Share

Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!
Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!
Penulis: lyns_marlyn

1. Fitnah Pemicu Pertengkaran

Penulis: lyns_marlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-03 15:13:35

"Dia wanita tak tahu diri! Tukang selingkuh! Apa tak cukup, bukti yang telah adikmu berikan itu?!"


"Ma!" Ronald terlihat putus asa. "Tidak seperti itu. Aku....."

Mendengar suaminya penuh kebimbangan, Adeline sontak merasakan amarah yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

Selama ini, dia tak pernah melakukan hal aneh.

Adeline selalu berusaha jadi istri dan ipar yang baik. Bahkan terkadang nyaris jadi pembantu di rumah ini?

Selama ini, dia diam karena Ronald menenangkannya di belakang.

Tapi, bagaimana bisa Ronald bimbang seperti ini saat semua meragukan kesetiaanya?

Namun belum sempat Adeline berbicara, mertuanya segera bertindak. "Ronald! Apa masih kurang bukti foto yang Irene berikan?!"

Merasa namanya disebut, kakak dari Ronald itu segera memberikan ponsel miliknya pada Melanie.

"Lihat ini!" Melanie memutar video yang ada di dalam ponsel Irene. "Tidak ada fitnah! Semua bukti nyata, istrimu telah selingkuh!"

Ronald tertegun. Kedua bola matanya tak berkedip melihat video yang sedang berputar sampai selesai. "Apa ini Adeline?! Siapa pria ini?! Kau---"

"Selingkuh!" tuduh Melani tegas menatap tajam wajah Adeline yang tak berdaya dipojokkan dan difitnah, "semua sudah jelas, kan?"

"Adeline! Jawab!" bentak Ronald marah. "Siapa pria ini?!"

Kedua tangan Adeline terkepal di antara sisi tubuhnya menahan marah. "Apa ada gunanya jika aku jelaskan siapa pria itu?!"

"Jelaskan padaku!" bentak Ronald.

Belum sempat Adeline menjawab, Melani telah mendahului. "Sudah jelas itu selingkuhannya. Untuk apa kau tanyakan lagi?! Apa harus mama carikan bukti lain istrimu tidur dengan pria itu?!"

Bagai tersambar petir di siang bolong, Adeline mendengar ibu mertuanya berkata seperti itu. "Apa?! Kenapa mama jahat sekali sampai memfitnah aku sejauh itu?!"

"Cuiiih! Jangan pernah kau memanggilku mama lagi! Tak sudi aku punya menantu seperti kau!"

Sakit, hati Adeline sakit luar biasa. Tanpa banyak bicara lagi, Adeline langsung melangkah pergi membawa hati yang telah hancur.

Segera ia mengambil barang-barangnya dan memasukkan ke koper.


Ia sudah muak.

Sedari tadi, Adeline sudah menjelaskan. Tapi, Ronald tak mau mendengar.

Mertua dan kakak iparnya justru memanas-manasi.

"Kau mau apa?!"

Ronald, yang baru masuk, menyentaknya.

Bukannya menjawab, Adeline terus menaruh satu per satu baju ke dalam koper.

Bibirnya bergetar menahan tangis bahkan kedua tangannya yang sibuk

terlihat gemetar.

Ronald semakin mendekat. "Adeline. Kamu mau apa dengan pakaian-pakaian ini?!"

Sreet!

Risleting koper, Adeline tutup. Air mata yang telah membanjiri pipi segera dihapusnya lalu dengan suara serak menahan isak tangis, Adeline menatap wajah suaminya. "Aku akan pergi dari sini!"

"Pergi?"

"Iya!" jawab Adeline tegas.

"Kamu sadar dengan apa yang kamu katakan barusan?!"

Adeline berdiri depan Ronald. Tanpa gentar menatap tajam iris mata suaminya. "Kenapa?! Kamu ingin, aku selamanya tidak sadar di rumah ini?! Apa itu yang kamu inginkan?!" bentaknya galak.

