Jadi, kamu dan Baidi jangan khawatir. Semua pasti selesai dan kalian bisa hidup bahagia.” Arman berusaha menyakinkan Keanu dan Baidi.
“Baik, saya percaya sama kamu. Saya beri kamu waktu tiga hari. Jika dalam waktu tiga gak berhasil membuat mereka bercerai maka aku akan menarik semua sahamku dari perusahaanmu dan hanya tersisa berbagai perusahaan yang menanam di perusahaanmu,” ancam Baidi sambil menatap Arman lamat.
Arman membisu dan mematung saat Baidi mengancamnya seperti itu. Tatapan dan ucapan yang terlihat dan terdengar tidak main-main tampak membuatnya sedikit bingung dan was-was dengan usaha yang akan dilakukan olehnya. Dia tahu karakter Cahaya dan Arya yang sangat kuat dalam mempertahankan cinta.
Arman tersenyum tipis. “Baiklah. Kalian bisa pegang omonganku.”
Baidi dan Keanu tersenyum puas sambil mengusap dagu. Arya yang sedari tadi menguping dan memerhatikan mereka semakin mengepalkan tangan erat. Ia tidak akan membiarkan semua orang merusak rumah tangganya sehingga harus menjalankan pembalasan yang lebih cerdas dari mereka.
“Kalian gak akan bisa mengambil Cahaya dariku dan merusak rumah tanggaku, terutama kamu, Keanu. Kamu sudah menggunakan ayahmu untuk ikut campur dalam masalah yang seharusnya tidak melibatkan banyak orang dan mengambil Cahaya dariku. Tatapan, senyuman dan tawamu dan ayahmu bukanlah yang sesungguhnya. Aku merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan kalian yang memanfaatkan masalah ini demi keuntungan kalian,” ucap Arya lirih sambil menatap tajam dan tangan mengepal erat sampai lengan dan kepala bergetar.
Arya bisa merasakan sesuatu yang aneh pada Keanu dan Baidi. Entah hal apa yang direncanakan olehnya. Ia hanya menduga dan belum dibuktikan olehnya. Arya pergi dari restoran mewah menuju rumah sewaannya untuk menghibur Cahaya dengan ojek daring yang dipesan olehnya.
Puluhan menit berlalu, Arya tiba di depan rumah dan melihat pintu rumah terbuka sedikit. Ia masuk dengan perlahan dan mendapati sang istri sedang merebahkan badan di sofa dengan posisi miring ke arah meja.
Arya mendekatinya perlahan seraya memerhatikan tatapan Cahaya yang kosong sambil meneteskan air mata. Ia jongkok di depannya sambil mengusap rambut dan menyapanya lembut.
“Hai, sayang.”
Cahaya mengalihkan pandangan ke arahnya lalu memeluknya erat langsung sampai badan condong ke sofa. Cahaya menangis sesenggukan dalam pelukan Arya. Arya mengusap punggungnya lembut.
“Ada apa, Sayang? Apa yang membuatmu menangis?” tanya Arya yang berpura-pura tidak tahu soal di restoran mewah.
Arya membulatkan bola mata ketika Soeparman sudah berada di atas panggung bersama Cahaya dan terdapat Willy di belakang mereka. Ia tidak mengetahui hal yang dilakukan oleh ayahnya.“Bagaimana bisa Ayah ada di atas panggung? Apa yang terjadi?” tanya Arya yang tetap berusaha mengecilkan suaranya.“Tuan besar memaksa di belakang panggung, Tuan muda,” jawab salah satu pengawal.“Yang lain menyebar karena pengawal mereka ada di sini!” seru Arya sembari berjaga-jaga dengan mengawasi pengawal Stagle.Sorot mata seluruh tamu beralih ke suara Soeparman yang menggema di Aula dengan menampakkan keterkejutannya saat melihat tubuh Soeparman yang berdiri sehat sambil menatap mereka.“Ba-bagaimana Anda bisa berdiri di situ, Pak?” tanya salah satu tamu undangan.“Bisa saja.”“Apakah kematian Anda palsu?”“Ya, kematian dia palsu. Artinya adalah kalian dibohongi oleh Raja bisnis,” sahut Baidi yang menggebu-gebu dan terlihat untuk menghasut semua orang di Aula.“Kenapa Anda memalsukan kematian? Apa tuju
Hari pertemuan dengan para pengusaha pun tiba. Sekitar pukul enam malam, hotel mewah penuh dengan pengusaha terkenal yang merupakan rekan bisnis Soeparman. Beberapa pengawal bertugas di pintu depan untuk menyambut dan mengarahkan tamu undangannya. Sisanya bertugas di dalam Aula, mengoperasikan laptop dan membawa acara.Arya berada dalam Aula hotel untuk mengawasi keadaan dan memantau kedatangan Keanu, Baidi dan rekan bisnisnya dengan setelan berwarna hitam, memakai kumis dan terpasang alat pendengar di telinga untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang bekerja sama dengannya.“Bagaimana kondisi di lantai bawah, apakah sudah terlihat Keanu, Baidi bersama dua pria dan dua wanita?” tanya Arya yang mengecilkan suaranya.“Belum, Tuan muda. Saya melihat Bapak Sentosa sedang berjalan kemari bersama Mas Krisna dan menantunya.”“Bagus. Bagaimana dengan kondisi Tuan besar, Cahaya dan satu orang yang menyamar sebagai Soeparman nanti?” tanya Arya sembari memerhatikan keadaan sekitarnya dan ters
