"Ethan, kenapa kau tidak menungguku?" kata Crystal begitu ia berada di ruang kerja General Manager itu.
Ethan di balik meja tampak membuka sedikit kancing kemejanya paling bawah. Ia yang sedikit menunduk terlihat terkejut saat melihat istrinya Crystal telah ada di ruangannya."Owh .... aku buru-buru. Aku pikir kau masih ingin bicara dengan Jordy tadi," kata Ethan sambil berusaha merapikan kembali pakaiannya.Crystal yang melihat hal itu mengernyitkan keningnya."Kau kenapa? Apa jahitan lukanya lepas?" tanyanya dengan perhatian."Emm ... tidak! Aku hanya mengeceknya, soalnya aku banyak bergerak tadi," kata Ethan dengan senyuman.Ia berharap dengan senyumnya itu, Crystal tidak memikirkan terlalu banyak hal tentang dirinya."Ah, iya! Bagaimana dengan lukamu, Ethan? Kau baik-baik saja?"Gegas wanita itu mendekat dan menghampiri Ethan. Lihatlah, Betapa keras kepalanya wanita itu! Meski Ethan berulang kali mengatakan pa"Madam Yvonne, perkenalkan ini Ethan Trovatelli, general manager Mensina Casino yang baru," kata Benigno memperkenalkan Ethan pada wanita yang diketahui bernama Madam Yvonne itu.Madam Yvonne memasang senyuman terbaiknya dan mengulurkan tangannya untuk bisa berjabat tanngan dengan Ethan."Aku madam Yvonne," katanya memperkenalkan diri terlebih dahulu."Ethan," balas Ethan seadanya.Lalu mereka pun duduk bertiga dalam ruangan Benigno."Jadi Tuan Ethan, kau baru saja menjadi general manager di Mensina Casino ini, benar?" "Ya," jawab Ethan merasa jengah."Maaf, sebelum aku bertemu denganmu, sebelumnya aku telah menyelidiki tentangmu, apa kau keberatan dengan itu?" tanya Madam Yvonne."Oh, ya ampun .... untuk apa Anda menyelidiki aku? Aku bukanlah siapa-siapa. Hanya pria biasa, seperti ini!" Ethan mengangkat tangannya ke udara kemudian menurunkannya lagi ke pangkuannya."Anda sangat pandai sekali merendah.
"Ethan?"Crystal menatap heran pada Ethan dan wanita yang katanya adalah tangan kanan sang capo dei capi itu. Entah kenapa ia merasa kalau gesture tubuh wanita itu terlihat akrab pada Ethan. Posisi wanita itu saat pintu lift terbuka terlihat menyamping menatap Ethan. Sementara Ethan sendiri berdiri tegak dengan pandangan lurus ke depan ke arah pintu lift. Posisi itu entah bagaimana di pikiran seorang Crytal seperti posisi seorang sekretaris yang sedang memberi laporan pada bosnya.Ah, entahlah! Atau itu karena dia terlalu over thinking? Atau karena suaminya itu terlihat terlalu tampan dan berwibawa sehingga di mata Crystal penampilan Ethan terlihat seperti bos-bos perusahaan di telenovela? Oh, ya Tuhan! Rasanya Crystal sekarang begitu gila terhadap pria ini. Oh, shit!"Crys? Kau ingin masuk atau tetap ingin berdiri di situ?" tegur Ethan lembut.Crystal pun seketika tersentak mendengar teguran Ethan itu dan buru-buru masuk ke dalam ruang
"Apa tiga tahun yang lalu ... capo dei Capi pernah menginap di hotel Monalisa di kota B?" tanya Crystal dengan nada setengah lirih pada wanita yang kata Jordy adalah tangan kanan capo dei capi itu.Madam Yvonne, menatap Crystal sejenak sebelum ia menatap Ethan dan kembali menatap Crystal secara bergantian.Ethan yang mendengar Crystal menanyakan itu, menelan salivanya. Bagaimana Crystal bisa ingay tentang hal itu?"Kenapa kau menanyakan itu?" tanya Madam Yvonne balik, alih-alih menjawab pertanyaan Crystal."Ada sesuatu yang ingin kupastikan jika memang benar capo dei capi pernah menginap di hotel Monalisa di kota B, 3 tahun yang lalu. Tolong jawab saja, apa benar capo dei capi pernah menginap di sana?" Crystal mengulangi pertanyaannya pada Madam Yvonne.Madam Yvonne tersenyum miring."Kenapa kau berpikir kalau aku akan mau menjawab pertanyaanmu itu? Capo bukanlah orang sembarangan. Segala aktivitasnya bahkan identitasnya tak sem