Kening Ronald mengernyit. "Kau yakin bisa hidup di luar sana? Selama ini, kau bisa hidup karena aku dan keluargaku. Kamu--"

"Aku sudah muak berada di rumah ini!" potong Adeline lalu segera mengambil koper dan tas tangannya.

Ronald tersentak.

Kemarahan istrinya tidak main-main. Segera, ia menghalangi langkah Adeline yang telah siap pergi. "Kau mau jadi gelandangan, hah?"

Adeline tertawa sarkas. "Lebih baik begitu dibanding terus bertahan bersama suami dan keluarga yang tak menghargaiku."

"Aku?!"

"Iya!" bentak Adeline semakin histeris. "Aku muak karena kamu lebih mempercayai ibu dan adikmu yang jelas-jelas telah memfitnahku!"

Ronald terkesiap. Namun, egonya menolak membujuk Adeline.

Dalam amarah dan rasa kecewa, tekad Adeline telah bulat.

Langkah kakinya tak berhenti meskipun telah melihat ibu mertua bahkan kedua adik iparnya datang mendekat.

"Ada apa?!" tanya Pamela pada kakaknya, Irene.

Irene mengangkat kedua bahu. "I don't know!"

Nyonya Melani, sang ibu mertua juga terlihat bingung. Ekor matanya mengikuti kemana putra dan menantunya pergi yang melewatinya begitu saja.

"Adeline, tunggu!" Ronald berhasil menghalangi langkah Adeline. "Kita bisa bicara baik-baik."

Adeline menaruh kopernya. Terdengar dari arah belakang suara-suara langkah kaki datang mendekat.

"Membuat ulah apalagi istri benalu kamu ini?! Kerjaannya selalu membuat masalah di rumah ini!" tuduh Melani sarkas pada menantunya.

Adeline menelan saliva. Hatinya bagai teriris sembilu.

Air mata yang telah kering sekarang menggenang lagi di kelopak matanya.

Kopernya kembali diangkat lalu tanpa bicara apa-apa langsung pergi melewati suaminya.

"Stop Adeline!" Ronald berteriak kencang, suara baritonnya menggema mengisi udara di sekitar.

Langkah Adeline terhenti. Satu tangannya terkepal menahan marah, sementara tangan satunya lagi erat memegang koper.

"Sekali kau langkahkan kakimu melewati pintu itu, selamanya kau tidak bisa kembali lagi ke rumah ini!" ancam Ronald tegas.

Adeline membalikkan tubuh, menatap nyalang pada suaminya.

Kilatan kemarahan dalam mata merahnya terlihat sangat nyata.

"Aku tidak pernah menyesal ke luar dari rumah yang tak pernah menghargai keberadaanku! Mulai detik ini, aku memutuskan semua hubungan apapun antara aku dan rumah ini!"

Setelah itu, Adeline melangkah pergi meninggalkan suami, ibu mertua, serta dua adik iparnya yang tak pernah menghargainya....

"Adeline!"

"Stop, Ronald! Jangan kau rendahkan harga dirimu demi wanita tukang selingkuh!" larang Melani memegang tangan Ronald agar jangan menghalangi istrinya.

"Tapi, Ma. Adeline akan pergi ke mana malam-malam begini?!"

"Biarkan dia pergi ke tempat darimana dia berasal!" jawab Melani. "Ingat Ronald! Harga diri laki-laki jauh lebih tinggi dari perempuan. Jangan kau sekali-kali merendahkan harga dirimu di hadapan wanita, apalagi pada wanita tukang selingkuh!"

"Adeline tidak punya siapa-siapa diluar sana. Apa mama lupa kalau istriku seorang yatim piatu?!"

"Adeline bukan bayi lagi, Ronald! Jangan kau cengeng seperti ini!" tukas Melani tidak suka. "Mungkin saja si Adeline itu pergi ke rumah selingkuhannya."

Deg!

Mereka berbicara begitu kencang, seolah Adeline tak bisa mendengarnya sama sekali.

