"Papa?" pekik Crystal tertahan.
"Sebaiknya kalian berdua menikah saja," usul Benigno. "Tidak! Aku tidak mau! Apa-apaan Papa mengusulkan hal seperti itu. Aku tidak mau menikah dengannya!" tolak wanita itu tegas. "Crys ...." "Apa Papa masih sehat? Papa ingin aku menikah dengannya? Hah! Buat apa! Itu ide paling konyol dan paling gila yang pernah ku dengar!" umpat wanita itu lagi. "Crys, ikut Papa sebentar!" Setelah meminta ijin pada pengacara itu, Benigno pun menarik Crystal ke luar sebentar. "Crys, tolong mengerti! Kau setujui saja permintaan Papa untuk kau menikah dengannya. Ini hanya untuk sementara, Crys!" Crystal geleng-geleng kepala. "Tidak, tidak, tidak ... ini gila! Aku tidak mau menuruti inginnya Papa. Itu tidak lucu sama sekali." "Hanya sementara, Crys. Sampai Papa menemukan satu alasan kuat untuk menendang dia dari kehidupanmu dan Clarissa. Kau tahu kan kalau Papa tidak bisa berurusan dengan hukum dulu akhir-akhir ini?" "Tapi aku mana mungkin menikah dengan orang itu. Dia adiknya Alessandro, dan aku juga tidak mengenalnya sebelumnya!" kilah Crystal frustasi. "Hanya untuk beberapa bulan Crys. Ini tidak akan beda dengan pernikahanmu yang sebelumnya. Kau hanya perlu bersabar sedikit. Kau tidak mau kehilangan hak asuh atas Clarissa, kan?" "Tentu saja ..." "Kalau begitu percayakan semuanya pada Papa." Crystal tak punya pilihan lain. Saat mereka kembali ke ruangan pengacara itu, mereka kembali fokus ke pokok permasalah. "Bagaimana denganmu, Ethan? Kau bersedia menikahi Crystal?" tanya Benigno. Ethan melirik pada wajah jengkel Crystal sebelum ia menjawabnya. "Ya, menikah tidak masalah." Crystal membelalakkan matanya. Ia tadinya berharap agar pria itu menolak, namun pria itu menerimanya? Sungguh sial! **** Mensina Casino terletak tak jauh dari pantai kota C. Di hadapannya terhampar laut Mediterania atau yang dikenal sebagai laut Tengah yang luas. Laut penghubung antar benua. "Jordy, bisakah aku memulai pekerjaan ini dari bawah?" tanya Ethan pada Jordy. "Apa maksud anda, Tuan? Tuan Benigno menyuruh saya untuk mengajari dan melatih Tuan agar dapat mengelola kasino ini. Jadi sebaiknya kita mulai dari administrasi keuangan kasino. Tuan perlu mempelajari beberapa hal yang berhubungan dengan administrasi keuangan. Apakah sebelumnya Tuan pernah belajar tentang itu?" tanya Jordy. Ethan mengangkat bahunya. "Entahlah, saya tidak mengingatnya. Dulu waktu saya sekolah saya tidak pernah memperhatikan hal-hal seperti itu. Hanya datang, duduk, diam, dan pulang," jawab Ethan dengan acuh. Jordy mengangguk-anggukkan kepalanya, tanda ia paham akan penjelasan yang dikatakan oleh Ethan. "Tidak masalah soal itu. Saya bisa meminta akuntan Kasino untuk mengajari anda secara pelan-pelan nanti," jawab Jordy. "Tapi Jordy, tolong ijinkan saya untuk memulai ini dari bawah. Biarkan saya menjadi pelayan Kasino untuk satu bulan pertama. Saya rasa itu lebih efektif untuk mengajari saya tata kelola casino ini lebih cepat daripada mempelajarinya secara materi," tawar Ethan. "Tapi Tuan .... saya disuruh oleh Tuan Benigno mengajari Anda .... bagaimana kalau ...." "Jordy, kenapa kau sangat kaku? Jangan khawatir!" Ethan menepuk-nepuk punggung Jordy, seakan mereka adalah sahabat lama yang sangat dekat. "Aku tidak akan membuat masalah apapun. Janji!" "Tapi ..." "Sekarang