Beranda / Urban / Menantu Sang Mafia / Seorang Pelayan Kasino

Share

Seorang Pelayan Kasino

Penulis: Kiki Miki
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-23 17:58:50

"Papa?" pekik Crystal tertahan.

"Sebaiknya kalian berdua menikah saja," usul Benigno.

"Tidak! Aku tidak mau! Apa-apaan Papa mengusulkan hal seperti itu. Aku tidak mau menikah dengannya!" tolak wanita itu tegas.

"Crys ...."

"Apa Papa masih sehat? Papa ingin aku menikah dengannya? Hah! Buat apa! Itu ide paling konyol dan paling gila yang pernah ku dengar!" umpat wanita itu lagi.

"Crys, ikut Papa sebentar!"

Setelah meminta ijin pada pengacara itu, Benigno pun menarik Crystal ke luar sebentar.

"Crys, tolong mengerti! Kau setujui saja permintaan Papa untuk kau menikah dengannya. Ini hanya untuk sementara, Crys!"

Crystal geleng-geleng kepala.

"Tidak, tidak, tidak ... ini gila! Aku tidak mau menuruti inginnya Papa. Itu tidak lucu sama sekali."

"Hanya sementara, Crys. Sampai Papa menemukan satu alasan kuat untuk menendang dia dari kehidupanmu dan Clarissa. Kau tahu kan kalau Papa tidak bisa berurusan dengan hukum dulu akhir-akhir ini?"

"Tapi aku mana mungkin menikah dengan orang itu. Dia adiknya Alessandro, dan aku juga tidak mengenalnya sebelumnya!" kilah Crystal frustasi.

"Hanya untuk beberapa bulan Crys. Ini tidak akan beda dengan pernikahanmu yang sebelumnya. Kau hanya perlu bersabar sedikit. Kau tidak mau kehilangan hak asuh atas Clarissa, kan?"

"Tentu saja ..."

"Kalau begitu percayakan semuanya pada Papa."

Crystal tak punya pilihan lain. Saat mereka kembali ke ruangan pengacara itu, mereka kembali fokus ke pokok permasalah.

"Bagaimana denganmu, Ethan? Kau bersedia menikahi Crystal?" tanya Benigno.

Ethan melirik pada wajah jengkel Crystal sebelum ia menjawabnya.

"Ya, menikah tidak masalah."

Crystal membelalakkan matanya. Ia tadinya berharap agar pria itu menolak, namun pria itu menerimanya? Sungguh sial!

****

Mensina Casino terletak tak jauh dari pantai kota C. Di hadapannya terhampar laut Mediterania atau yang dikenal sebagai laut Tengah yang luas. Laut penghubung antar benua.

"Jordy, bisakah aku memulai pekerjaan ini dari bawah?" tanya Ethan pada Jordy.

"Apa maksud anda, Tuan? Tuan Benigno menyuruh saya untuk mengajari dan melatih Tuan agar dapat mengelola kasino ini. Jadi sebaiknya kita mulai dari administrasi keuangan kasino. Tuan perlu mempelajari beberapa hal yang berhubungan dengan administrasi keuangan. Apakah sebelumnya Tuan pernah belajar tentang itu?" tanya Jordy.

Ethan mengangkat bahunya.

"Entahlah, saya tidak mengingatnya. Dulu waktu saya sekolah saya tidak pernah memperhatikan hal-hal seperti itu. Hanya datang, duduk, diam, dan pulang," jawab Ethan dengan acuh.

Jordy mengangguk-anggukkan kepalanya, tanda ia paham akan penjelasan yang dikatakan oleh Ethan.

"Tidak masalah soal itu. Saya bisa meminta akuntan Kasino untuk mengajari anda secara pelan-pelan nanti," jawab Jordy.

"Tapi Jordy, tolong ijinkan saya untuk memulai ini dari bawah. Biarkan saya menjadi pelayan Kasino untuk satu bulan pertama. Saya rasa itu lebih efektif untuk mengajari saya tata kelola casino ini lebih cepat daripada mempelajarinya secara materi," tawar Ethan.

"Tapi Tuan .... saya disuruh oleh Tuan Benigno mengajari Anda .... bagaimana kalau ...."