Tangan Adeline mengepal kencang. Hari ini, ia berjanji akan membuat suami dan keluarganya itu menyesal.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    45. Sok Akrab

    "Sudahlah, lupakan dulu masalahmu itu. Sekarang, kamu bersiap-siap.""Bersiap-siap untuk apa?" tanya Adeline."Kita akan pergi belanja.""Mama mau beli apa?!" tanya Adeline. "Kita akan beli semua keperluan mu. Banyak yang harus kita beli. Kamu butuh baju dan perhiasan.""Aku tidak perlu semua itu. Bajuku juga banyak dan masih layak dipakai," jelas Adeline. "Ikuti saja apa yang mama katakan." "Tapi ma ,,,,"Nyonya Adras bangun dari duduk. "Tidak ada tapi-tapian."Adeline menghela napas, melihat wajah mamanya. "Baiklah, ma."Tidak membutuhkan waktu lama bagi keduanya untuk bersiap dan dalam waktu yang singkat telah sampai di mall. "Pak sopir, ini uang untuk beli kopi. Tunggu di dimanapun yang kau mau, tapi jangan terlalu jauh. Aktifkan selalu ponselnya," ucap Nyonya Adras pada sopir pribadinya."Baik, nyonya.""Ayo, Adeline. Kita akan membeli semua keperluanmu."Nyonya Adras dan Adeline ke luar dari dalam mobil. Adeline hanya mengikuti apa yang dikatakan mamanya. Walau terasa mas

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    44. Jalan Terbaik

    Semua orang langsung menoleh ke arah pintu. "Selamat pagi kak Ronald," sapa Pamela.Ronald duduk di kursi tempat biasa. "Pagi," jawabnya. "Siapa tadi yang tukang selingkuh?""Istrimu," jawab Melani.Tidak ada ekspresi dari Ronald, dengan santainya mengoles roti pakai mentega. "Bibi, minta kopi seperti biasa, jangan terlalu manis.""Iya, tuan.""Kakak kurang tidur ya?" tanya Pamela."Kenapa?""Mata kakak seperti panda, ada lingkaran hitamnya," jawab Pamela."Tapi tetap ganteng, kan?" "He-he-he. Iya tetap ganteng." Pamela terkekeh. "Kak ....""Kenapa?" "Uang jajanku belum ditransfer sudah telat tiga hari," jelas Pamela."O ya? Pasti kakak lupa," jawab Ronald mengambil ponsel yang ada di saku jasnya. "Ini kakak transfer."Tak lama terdengar bunyi notif pesan dari ponsel Pamela. "Terima kasih kak.""Belajar yang rajin. Kalau kamu juara kelas tahun ini, nanti kakak kasih hadiah."Mata Pamela berbinar. "Hadiah?""Iya, kamu boleh minta apapun" jawab Ronald sambil menguyah roti."Hadiahnya

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    43. Hasrat

    Ronald merasakan seluruh aliran darahnya seakan membakar tubuh. Elusan demi elusan jari jemari Bianca di dada Ronald semakin memancing hasrat."Kenapa aku merasakan ada yang aneh?" bisik hati kecil Ronald di antara kesadarannya yang masih tersisa. Bianca tidak memberi kesempatan Ronald untuk menghindar. Tangannya terus saja bergerak menyusuri setiap lekuk tubuh Ronald."OMG, apa yang terjadi denganku?! Kenapa tubuhku panas?!" Ronald berusaha menghindari tangan Bianca yang terus menerus menggerayangi tubuhnya.Bianca tersenyum senang, obat yang telah dicampurkan dengan air minum perlahan mulai bereaksi, tapi ada sedikit rasa kesal karena Ronald berusaha untuk melawan reaksinya."Tidak, ini salah. Tidak ... Ini ada yang tidak beres di sini," hati kecil Ronald terus memberontak. Walau hati dan tubuhnya bertentangan, tapi Ronald masih berusaha untuk bisa menjaga kewarasannya hingga pada titik di mana Ronald mendorong tubuh Bianca, kemudian langsung pergi ke kamar mandi lalu mengunci pi