tunjukkan padaku di mana ruang karyawan?" Usai mengatakan hal itu, Ethan segera melengos masuk terlebih dahulu ke area Kasino. Jordy masih berada di dalam mobil, segera keluar dan memandang punggung etan yang perlahan semakin menjauh. Segera Jordy menghubungi Benigno. "Ada perlu apa? Kalian sudah sampai?" Benigno langsung memberondong Jordy dengan pertanyaan. "Tuan, tuan Ethan ingin memulai ini dari bawah. Ia ingin memulai pekerjaannya dari pelayan kasino biasa, apa yang harus saya lakukan?" Benigno yang sedang berada di kediamannya di temani oleh kekasihnya Arabella mengernyitkan keningnya. "Apa maksudnya ingin memulai pekerjaan dari bawah? Tujuannya apa?" tanya Benigno. "Katanya agar ia bisa mempelajari tata kelola kasino dari bawah. Langsung terjun di lapangan akan lebih efektif baginya untuk mempelajari semua. Begitulah alasan yang diberikan oleh Tuan Ethan kepada saya, Tuan," jawab Jordy. Benigno yang sedang memadu cinta dengan Arabella tak bisa benar-benar fokus pada berita yang yang dikabarkan oleh Jordy. Saat ini matanya hanya fokus pada Arabella yang sedang polos tanpa busana di atas ranjangnya. Seorang jalang naik kelas yang dia pungut dari salah satu klub malam miliknya di daerah Ragusa. "Bagaimana, Tuan?" tanya Jordy lagi. "Biarkan dia melakukan apapun yang dia mau. Namun kau harus tetap mengawasinya dan jangan biarkan dia membuat kekacauan di sana!" kata Benigno mengeluarkan titahnya. "Oh, baiklah Tuan!" jawab Jordy. "Kalau begitu cepat tutup teleponnya! Dan jangan ganggu kalau kalau benar-benar tidak ada yang urgent. Kau paham?!" kata Benigno mengeluarkan ultimatumnya. "Baiklah, selamat sore dan selamat bersenang-senang, Tuan." Dan Jordy pun menutup panggilan teleponnya. Usai menelpon Benigno, pandangan Jordi pun kembali lurus ke depan, ke arah Mensina Casino yang ada di depan matanya. Di sana terlihat Ethan sedang bertengkar dengan empat orang bodyguard bertubuh besar yang berada di depan pintu masuk. Jordy pun bergegas menuju Ethan yang kini dijinjing dan hampir dilemparkan oleh dua orang bodyguard menjauh dari area Kasino. "Apa yang kalian lakukan?" tanya Jordy pada kedua orang pengawal itu. Kedua pengawal itu sepertinya sangat mengenali Jordy. Ah, ya! Dia adalah tangan kanan Benigno yang sering kali mengurusi masalah usaha Benigno yang ada dimana-mana termasuk di Mensina Kasino ini. Jadi sudah pasti mereka segera mengenali Jordy. "Lelaki ini bersikeras ingin masuk ke dalam kasino, Tuan Jordy. Lihat penampilannya sangat tidak meyakinkan. Bagaimana kalau dia adalah anak buah dari Demond del Cielo?" tanya salah seorang bodyguard itu dengan muka datar. Jordy menghela napas. Ia memindai penampilan Ethan dari ujung rambut ke ujung kepala. Untuk masuk ke dalam casino ini memang ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Salah satunya adalah penampilan. Pengunjung Casino diwajibkan berpakaian rapi, kemeja, jas, tuksedo. Dan lihat apa yang dipakai oleh Ethan, pria urakan ini? Baju tanpa lengan, dan celana panjang dengan hiasan robek dimana-mana. Sungguh tidak berkelas sama sekali. Jadi tidak mengherankan kalau pengawal yang ditempatkan di depan Casino ini ingin melemparnya menjauh dari area ini. Karena mereka memang ditugaskan bukan untuk menyambut tamu, melainkan mengawasi dan menjauhkan segala macam tamu yang berpotensi