“Mungkin urusan pekerjaannya sudah kelar, Tuan muda.”“Bisa jadi. Mudah-mudahan, firasatku salah soal ini.”Arya memandangi Stefano yang berbicara dengan Keanu bersama kekasihnya lalu Keanu memasuki Apartemen. Ia sedikit menunduk dengan posisi badan bersandar semakin ke bawah di kursi mobil selama sepuluh detik.Setelah semuanya aman, ia menyalakan dan menjalankan mobilnya. Ia menatap jalanan yang penuh dengan kendaraan itu dengan senyuman yang penuh dengan rencana yang matang untuk dilakukan kepada keluarga Stagle dan rekan bisnisnya yang bekerja sama untuk menjalankan bisnis gelap yang merajalela.Arya sudah memiliki bukti kuat untuk membalas dendam dengan cara yang lebih kejam dari sebelumnya. Ia bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk Polisi.Puluhan menit berlalu, ia tiba di rumahnya bersama dua pengawal dan Willy. Mereka memasuki rumah dengan melangkah santai dan dada tegap. Semua telah berjalan dengan lancar dan diluar dugaannya.Soeparman dan Cahaya menghampirinya yang baru
“Jawab aja dengan ramah, jangan sampai ketahuan.”Arya mendengar suara tertawa Ryan ketika pria itu terlihat sekali bahwa sedang mengincar atau menunggu mangsa baru yang akan menjadi korban selanjutnya untuk dijadikan budak pemuas napsu belaka.“Sepupuku masih kuliah dan sedang kuliah di sini sehingga saya berniat untuk membelikannya, dari pada menyewa rumah terus dan membayar setiap tahun, lebih baik di sini,” jawab Ryan yang terlihat mencairkan suasana.“Iya, itu lebih bagus karena uang tahunan yang biasa digunakan untuk membayar uang sewa rumah, lebih baik ditabung dan lebih aman di sini juga kalau untuk kuliahan dan yang belum menikah juga,” kata pria brewokan yang mencoba untuk merayu Ryan.“Iya, dia juga katanya mau bekerja kalau ada waktu senggang karena kasihan dengan orang tuanya yang hampir setiap bulan mengeluarkan banyak uang sehingga memilih untuk mandiri,” balas Ryan yang memancing pria itu untuk mengatakan hal apa pun mengenai bisnis gelap keluarga Stagle.“Nah, bagus i
Bel rumah berbunyi keras sebanyak tiga kali hingga membuat semua orang yang berkumpul di halaman belakang rumah terdiam dan menoleh ke arah pintu rumah dengan bahu yang terangkat. Arya dan Cahaya saling memandang lalu membuyarkan suasana yang sedikit tegang di antara mereka.“Tenang, tidak ada yang tahu rumah ini kecuali kurir,” kata Arya sambil terkekeh lalu berdiri dan melewati beberapa orang menuju pintu rumah.Arya mengintip dari lubang kecil yang terletak di tengah pintu rumah untuk memastikan sosok yang ada di depan agar tidak terjebak oleh siapa pun dan apa pun. Seseorang yang berada di luar tampak meletakkan dua kotak yang berukuran sedang dan besar. Ia membuka pintu rumah itu karena pria yang berdiri di depan pintu adalah kurir.“Paket untuk Pak Arya.”“Ya, saya sendiri. Terima kasih.”“Sama-sama, Pak. Jangan lupa unboxing kalau mau buka paketnya.”Arya tersenyum sambil mengangguk lalu mengangkat satu kardus berukuran sedang dan dibantu oleh pengawalnya yang mengangkat satu k
Willy terlihat menghela napas panjang dan menunjukkan ekspresi khawatir sekaligus bingung ketika keinginan Arya tetap dilakukan dan menggunakan rencana awal. Entah apa yang membuatnya berubah kepikiran padahal telah menyetujuinya.“Kenapa? Apa ada yang mengganggu pikiran Pak Willy?” tanya Arya yang mengetahui ekspresi itu.“Saya tiba-tiba takut untuk menjalankan rencana awal yang telah disusun oleh Tuan besar dan Tuan muda karena kebanyakan para pengusaha sudah datang dan melihat jenazah yang dikira itu Soeparman, Raja Bisnis. Jika tetap menjalankan itu nanti mereka pikir pasti melakukan penipuan dan mendapatkan keuntungan dari hal ini.”Willy menjelaskan yang ditakutkan olehnya. Ia tidak ingin merusak reputasi Raja bisnis yang telah dibangun lama olehnya dan tidak ingin memutus hubungan rekan-rekannya yang sudah dipercaya.Arya memegang lengan Willy sembari menatap lamat dan mengelusnya pelan. Setelah menjelaskan kekhawatiran padanya, ia memahami yang ditakutkan olehnya. Namun, Arya