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    42. Jebakkan

    "Sedang apa kamu di sini?""Menyambut calon suamiku," jawab Bianca."Jangan mengkhayal Bianca. Aku tidak suka mendengarnya!" bantah Ronald ketus.Bianca bangun mendekati Ronald. "Aku tidak sedang mengkhayal. Mama kamu yang mohon padaku agar mau menjadi istrimu dan tentunya untuk mendapatkan keturunan."Ronald melengos mendengar apa yang dikatakan Bianca.'Memangnya kamu mau menghabiskan sisa hidupmu tanpa adanya keturunan?" ledek Bianca. "Hidup dalam kesepian."Ronald membuka sepatu satu per satu. "Aku lelah. Sebaiknya kau juga istirahat, ini sudah larut malam."Bianca bukannya pergi, malah duduk dengan manisnya. "Aku belum mengantuk."Ronald tidak menghiraukan Bianca, langsung masuk ke kamar mandi, tubuhnya terasa lengket. Bicara dengan Bianca hanya membuang waktu.Bianca tersenyum senang, tangannya sedang memegang botol kecil. "Bagaimana caranya agar Ronald bisa minum ini? Apa yang harus aku lakukan?"Bianca mendengar suara air dari dalam kamar mandi. "Mumpung Ronald lagi mandi, ini

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    41. Bukan Seorang Bos

    Ronald menghirup uap kopi miliknya. Dirinya sudah malas untuk bicara dengan Rani."Apa kamu sudah punya anak?" tanya Rani basa basi untuk memancing Ronald bicara."Bukan urusanmu!" jawab Ronald ketus.Rani tersenyum kecut. "Sialan. Kau tidak tahu sedang berurusan dengan siapa. Pantang bagiku untuk kalah dari pria yang sok suci sepertimu!" bisik hati kecil Rani.Ronald mengedarkan pandangan ke sekeliling, meja dan bangku panjang yang tadi kosong sekarang sudah banyak orang. Kebanyakan dari mereka para pria yang sengaja datang untuk minum kopi sambil merokok dan mengobrol."Mau tambah kopinya?" tanya Rani ketika melihat cangkir kopi Ronald sudah mau habis."Tidak!""Sepertinya kau sedang ada masalah," tebak Rani."Jangan sok tau!" "Wajahmu yang mengatakannya," sambung Rani.Ronald mendengus kesal. "Boleh percaya atau tidak, aku bisa membaca orang lewat wajahnya," ujar Rani menatap lekat wajah Ronald. "Kau sedang dalam masalah besar.""Memangnya kau seorang cenayang?!" "Hi-hi-hi," Ran

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    40. Godaan Wanita Malam

    Senyum kebahagiaan terpancar dari wajah semua orang yang berada di mansion Tuan Adras. Putri satu-satunya yang telah lama hilang bertahun-tahun sekarang telah kembali. "Mama sangat bahagia sekali, sekarang kamu telah berada ditengah-tengah kami. Sekarang keluarga kita lengkap lagi.""Iya, pencarian kita selama bertahun-tahun membuahkan hasil. Ini semua berkat Pak Axel. Dulu kami meminta bantuan orang lain untuk mencari putri kami, tapi tidak pernah ada hasilnya. Setelah Pak Axel yang menanganinya, ternyata sangat membuahkan hasil. Adeline Shabira Evander telah kembali," sambung Tuan Adras dengan wajah yang berseri melihat putrinya."Tuan terlalu berlebihan memuji, saya hanya meneruskan apa yang telah orang lain kerjakan," jawab Axel merendah."Aku sekarang punya kakak, ada tempat untuk cerita. Rasanya senang sekali." Adrian ikut bicara."Memangnya kamu tidak bisa cerita ke mama?""Bisa, tapi rasanya berbeda kalau cerita ke kakak sendiri. Kalau ke mama pasti ujungnya aku diomelin," ja

