“Sebenarnya saya tidak masalah, kami bahkan senang sekali mendengar Anda menawarkan proyek besar itu pada Trattoria. Tapi kami takut satu hal ... beda tangan yang mengolah resep, beda pula rasa yang dihasilkan.” Isami berujar dengan wajah menunduk.
“Bukannya kami menolak, tapi kami takut, makanan yang kami sediakan di Trattoria Rucini cabang satu tidak sesuai ekspektasi pelanggan tetap kami. Beberapa pelanggan kami berasal dari kota S.”
“Hmm, begitu, ya...” Davin menggosok dagunya. “Memang agak susah, tapi bagaimanapun juga, kita harus mencobanya. Tidak dicoba, tidak tahu hasilnya, bukan?”
“Benar kata Anda, Tuan, kami tidak takut mencoba.” Isami menyahuti.
Jordi menatap Isami, lalu mereka saling berbisik. Keduanya sepakat membuka restoran baru dengan catatan, Isami harus turun tangan langsung menyeleksi koki-koki yang akan dipekerjakan di sana.
Sementara di Trattoria Rucini pusat, Isami menunjuk seorang lelaki yang sudah bekerja dengannya sela
Prima yang sadar akan kedatangan Davin, langsung terbesit ide untuk memperlmalukan Davin di hadapan publik. Awalnya Davin menolak, tapi semakin lama, mulut Prima semakin tidak terkontrol. Davin mengiyakan tantangan Prima, berlomba menghabiskan whisky asli Inggris sebanyak-banyaknya. “Ehh, kenapa ada pemulung datang, aduhh, kasian sekali... kamu pasti belum pernah makan daging Wagyu A5 kelas premium ya? Kamu kan cuma cleaning service, bayar dua juta hutang motor saja tidak bisa, apalagi membeli daging-daging dan whisky elit ini!” Prima mengejek Davin. Davin hanya diam karena daging premium yang ada di kulkas rumahnya jauh lebih mewah dibanding daging ini. Jika di sini menggunakan American Wagyu, keluarga Nayama menggunakan Kagoshima Wagyu, juara dunia tiga kali dalam hal kualitas. Nayama membeli 10 persen saham peternakan dan mendapat jatah daging setiap bulannya. “Tidak perlu, makan saja daging itu,” ucap Davin dengan halus. “Hahaha! L
Pukulannya berhasil ditepis!Davin mencengkeram lengan tangan Jabran dan dia ingin sekali mematahkannya. Tapi Davin takut, berita ini akan menyebar sampai telinga Lisa. Jika itu terjadi, bisa tercoreng nama baik Davin di hadapan Lisa.Lisa pasti menganggap Davin laki-laki kasar, dan Davin tidak mau Lisa berpikir demikian.Yang ada di pikiran Davin adalah, Lisa tahu kalau Davin orang yang sabar, rela dihina demi kebaikan orang lain, bahkan mau berkorban jika itu dirasa baik untuk kepentingan banyak orang.Davin hanya mau Lisa berpikir yang baik-baik tentangnya.Bagai daun yang tidak membenci angin walau diterpa berjuta kalipun, Davin juga demikian, dia memilih diam, tidak membenci Prima dan kelompoknya, demi bisa terlihat baik di hadapan Lisa.Tapi kasus ini berbeda.Jika Davin tidak membalas serangan Jabran dan kawan-kawannya, bisa-bisa mereka semakin melunjak, dan bahkan tak segan memukuli Davin sampai babak belur.“Kamu
Davin harusnya menang tanpa kecurangan sedikitpun, tapi entahlah, Prima berbuat curang. Lagi dan lagi!“Tuan, tolong pergi dari tempat ini, saya mohon!” pinta keamanan pada Davin, dia masih berlaku sopan karena takut Bobby akan memecatnya jika berani membeda-bedakan satu pelanggan dengan pelanggan lain.“Aku tidak akan pergi sebelum dia menggonggong dan memohon di kakiku!” Davin membentak, dia terlampau marah karena Prima tidak sportif dalam berkompetisi.“APA KATAMU!” Prima kembali emosi, semua orang ikut terkejut. “Kamu masih mempermasalahkan hukuman itu? Jangan harap aku melakukannya!”Davin yang kesal melihat Prima langsung menendang tempurung lututnya.Prima akhirnya berlutut sambil merintih kesakitan.Heri dan Jabran bereaksi, tapi Davin bergerak lebih cepat. Dua telunjuknya mengincar nadi leher dan membuat mereka berdua lumpuh untuk sementara waktu.Robby dan Wendy ketakutan, dia
“Bukannya kita sahabat? Kenapa kamu melakukan ini?”Prima merengek bak bayi minta dibelikan permen dan mainan. Davin tidak peduli, dia tidak sedikitpun iba melihat wajah melas Prima.“Cih, persetaan persahabatan! Kamu terus mempermalukanku di tempat umum. Karma pasti berlaku, dan sekarang kamu yang harus dipermalukan.”Davin memberi pilihan, Prima harus sujud dan mencium kakinya, atau menggonggong selama lima belas detik. Prima kembali emosi, tapi Davin tidak peduli, dia melepas sepatunya.“Lima.”“Empat.”“Tiga.”“Dua.”“Sa-”Prima langsung menyela. “Baik, baik, aku akan bersimpuh di hadapanmu.”Para pelanggan menuruti keinginan Davin dan menghapus semua foto video memalukan itu. Mereka memberi Davin standing applause karena memberi pelajaran pada Prima yang sombongnya keterlaluan.Davin pergi begitu saja. Dia m