"Ya Tuhan, wanita itu sangat nenjengkelkan sekali!" "Kau kenapa, Ju?" tanya Jack yang berada di kemudi mobil yang sedang melaju ke arah tengah kota.Julia di kursi belakang kemudi sedang sibuk membuka kotak makeup, dan mulai membersihkan tiap bagian sudut wajahnya. Sculpture makeup yang diaplikasikannya di wajahnya sendiri demi menghasilkan tampilan lain sebagai Madam Yvonne. Perlahan Julia mulai melepas berbagai ornamen yang membuat banyak perubahan di wajahnya. Salah satunya adalah perekat mirip selotip yang membuat ilusi wajahnya lebih tirus dan dagu lebih lancip. Begitu dengan penambahan sedikit ornamen di area bridge hidung yang membuat hidung mancungnya menjadi terlihat berbentuk sedikit hawk namun tetap menampilkan wajah yang cantik dengan versi yang berbeda dengan aslinya."Hei, siapa yang kau bilang menjengkelkan? Crystal? Istrinya Capo?" tanya remaja berusia 18 belas tahunan itu."Menurutmu siapa lagi? Astaga sangat menjengkel
Triiing!! Lift yang membawa Ethan dan Crystal dari lantai bawah menuju ke lantai atas akhirnya berhenti. Pintu pun terbuka."Kau yakin akan menghabiskan semua makanan ini, Crys?" tanya Ethan yang kedua tangannya dipenuhi makanan dan membawa dua gelas kopi di tangannya."Ya, tentu saja! Aku akan menunggumu selama kamu bekerja. Jadi aku membutuhkan banyak cemilan," kata Crystal.Ethan masih tak habis pikir akan ide Crystal yang berniat untuk menunggunya sampai selesai bekerja. Tetapi wanita itu selalu keras dalam pendiriannya. Mana mau dia pulang, meski Ethan telah menyuruhnya berkali-kali."Kau butuh banyak cemilan? Apa kau tidak takut gemuk?" tanya Ethan.Crystal nampak berpikir beberapa saat, lalu dia pun bertanya dengan polosnya."Kau sendiri bagaimana? Apa kau lebih suka aku yang seperti ini? Atau menurutmu aku lebih baik dan cantik jika kurus? Kau tidak menyukai wanita dengan postur tubuh sedikit gemuk?" selidik C
Suasana ruang rapat itu kini hening sesaat setelah Benigno mengundurkan diri untuk meninggalkan rapat terlebih dahulu karena masih ada urusan lain. Semua mata kini tertuju pada Ethan. Mereka yang posisi jabatannya berada di bawah Ethan tentu cukup senang dengan berita itu. Bukannya apa-apa menurut penilaian mereka Ethan sebagai pemimpin masih jauh lebih baik dan ramah dibandingkan Ricardo yang memiliki jabatan CEO, namun cukup arogan itu.Tetapi tidak demikian halnya dengan orang-orang di sana yang jabatannya masih lebih tinggi dibandingkan jabatan yang Ethan miliki sebagai General Manager. Para direksi seperti CEO dan direktur-direktur tiap departemen terlihat tidak begitu senang dengan pengumuman yang diberikan oleh Benigno tadi. "Ya Tuhan, bagaimana mungkin seorang direksi harus menurut pada perkataan dari General Manager?" keluh direktur dari Departemen Personalia."Kalau begitu kenapa bukan dia saja yang jadi Presiden direktur jika kata-k
"Ke-kenapa kau menanyakan itu?" tanya Ethan sambil menelan salivanya.Crystal menghembuskan napasnya frustasi. Entah ini perasaannya atau bukan, tetapi yang jelas ia merasa ada yang salah pada malam tiga tahun yang lalu. Entah bagaimana Crystal mengatakannya, tetapi sepenggal demi sepenggal ingatan tentang malam itu kini hilang dan timbul di pikirannya. Tidak semuanya jelas, tetapi sekarang Crystal merasa kalau saat itu orang yang menghabiskan malam bersamanya bukanlah Alessandro melainkan orang yang berbeda. Apakah dia capo dei capi? Ya Tuhan ... bagaimana ini?Crystal memijat keningnya."Ti-tidak. Tidak apa-apa," jawab Crystal gugup sambil mengusap tengkuknya."Kau yakin?" tanya Ethan.Ia melihat perubahan wajah Crystal yang terlihat pias seperti sedang tidak enak badan itu.Crystal mengangguk."Aku tidak apa-apa."Ethan menatap tajam Crystal."Apa maksud pertanyaanmu tadi?" tanya Ethan.