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    39. Pulang

    "Ronald! Kau mau apa?" Bianca kaget bukan kepalang saat Ronald menariknya kasar. "Lepaskan!""Ke luar dari kamarku!" usir Ronald.Tubuh Bianca didorong ke luar. "Jangan pernah masuk ke kamarku lagi!"Blughhh!Bianca meloncat kaget saat Ronald menutup pintu kamar sampai menimbulkan suara yang cukup keras. "Astaga! Kesurupan setan apa si Ronald?"Dari balik pintu yang tertutup, Ronald berdiri mematung, tangannya terkepal menahan marah disisi kiri dan . Lilin yang tersusun rapi di lantai langsung diinjaknya satu per satu untuk meluapkan amarahnya. "Brengsek! Sialan!" Sementara itu di luar kamar, Bianca merapikan baju tidurnya yang tipis menerawang. "Dasar gila! Brengsek! Awas kau, Ronald!""Ada apa ini?" Terdengar suara Tante Melanie baru saja ke luar dari dalam kamar. "Ada apa, ma?" Terdengar pula suara Irene disusul suara Pamela."Suara apa itu?"Bianca yang hendak pergi ke kamarnya terhenti langkahnya melihat Tante Melanie, Irene dan Pamela berdiri tidak jauh darinya."Ada apa

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    38. Lilin Saksi Masa Lalu

    Ronald melangkahkan kakinya perlahan dengan pandangan melihat ke sekitar. Puluhan lilin bahkan mungkin ratusan lilin telah menghias kamarnya. Cahaya remang-remang yang hanya dihasilkan dari cahaya lilin membuat Ronald tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang sedang duduk di sofa menatap dirinya.Perlahan tubuh yang hanya terlihat seperti bayangan berdiri kemudian datang mendekat. "Ronald."Hidung Ronald mencium bau parfum yang tidak asing. "Bianca.""Aku membuat kejutan untukmu. Apa kamu menyukainya?" tanya Bianca berdiri di depan Ronald.Dalam cahaya temaram lilin, Ronald sekarang bisa melihat wajah Bianca dengan jelas. "Untuk apa kamu melakukan ini semua?""Untuk kamu. Aku ingin membuat kejutan untukmu, sengaja menyusun semua lilin ini. Bukankah dulu kamu sangat menyukainya?"Ronald melihat seluruh lilin yang menyala. "Dulu dan sekarang sudah berbeda.""Tidak ada yang berbeda." Bianca semakin mendekat. "Bagiku, dulu dan sekarang sama saja, tidak ada yang berbeda."Ronald menghind

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    37. Pencarian Seorang Suami

    Kevin tersenyum samar, sesaat melihat ke arah di mana tadi Irene pergi bersama Silvi. "Aku pulang duluan.""Hati-hati, bro," jawab temannya."Ok, sip!" Kevin lalu melihat Zahra. "Pulang duluan."Zahra tidak menjawab, Kevin langsung pergi meninggalkan Zahra yang terdiam. "Zahra," panggil teman Kevin."Apa?" tanya Zahra menoleh ke belakang."Tidak ikut Kevin?" tanyanya."Aku masih ada kelas," jawab Zahra langsung pergi.Semua teman Kevin menatap punggung Zahra yang semakin jauh pergi. "Aku yakin, pasti si Zahra menyukai si Kevin.""Sangat terlihat dari matanya, tapi menurutku si Zahra tidak bisa mengambil si Kevin dari si Irene," jawab temannya yang lain."Kenapa?""Secara kita tahu, bagaimana si Kevin yang begitu menyukai si Irene. Bahkan bisa dibilang, si Kevin ini bucin alias budak cinta," jawab yang satunya lagi."Ha-ha-ha. Benar juga, tapi biar bucin kalau setiap hari dapat godaan terus menerus dari si Zahra yang juga cantik begitu, seorang laki-laki pasti akan tergoda juga.""Iya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status