"Jordy, kenapa kau sangat kaku? Jangan khawatir!" Ethan menepuk-nepuk punggung Jordy, seakan mereka adalah sahabat lama yang sangat dekat. "Aku tidak akan membuat masalah apapun. Janji!"

"Tapi ..."

"Sekarang tunjukkan padaku di mana ruang karyawan?"

Usai mengatakan hal itu, Ethan segera melengos masuk terlebih dahulu ke area Kasino. Jordy masih berada di dalam mobil, segera keluar dan memandang punggung etan yang perlahan semakin menjauh. Segera Jordy menghubungi Benigno.

"Ada perlu apa? Kalian sudah sampai?" Benigno langsung memberondong Jordy dengan pertanyaan.

"Tuan, tuan Ethan ingin memulai ini dari bawah. Ia ingin memulai pekerjaannya dari pelayan kasino biasa, apa yang harus saya lakukan?"

Benigno yang sedang berada di kediamannya di temani oleh kekasihnya Arabella mengernyitkan keningnya.

"Apa maksudnya ingin memulai pekerjaan dari bawah? Tujuannya apa?" tanya Benigno.

"Katanya agar ia bisa mempelajari tata kelola kasino dari bawah. Langsung terjun di lapangan akan lebih efektif baginya untuk mempelajari semua. Begitulah alasan yang diberikan oleh Tuan Ethan kepada saya, Tuan," jawab Jordy.

Benigno yang sedang memadu cinta dengan Arabella tak bisa benar-benar fokus pada berita yang yang dikabarkan oleh Jordy. Saat ini matanya hanya fokus pada Arabella yang sedang polos tanpa busana di atas ranjangnya. Seorang jalang naik kelas yang dia pungut dari salah satu klub malam miliknya di daerah Ragusa.

"Bagaimana, Tuan?" tanya Jordy lagi.

"Biarkan dia melakukan apapun yang dia mau. Namun kau harus tetap mengawasinya dan jangan biarkan dia membuat kekacauan di sana!" kata Benigno mengeluarkan titahnya.

"Oh, baiklah Tuan!" jawab Jordy.

"Kalau begitu cepat tutup teleponnya! Dan jangan ganggu kalau kalau benar-benar tidak ada yang urgent. Kau paham?!" kata Benigno mengeluarkan ultimatumnya.

"Baiklah, selamat sore dan selamat bersenang-senang, Tuan." Dan Jordy pun menutup panggilan teleponnya.

Usai menelpon Benigno, pandangan Jordi pun kembali lurus ke depan, ke arah Mensina Casino yang ada di depan matanya. Di sana terlihat Ethan sedang bertengkar dengan empat orang bodyguard bertubuh besar yang berada di depan pintu masuk. Jordy pun bergegas menuju Ethan yang kini dijinjing dan hampir dilemparkan oleh dua orang bodyguard menjauh dari area Kasino.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Jordy pada kedua orang pengawal itu.

Kedua pengawal itu sepertinya sangat mengenali Jordy. Ah, ya! Dia adalah tangan kanan Benigno yang sering kali mengurusi masalah usaha Benigno yang ada dimana-mana termasuk di Mensina Kasino ini. Jadi sudah pasti mereka segera mengenali Jordy.

"Lelaki ini bersikeras ingin masuk ke dalam kasino, Tuan Jordy. Lihat penampilannya sangat tidak meyakinkan. Bagaimana kalau dia adalah anak buah dari Demond del Cielo?" tanya salah seorang bodyguard itu dengan muka datar.

Jordy menghela napas. Ia memindai penampilan Ethan dari ujung rambut ke ujung kepala. Untuk masuk ke dalam casino ini memang ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Salah satunya adalah penampilan. Pengunjung Casino diwajibkan berpakaian rapi, kemeja, jas, tuksedo. Dan lihat apa yang dipakai oleh Ethan, pria urakan ini? Baju tanpa lengan, dan celana panjang dengan hiasan robek dimana-mana. Sungguh tidak berkelas sama sekali. Jadi tidak mengherankan kalau pengawal yang ditempatkan di depan Casino ini ingin melemparnya menjauh dari area ini. Karena mereka memang ditugaskan bukan untuk menyambut tamu, melainkan mengawasi dan menjauhkan segala macam tamu yang berpotensi membuat keributan.