"Jadi Jordy ini yang mengeluarkan pelurunya dari dalam perutmu?" tanya Julia ketika ia memeriksa kondisi luka akibat tembakan peluru di perut Ethan."Ya, sepertinya itu belum masuk ke dalam perut. Proyektil pelurunya terjebak di dalam jaringan otot perut. Aku melihat sendiri ia mengeluarkannya," cerita Ethan.Julia pun manggut-manggut mendengar cerita Ethan. "Lumayan bagus juga kemampuannya menangani pengangkatan peluru itu. Sepertinya semua prosesnya dilakukannya sesuai prosedur. Apa dia seorang dokter yang 'belok'?" tanya Julia sambil melakukan gerak penyerta.Belok dalam dunia mafia berarti menyimpang, yang artinya dia yang harusnya memiliki kehidupan yang baik-baik saja, malah memilih jalan masuk ke dunia hitam dengan alasan pribadi. Entah itu karena uang, atau memiliki dendam dengan kelompok tertentu. Atau ada hal-hal lain seperti Julia yang memilih masuk ke dalam organisasi mafia, hanya karena ia tidak memiliki siapa pun lagi di dunia ini.
"Kamu siap?" tanya Ethan.Saat ini mereka bertiga Ethan, Crystal dan Clarissa sedang berada di dalam mobil ungu metalic milik ibu dari satu orang anak itu.Crystal menghela napas dalam. Sungguh dia tidak tahu apakah ia sanggup menghadapi orang tua Anna di pemakaman saat ini. Setelah beberapa hari kematian Anna dan dilakukan otopsi pada jenazahnya, akhirnya hari ini pihak kepolisian dan rumah sakit mengijinkan jenazah Anna untuk disemayamkan."Kalau kau tidak bisa, jangan dipaksakan. Kau dan Clarissa di dalam mobil saja. Biar aku saja yang bertemu dengan orang tua Anna," usul Ethan memberi solusi.Crystal menggeleng dengan lemah."Tidak, Ethan. Aku tidak mungkin bersembunyi dari keluarganya Anna. Anna telah ikut denganku dan merawat Clarice dari sejak bayi. Tidak apa-apa. Aku akan menemui mereka," kata Crystal."Kau yakin?" tanya Ethan.Crystal mengangguk."Hum."Usai mengatakan hal itu, Crystal pun menarik tuas pada pintu mobil dan keluar dari sana."Ayo, Clarice. Kita temui Anna," ka
"Ah, Papa Ben, apa maksudmu menanyakan hal itu padaku. Menikahi Crystal? Bukankah dia telah menikah? Apa kau lupa kalau Ethan adalah menantumu?" jawab Marlon sambil ia sesekali melirik pada Benigno, memasang wajah seolah tidak mengerti.Padahal, tentu saja ia mengerti apa maksud pria tua itu mengatakan hal itu. Marlon hanya tidak ingin terlihat terlalu gampangan, atau terlalu jelas ia memperlihatkan niat buruknya ingin memanfaatkan Benigno untuk menghancurkan Ethan."Aku tidak pernah menyukai Ethan, dari dulu, sekarang bahkan sampai sekarang. Aku membencinya sama seperti aku membenci kakaknya. Awalnya aku tidak mengerti apa sebenarnya yang terjadi sehingga aku merasakan hal seperti itu. Namun sekarang sudah jelas, rupanya itu adalah karena dia adalah putra dari Diego. Dia mewarisi darah pria sialan itu, sehingga instingku bisa merasakan itu meskipun sebelumnya aku tidak mengetahuinya," kata Benigno sambil matanya menerawang jauh."Papa Ben, aku mengerti. Tapi aku rasa itu bukanlah sol