Fatma, Istri Joko, dengan perutnya yang sudah sangat besar karena hamil tujuh bulan, membukakan pintu. Senyumnya sangat dipaksakan. Davin tahu dia kelaparan, belum makan sama sekali dari pagi tadi.Davin sendiri pernah menjalani hidup sebagai orang miskin sekitar delapan tahun. Hari demi hari dia lewati dengan kelaparan, kehausan. Bahkan untuk sekedar mengais nasi, dia harus bantu cuci piring seharian penuh di salah satu warung makan dekat perusahaan Lorena.Dia tahu bagaimana raut muka orang kelaparan, terlebih ketika pria itu melihat mulut Fatma yang mulai kering pecah-pecah.“Telepon Levy, suruh dia ke sini. Hampir seminggu aku tidak pernah mendapat kabar tentang Lisa.” Davin berbisik ke telinga Melvin.“Jangan lupa sampaikan pesanku ... suruh Levy bawa beras lima kilo, empat nasi bungkus, sama telur dan minyak. Pastikan juga keluarga Joko tidak mendengar ini. Bisa sakit hati mereka karena dianggap sebagai dhuafa tidak mampu.”
Serigala merah dengan sepuhan perak di bagian belakangnya. Davin langsung paham tanda itu, dia menelepon Andre, tanya tentang Serigala Merah. “Salah satu pegawai Nayama ada yang terjebak konflik dengan mereka.” “Hmm, sebentar...” Andre memanggil salah satu tangan kanannya bernama Gordon. “Keponakanku tanya tentang Serigala Merah, tolong jelaskan padanya apa-apa saja yang harus dilakukan jika bertemu dengan anggota mereka.” Gordon mengambil alih ponsel Andre, lalu menjelaskan apa yang kiranya perlu dijelaskan pada Davin. “Sebelumnya saya minta maaf, Tuan Muda, informasi ini sifatnya sangat rahasia. Saya hanya bisa menjelaskan sedikit dari mereka, selebihnya Tuan Muda bisa tanya kepada Tuan Besar karena Tuan Besar lah yang lebih berwenang menjelaskan ini pada Anda.” Davin minta izin keluar sebentar, dia tidak mau perbincangan ini didengar Joko karena apabila Joko tahu, dia bukannya malah tenang, tapi semakin khawatir Serigala Merah meningkatkan
Sepulang dari kontrakan Joko, Davin tidak langsung kembali ke Phoenix, dia menyambangi restoran wagyu Bobby, lalu menyuruh Levy berjaga di sana sementara waktu.“Paman Andre sudah mengirim dua anggota militer untuk menggantikan tugas Joko dan Sapto dua hari ke depan.” Davin berujar sembari melangkahkan kaki ke lantai dua restoran.Sore ini sebenarnya Davin ada kuliah di kampus barunya, tapi dia sengaja tidak masuk guna menyelesaikan semua problem yang sedang dia hadapi.Di lantai dua, Davin minta list gaji tiap-tiap karyawan. Dia terkejut, bagaimana bisa cleaning service, tukang cuci piring, dan satpam restoran digaji jauh lebih rendah dari mereka yang bekerja di bagian dapur dan pelayanan.“Ini terlalu jomplang! Bagaimana bisa gaji pelayan dua kali lipat UMR, sedangkan bagian kebersihan dan keamanan hanya separuh UMR gaji ibukota?! Ini restoran terkenal, dan punya pelanggan tetap tiap harinya.”Davin memarahi seluruh peting
Davin meluncur ke bandara, sudah ada pilot pribadi yang menunggunya.Beruntung jalanan tidak terlalu macet, lelaki itu bisa melenggang cepat menuju bandara internasional ibukota. Menggunakan mobil sedan biasa, Davin tidak bisa menyusuri jalan tol dengan kecepatan penuh.Di mobil, hatinya remuk, memikirkan ucapan yang tadi disampaikan Danang.Tuan Besar Juta terbaring lemas di rumah sakit?Siapa?Siapa yang berani menyerang Tuan Besar Nayama?Davin masih dihantui rasa takut, dia belum siap sepenuhnya memimpin Nayama, masih banyak hal yang harus dia pelajari sebelum resmi jadi pemimpin tertinggi Nayama Pusat.Sesampainya di bandara, Davin memarkir mobilnya di parkiran umum. Dia menunjukkan kartu identitas kepada salah satu petugas keamanan, lantas pergi menyuri lorong check in.Dari kejauhan Davin melihat Melvin duduk termenung, sepertinya dia juga mendapat kabar itu dan diminta menunggu Davin, lantas berangkat bersama menuju Edi