"Lepaskan dia!" perintah Jordy. "Aku yang membawanya ke sini untuk bekerja. Di lain waktu jika dia ingin masuk, beri dia ijin."

Bodyguard itu melepaskan Ethan, tetapi pandangan mata mereka tetap awas, memindai pria itu dari ujung kaki hingga ujung kepala.

Jika Jordy sendiri yang membawanya, bukankah itu berarti kalau orang ini merupakan orang yang cukup penting? begitu pikir mereka.

"Boleh kami tahu dia akan menjabat sebagai apa di sini?" tanya salah seorang lagi dari pria itu.

Jordy menatap sejenak pada Ethan, lalu ia pun menjawab.

"Waiters."

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menantu Sang Mafia   The Real Monster

    "Kalian ini ... benar-benar sialan!" umpat Julia.Melihat reaksi Julia yang begitu marah, anak buah The Monster yang ada disana bukannya menghentikan ejekan mereka yang ada mereka semakin gencar mengganggunya."Hei, Ju! Apa maksudmu mengatakan kalau kami sialan? Apa kau tidak ingin mencoba keberuntungan bagaimana bersenang-senang dengan salah seorang dari kami? Ju, ayolah! Jangan jual mahal," kekeh seseorang dari mereka.Julia menggeram mendengar olok-olokan para pria itu pada dirinya, namun dia sangat sadar diri kalau dia tidak sedang dalam posisi bisa melawan mereka semua. Bukan hanya karena kekuatan fisik para pria itu yang ditakuti oleh Julia, namun termasuk di dalamnya adalah nafsu birahi mereka juga. Dia sebagai satu-satunya wanita yang berada dalam Nido ini sangat tahu persis apa resikonya jika dia terus menantang para pria ini juga terus berdebat dengannya. Maka satu-satunya pilihan yang bisa dilakukan oleh Julia untuk saat ini hanyalah diam.Pria yang tadi berdebat mulut deng

  • Menantu Sang Mafia   Nido Di Monsta

    Julia terbangun dari tidurnya ketika mendengar ramai suara terbahak-bahak di lantai bawah Nido di Aquila Nera itu. Ah, salah! Sekarang tempat ini bukanlah Nido di Aquila Nera, melainkan Nido The Monsta. Mengingat hal itu, Julia pun tanpa dia sadari menghela napas berat. Entah apa yang dipikirkan saat ini. Ia merasa hampa di dalam hatinya. Lalu merasa tidak enak dengan pemikirannya itu, Julia pun kini bangun dari tidurnya dan duduk sejenak di ranjang dengan kaki yang berjuntai di lantai. Suara gelak tawa anak buah The Monster yang sedang berkumpul di lantai bawah masih saja mengusik pendengarannya."Oh, ya Tuhan! Apa mereka pikir tempat ini adalah kasino?" gerutu Julia setengah mengumpat.Dengan tak sabar, Julia pun segera berdiri dan berjalan ke arah tangga. Perlahan ia menuruni satu persatu anak tangga tersebut. Ketika ia telah sampai di anak tangga pertengahan, ia pun menatap ke bawah, menyapu seluruh ruangan dengan pandangan matanya. Dan Julia melihat tak hanya satu, dua, atau ti

  • Menantu Sang Mafia   Kau Punya Cara Lain?

    "Jadi yang menculikmu adalah Diego Bosseli bukan Ethan?" tanya Sharon sambil membelai lakukan matanya mendengar keterangan dari saudara kembarnya itu.Marlon menjawab hanya dengan anggukkan saja."Diego menculikmu tapi anaknya ... siapa namanya tadi? emh, ... An ... drew Bosseli? Apa benar begitu?" Sharon yang masih tidak percaya lagi-lagi menanyakan hal itu pada Marlon."Ya, begitulah," kali ini Marlon menjawab lagi-lagi dengan anggukan.Sharon terhenyak sehingga dia terduduk dengan masih banyak pertanyaan di kepalanya."Tapi kenapa? Untuk apa Diego menculikmu? Lalu kenapa putranya yang menyelamatkanmu? Apa ada masalah di antara mereka? Lalu kenapa mereka melibatkanmu?" Sharon memberondong Marlon dengan banyak pertanyaan yang sekiranya bisa melampiaskan rasa ingin tahunya."Kau ingat pengakuan Diego di pesta pernikahan Benigno Mensina?" Marlon malah balik bertanya pada Sharon.Sharon berpikir sejenak sebelum akhirnya ia mengangguk."Tentang Ethan yang adalah putra kandungnya?" Sharo