membuat keributan. "Lepaskan dia!" perintah Jordy. "Aku yang membawanya ke sini untuk bekerja. Di lain waktu jika dia ingin masuk, beri dia ijin." Bodyguard itu melepaskan Ethan, tetapi pandangan mata mereka tetap awas, memindai pria itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Jika Jordy sendiri yang membawanya, bukankah itu berarti kalau orang ini merupakan orang yang cukup penting? begitu pikir mereka. "Boleh kami tahu dia akan menjabat sebagai apa di sini?" tanya salah seorang lagi dari pria itu. Jordy menatap sejenak pada Ethan, lalu ia pun menjawab. "Waiters." ****Crystal tak punya pilihan lain selain masuk kembali ke ruang lelang. Dengan mata menusuk tajam dia menatap Jordy yang dengan tegas tak bisa ditawar mempersilahkan dia masuk ke dalam ruang lelang."Nah, itu dia putriku, Crystal. Sayang, ayo masuk dan datang kemari!" ajak Benigno padanya.Crystal berhenti sejenak dan menahan napasnya. Apa yang akan dilakukannya sekarang? Itu yang ada di pikirannya. Namun kemudian wanita berusia jelang 28 tahun itu tak punya pilihan lain selain melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah podium, di mana di sana juga telah berdiri Benigno dan Marlon.Jordy mengangguk kecil untuk meyakinkan Crystal agar melangkah masuk. Dengan langkah gontai akhirnya Crystal pun berjalan ke podium dengan diiringi tatapan semua orang yang ada dalam ruangan itu. Semua mata tertuju padanya."Ayo, Crys. Mari naik ke sini!" Lagi-lagi Benigno mengajak Crystal untuk naik. Ia sungguh tak mempedulikan perasaan Crystal saat ini. Marlon pun mengulurkan tangannya untuk Crystal naik k
"Marlon, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Crystal pada pria yang tiba-tiba telah berada di sampingnya ini."Memangnya kenapa kalau aku ada di sini? Memangnya tidak boleh?" Marlon balik bertanya.Crystal menatap sekelilingnya. Di tempat ini ada banyak orang yang datang, semuanya tampak berpakaian formal. Ada beberapa di antara mereka yang memakai topeng. Itu karena acara ini adalah lelang amal. Di mana akan ada beberapa transaksi dengan jumlah nominal besar yang akan terjadi di gedung ini. Dan tidak semua orang-orang peserta lelang mau kalau identitas mereka dibuka di depan umum seperti ini. Entah itu karena alasan tertentu tak ingin sumbangan mereka dari hasil lelang diketahui oleh orang lain, atau ada juga yang merasa kalau mengikuti lelang ini terlalu beresiko karena kebanyakan pesertanya adalah orang-orang dalam ruang lingkup mafia."Kau ada di sini atau bukan itu bukan urusanku," kata Crystal.Marlon terkekeh mendengar jawaban Crystal itu. "Oh, ya? Kita lihat nanti saja, mung
"Bertha, apa kau datang?" tanya Crystal.Ia saat ini sedang berada di rumah sakit pasca tindakan servical cerclage (ikat mulut rahim) yang dia lakukan di 14 minggu kehamilannya. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi resiko keguguran akibat lemahnya kandungannya saat ini. Selain dia sendiri menginginkan tindakan ini, Benigno mendorongnya melakukan hal ini agar Crystal bisa menemaninya ke acara lelang amal putra dari sahabatnya beberapa hari, sebab ia ingin mengoptimalkan rencananya mengenalkan Crystal dan Marlon sebagai pasangan di antara koleganya agar mereka tidak terkejut kelak.Dan di sinilah Crystal saat ini menjalani rawat inap selama dua hari setelah tindakan medis itu."Ya ini aku, Nyonya. Bagaimana kabar Nyonya? Apa semua baik-baik saja? Apa semuanya lancar?" tanya Bertha."Humm .... ini masih agak sedikit sakit, tetapi aku rasa ini akan membaik segera. Kau tahu aku harus melakukan ini, kan?" kata Crystal.Bertha mengangguk, sedikit prihatin pada nyonya-nya ini harus mengalam