Benigno sebenarnya heran terhadap apa yang didengarnya dari mulut Marlon. Untuk apa dia ingin membawa orang yang disuruh Ethan untuk menjaga Clarissa dan Crystal?"Papa Ben?" Marlon mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Benigno yang terlihat bingung setelah ia mengucapkan permintaannya."Hmm?""Bagaimana? Apa aku bisa membawa orang ini?" "Terserah padamu saja," jawab Benigno bimbang.Mendengar jawaban Benigno, Marlon pun segera berpaling lagi pada Massimo. "Kau dengar? Kau ikutlah denganku?" perintahnya sambil menekan lebih keras revolver itu ke jidat Massimo.Massimo tersenyum miring. "Ikut denganmu?" gumamnya dengan nada mencibir. "Ya, kenapa? Kau tidak mau? Memangnya kau punya pilihan?" Marlon dengan senyum mengejek membalas cibiran dari Massimo itu."Tentu aku punya!" jawab Massimo dengan senyum penuh arti.Lalu tanpa terduga oleh Marlon dan Benigno, pria itu pun dengan gerak cepat menangkap pergelangan Marlon dan dengan kuat ia mengarahkan senjata revolver itu ke arah
Benigno sebenarnya heran terhadap apa yang didengarnya dari mulut Marlon. Untuk apa dia ingin membawa orang yang disuruh Ethan untuk menjaga Clarissa dan Crystal?"Papa Ben?" Marlon mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Benigno yang terlihat bingung setelah ia mengucapkan permintaannya."Hmm?""Bagaimana? Apa aku bisa membawa orang ini?" "Terserah padamu saja," jawab Benigno bimbang.Mendengar jawaban Benigno, Marlon pun segera berpaling lagi pada Massimo. "Kau dengar? Kau ikutlah denganku?" perintahnya sambil menekan lebih keras revolver itu ke jidat Massimo.Massimo tersenyum miring. "Ikut denganmu?" gumamnya dengan nada mencibir. "Ya, kenapa? Kau tidak mau? Memangnya kau punya pilihan?" Marlon dengan senyum mengejek membalas cibiran dari Massimo itu."Tentu aku punya!" jawab Massimo dengan senyum penuh arti.Lalu tanpa terduga oleh Marlon dan Benigno, pria itu pun dengan gerak cepat menangkap pergelangan Marlon dan dengan kuat ia mengarahkan senjata revolver itu ke arah
Marlon sedang berbicara dengan Benigno di ruang keluarga saat matanya menangkap bayangan seseorang sedang bergerak mengendap di lantai dua."Tunggu, Papa Ben. Apa aku boleh naik ke lantai dua?" tanyanya setengah berbisik.Benigno pun mengernyitkan keningnya, heran kenapa Marlon ingin ke lantai dua. Padahal semisal ia ingin ke toilet pun di lantai bawah juga ada toilet. Telah dua jam Marlon bertandang ke rumahnya atas undangannya sebagai tuan rumah. Mereka juga telah makan siang bertiga, dia, Marlon, dan Arabella dengan mengabaikan teriakan Crystal yang dikurung di kamarnya di lantai dua. Dari ruang tamu, ke ruang makan hingga kini mereka berada di ruang santai keluarga yang dapat melihat dengan jelas ke arah tangga dan koridor atas lantai dua. Itu sebab Benigno heran mengapa di tengah-tengah perbincangan mereka, Marlon tiba-tiba menyela dan minta ijinnya untuk ke lantai atas."Boleh?" tanya pria itu lagi, menanyakan izin dari Benigno.Benigno pun akhirnya mengangguk, sebab Marlon pu
"Massimo!! Tolong!! Tolong aku!" Massimo menajamkan indera pendengarannya ketika ia mendengar suara Crystal seperti berteriak dari arah belakang rumah Benigno."Suara siapa itu? Itu suara nyonya Crystal, kan?" tanya Massimo pada anak buah Benigno yang akan menutup pintu pagar rumah megah itu."Kau salah dengar!" jawab anak buah Benigno itu sambil melanjutkan niatnya untuk menutup pintu pagar."Massssimoo!! Tolong aku?!! Kau mendengarku?" Massimo kembali menatap anak buah Benigno itu dengan pandangan menuduh. Salah dengar katanya? Salah dengar apa? Jelas-jelas itu adalah suaranya Crystal. Memang tidak terlalu nyaring, sebab posisi kamar Crystal berada di lantai dua dengan balkon menghadap samping dan belakang rumah."Itu suara nyonya Crystal," kata Massimo.Anak buah Benigno itu buru-buru merapatkan pintu pagar mendengar kembali suara anak perempuan majikannya itu. Tetapi belum sempat ia mengunci kembali pagar itu, Massimo menahan pagar itu dengan kakinya sehingga yang tadinya pagar