  • Menantu Sang Mafia   Bukan Ethan Yang Menculikku

    "Marlon?!" pekik Crystal terkejut.Orang yang diserukan namanya oleh Crystal itu, lagi-lagi hanya melempar senyum menyeringai."Ya, ini aku. Kenapa kau terkejut melihatku? Apa itu karena kau merindukanku?" tanya pria itu dengan nada menyebalkan.Crystal menyipitkan matanya dan memasang ekspresi wajah jijik."Apa kau selalu seperti ini? Tidak tahu malu?" balas Crystal dengan sengit.Itu membuat Marlon menjadi tertawa."Tidak tahu malu? Tidak tahu malu seperti apa maksudmu, hmm? Bukannya kau yang tidak tahu malu? Aku sudah menolongmu dari pria yang menciba ingin menabrakmu itu, dan tadi kau dengan lantangnya mengucapkan terima kasih padaku dan ingin memberikan hadiah padaku sebagai imbalan atas pertolongan yang kuberikan karena telah menyelamatkan nyawa kamu. Tetapi lihat sekarang? Setelah kau tahu siapa dewa penolongmu, kau bukannya jadi memberikan hadiah padaku, tapi kini malah memakiku tidak tahu malu? Ckckck! Crystal Mensina memang luar biasa! Entah apa jadinya kalau aku benar-ben

  • Menantu Sang Mafia   Kau Ingin Memberiku Hadiah?

    Crystal masih terpaku melihat kedua orang yang tidak ia kenal siapa itu sedang berkelahi di hadapannya. Berbeda dengan Bertha yang segera cepat tanggap terhadap situasi tak menguntungkan itu. Ia segera buru-buru mendudukkan Clarissa di kursi, tepat di sebelah Crystal. Lalu iya pun mendorong kursi roda itu menjauh dari area itu."Ayo, Nyonya! Kita pergi saja dari sini. Di sini sangat berbahaya!" kata Bertha mencoba memperingatkan wanita yang dia lihat sembuh kembangnya dari sejak kecil itu."Si-siapa mereka, Bertha?" tanya Crystal dengan menggumam."Emm ... entahlah, aku tidak tahu, Nyonya Crystal. Kalau aku berpendapat sebaiknya kita pergi saja dari sini. Di sini terlalu berbahaya," kata Bertha.Wanita itu tanpa berpikir panjang lagi segera memutar balik kursi roda Crystal yang diduduki oleh sepasang ibu dan anak itu menuju ke arah rumah mereka yang berjarak sekitar 50 meter dari tempat itu."Tapi Bertha ... bagaimana dengan mereka?" tunjuk Crystal ke arah kedua orang asing yang sedan

  • Menantu Sang Mafia   Es Krim Dan Gelato

    "Mamaaaa!!!" seru Clarissa dari sisi jalan yang berseberangan dengan di mana Crystal sedang berada di kursi rodanya seperti saat ini.Crystal melambaikan tangannya untuk membalas seruan Clarissa dari samping mobil penjual es krim ituSebenarnya jalanan komplek itu tidak terlalu lebar. Seperti halnya jalanan komplek di perumahan-perumahan lain. Hanya saja Crystal memang lebih memilih untuk tidak ikut menyeberang dengan Bertha dan Clarissa yang sedang ingin membeli es krim di penjual es krim dengan mobil khusus itu. Crystal untuk menunggu di seberang jalan sambil tetap sibuk dengan ponselnya untuk mencari tahu apakah Ethan sudah aktif atau tidak.Beberapa kali Crystal menempelkan ponsel itu di telinganya dan beberapa kali pula dia harus memasang raut kecewa karena hingga saat itu pun, Ethan tetaplah tidak bisa dihubungi. Sangat menyebalkan![Nomor yang anda tuju sed ....]Crystal melepas ponsel yang menempel di telinganya dan merengut kesal."Ah, Ethan sialaaaaan! Sebenarnya apa maumu s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status