Mobil limousin milik Benigno itu berhenti tepat di depan pintu masuk Giulia Hall kota C. Jordy yang mengemudikan mobil itu menoleh ke belakang."Kita telah sampai, Tuan Ben," katanya.Benigno dengan gayanya yang parlente melihat ke arah dalam hall dan kini berpaling pada putrinya itu."Ayo Crys, turun! Kita masuk ke dalam," ajaknya.Persis seperti yang diberitahu oleh Benigno minggu lalu, malam ini mereka akhirnya ada di Giulia Hall kota C ini yang kata Benigno demi menghadiri undangan Juan Harley dalam lelang amal tahunan.Jordy segera keluar membukakan pintu untuk Crystal, sementara Benigno membuka pintu untuknya sendiri. Jordy dengan elegan mengulurkan tangannya pada Crystal sekalian membantu Crystal untuk turun berhati-hati. Kemudian barulah dia menuntun Crystal dan menyerahkannya pada Benigno.Benigno membuka tangannya agar Crystal bisa menggandengnya."Ya Tuhan, aku masih tidak habis pikir kenapa Papa memaksaku ke acara ini dan bukannya Arabella," keluh Crystal."Papa sudah meng
Crystal terpaku melihat kertas yang ada di hadapannya itu."Nyonya! nyonya? Apa anda tidak apa-apa?" tanya Maria sembari memberanikan diri mengusap pelan lengan Crystal.Crystal tersentak."Ah, ya. Aku tidak apa-apa," ucap Crystal. "Syukurlah, saya khawatir ada sesuatu yang buruk yang anda baca di surat itu," kata Maria dengan terbata.Crystal hanya tersenyum kecut."Tidak, tidak ada apa-apa, Maria. Oh iya, aku mungkin akan membutuhkan beberapa kali lagi bantuanmu, Maria. Kau tidak keberatan, kan?" tanya Maria penuh harap.Maria mengangguk."Ya, tentu saja. Saya akan dengan senang hati membantu, Nyonya.""Membantu apa?" Crystal dan Maria spontan menoleh ke arah suara bariton yang tiba-tiba saja telah ada di ambang pintu dapur."Papa? Apa yang sedang Papa lakukan disini?" tanya Crystal terkejut.Dia tidak menyangka Benigno bisa tiba-tiba saja ada di sini."Kenapa? Apa dapur adalah bagian terlarang yang tidak boleh Papa kunjungi di sini?" tanya Benigno sembari mengambil sebuah gelas d
Saat Maria kembali ke rumah Benigno, Bertha masih berada di luar pos keamanan. Bertha sama sekali tak ingin meninggalkan pos itu meski Fabio berkali-kali telah menyuruhnya masuk ke dalam rumah."Sebenarnya untuk apa kau menunggunya di sini? Bukankah kau bisa saja menunggunya di dalam?" tanya Fabio dengan mata memicing curiga."Ya, sebenarnya bisa tapi aku tidak mau, okay? Aku harus memastikan titipan bahan makanan yang aku minta dibelanjakan oleh Maria masih segar tanpa kamu acak-acak," jawab Bertha ketus. "Ah, itu dia Maria telah datang! Cepat bukakan pagarnya!"Fabio geleng-geleng kepala sambil menekan tombol yang berfungsi membuka-tutup pagar."Kau membawa semua pesananku?" tanya Bertha sambil menyongsong Maria dan merebut barang belanjaan wanita itu.Maria tersenyum kecut. Dia sama sekali tak mengerti apa pun yang terjadi di sini, tetapi menurut penilaiannya Bertha sangat pandai bersandiwara."Ya," jawabnya singkat.Entah demi apa dia mau mengikuti permainan Bertha dan supir ape t