Massimo melihat pada jam tangannya, lalu pandangan pun beralih ke dalam pekarangan rumah Benigno Mensina. Rasanya sudah dua jam Crystal dan Clarissa berada di dalam sana dan sampai saat ini sepertinya belum ada tanda-tanda wanita itu akan keluar dari kediaman ayahnya itu.Apakah istri bosnya itu masih lama di dalam? Sebenarnya berapa lama lagi Massimo akan menunggu? Bagaimana kalau Crystal masih lama, atau sampai malam belum mau pulang juga? Atau bahkan sampai memutuskan untuk menginap di sana? Apa Massimo harus menunggunya dengan hanya duduk di atas sepeda motor seperti ini? Ck! Sungguh menyebalkan istri bosnya ini. Bagaimana bisa capo dei capo tahan dengan wanita seperti itu? Tak henti-hentinya Massimo mengumpat dalam hati. Andai Crystal bukanlah istrinya Ethan, sudah pasti Massimo akan meninggalkan saja wanita itu.Di dalam kamar, Crystal pun sedari tadi tak hentinya berpikir keras agar ia bisa keluar dari kamarnya. Dia telah berteriak-teriak memanggil-manggil Bertha dan bebera
Crystal yang sudah akan melangkahkan kakinya kembali membalikkan badannya saat mendengar seruan dari Benigno. "Ya?" Ia menatap ayahnya tak percaya."Papa bilang, siapa yang mengizinkan kau pergi dari sini?"Crystal mengedip-ngedipkan matanya tak mengerti."Apa maksud Papa berkata seperti itu? Kenapa aku butuh izin untuk keluar dari sini? Aku ingin pulang. Terus terang saja, sebenarnya tadi aku tidak diizinkan oleh Ethan datang kemari. Tetapi karena na aku sangat ingin berbicara dengan papa tentang hubungan keluarga kita, aku sampai memelas-melas minta izin padanya agar memperbolehkan aku datang ke sini. Tetapi Papa lihat ini? Sepertinya hubungan kita tidak dapat dibicarakan lagi. Dan aku tidak mau berpisah dari suamiku. Aku akan ikut dengannya kemanapun dia pergi," kata Crystal.Benigno tertawa kecil, sebelum kemudian akhirnya dia memasang wajah datar dan serius."Aku tidak butuh izin dari siapa pun untuk menahan putriku tetap tinggal bersamaku. Crys, Papa tidak mengizinkan kau untuk
"Crys, apa kau tak bisa berbicara sedikit lebih sopan lagi?" tanya Benigno menjawab perkataan putrinya itu."Untuk apa? Untuk apa aku berbicara lebih sopan pada orang yang berniat merusak hubunganku dengan suamiku. Dan maaf ... Tuan Marlon, apa kau tak punya wanita lain untuk bisa kau kencani sehingga kau harus mendekati ayahku agar bisa menikahi wanita yang telah bersuami? Sungguh kau orang yang seperti itu? Atau apa kau memiliki gangguan disfungsi seksual sehingga kau tidak memiliki kemampuan untuk mendekati wanita lain?" tuduh Crystal dengan nada mengejek."Crystal, aku rasa kau salah paham padaku. Aku sama sekali tidak berniat merusak hubunganmu dengan Ethan. Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu? Bukan hanya kau, tetapi aku juga tidak begitu terlalu mengingatmu. Kita sebagai tetangga pun hampir tidak pernah bertegur sapa dan aku sangat tahu dengan jelas kalau kau adalah istri dari Ethan dan memiliki seorang putri, jadi tidak mungkin aku berniat seperti yang kau tuduhkan," k