Share

4. Misi Axel

Penulis: lyns_marlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-06 23:26:52

Tak terasa, hari berlalu cepat.

Saat ini, Adeline bahkan sedang sibuk mencari baju yang pantas untuk dipakai kerja esok hari--sesuatu yang tak mungkin ia lakukan saat menjadi menantu Melanie.

"Baju ini saja," Adeline mengambil salah satu bajunya di lemari. "Ini cocok aku pakai ke kantor Axel. Terlihat sopan."

Drrrt!

Ponsel Adeline bergetar. Nama Axel tertera di layar ponsel.

Axel:  [Aku di depan rumahmu!'

Hah?

Bergegas Adeline melangkah untuk membuka pintu.

"Hai," Axel berdiri, tersenyum begitu pintu dibuka.

"Kamu ngapain ke sini?!" tanya Adeline kaget bercampur cemas. "Ini sudah malam!"

Axel memperlihatkan kantung plastik putih kecil yang ada di tangannya. "Apa kamu mau menemaniku makan malam?!"

"Apa itu?!"

"Nasi goreng!" jawab Axel melangkah masuk melewati Adeline. "Nasi goreng langganan kita waktu masih sekolah dulu."

"Masih jualan si abang itu?!"

"Sudah diganti dengan putranya. Semoga rasanya masih sama," jawab Axel memberikan satu kotak nasi goreng pada Adeline. "Makanlah!"

Wangi nasi goreng yang menggugah selera membungkam keduanya ingin cepat-cepat menikmati. Hingga tak membutuhkan waktu lama, semua nasi goreng dalam kotak telah berpindah ke dalam perut keduanya.

"Adeline," Axel membuka percakapan setelah sesaat hening menikmati sisa-sisa nasi goreng.

"Mmm," jawab Adeline dengan gumaman setelah meneguk habis air minumnya.

"Jangan lupa, besok jam sepuluh pagi," Axel mengingatkan.

"Aku ingat!" jawab Adeline. "Tapi....

Axel mengangkat kedua alisnya. "Tapi apa?!"

"Aku lupa tidak punya ijazah," jawab Adeline. "Bagaimana aku akan melamar kerja kalau aku tidak punya ijazah?"

"Ha-ha-ha." Axel malah tertawa terbahak.

Adeline mengeryitkan kening. "Kok malah ketawa? Aku serius!"

"Tenang saja. Kantorku tidak memerlukan ijasah!" jawab Axel bangun dari duduk. "Ini sudah larut malam. Aku mau pulang! Kunci pintu rumah rapat-rapat dan pastikan semua jendela sudah kamu tutup dan kunci!"

Setelah itu Axel keluar, pergi begitu saja meninggalkan Adeline yang tidak sempat berkata apa-apa.

Selama dalam perjalanan pulang, pikiran Axel tak hentinya berkecamuk.

Kliennya Tuan Adras memberinya ultimatum dalam satu bulan ini harus bisa menemukan putrinya!

Jika itu tidak terpenuhi, maka siap-siap saja Tuan Adras akan menggantinya dengan orang lain untuk mencari putrinya.

"Hanya satu langkah lagi, aku akan membawa putri Tuan Adras ke rumahnya. Saat ini, aku ingin lebih memastikan saja kalau Adeline Shabira adalah benar-benar putri mereka. Andai orangtua angkat Adeline tidak meninggal, mungkin pekerjaanku ini akan jauh lebih mudah," ucap Axel bicara sendiri dalam mobil yang sedang dilajukannya.

Sayangnya, Adeline tak tahu itu.

Ia kini telah bersiap dengan penampilan terbaiknya. "Sebaiknya aku berangkat sekarang. Takut terjebak macet, apalagi kantor Axel sangat jauh dari tempat ini."

Jalan raya tak pernah luput dari kemacetan, ditambah dengan hiruk pikuknya orang-orang yang mengais rejeki dijalanan demi menyambung hidup. Begitu juga dengan Adeline yang sekarang membaur bersama mereka dalam menghadapi kerasnya kehidupan.

TINNN!

Bunyi klakson panjang mengagetkan Adeline ketika sedang menyeberang. Sebuah mobil sport merah keluaran terbaru hampir saja menabraknya.

Tak lama, wajah imut pria muda memakai seragam sekolah keluar dari dalam mobil mendatangi Adeline.

"Kakak, apa terluka?!" tanyanya cemas melihat keadaan tubuh Adeline yang masih berdiri mematung depan mobil.

"A--aku....." Adeline tersadar dari kagetnya lalu melihat tubuhnya baik-baik saja. "Aku tidak apa-apa," jawabnya.

"Syukurlah!"

Adeline memandang wajah anak muda yang ada di depannya. Entah kenapa wajah itu nampak tak asing baginya. "Hati-hati kalau membawa mobil."

"Iya kak. Maaf, aku tadi terburu-buru!"

"Kamu juga masih sekolah. Anak dibawah umur tidak boleh membawa kendaraan sendiri!" jelas Adeline lalu tatapannya berhenti pada satu titik yang membuatnya tertegun. "Liontin, anak ini memakai liontin yang sama denganku," ucapnya dalam hati.

Karena banyaknya suara klakson dari kendaraan yang ingin lewat agar mereka berdua segera menepi, Adeline dan anak tersebut berpisah meninggalkan rasa penasaran yang cukup tinggi pada Adeline karena liontin. Menurut kedua orangtua angkatnya, liontin merah yang dipakainya adalah satu-satunya benda yang diberikan orangtuanya yang meninggalkannya di panti asuhan.

Adeline berdiri tepi jalan. Jari jemarinya memegang liontin yang selalu terpasang di lehernya. "Mungkin saja liontin seperti ini memang banyak dijual di pasaran jadi wajar saja kalau anak muda itu memakai liontin yang sama denganku?"

Tapi, apa mungkin ada liontin yang sama di dunia ini dengan ukiran inisial nama yang terukir indah di balik liontin?

















Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    45. Sok Akrab

    "Sudahlah, lupakan dulu masalahmu itu. Sekarang, kamu bersiap-siap.""Bersiap-siap untuk apa?" tanya Adeline."Kita akan pergi belanja.""Mama mau beli apa?!" tanya Adeline. "Kita akan beli semua keperluan mu. Banyak yang harus kita beli. Kamu butuh baju dan perhiasan.""Aku tidak perlu semua itu. Bajuku juga banyak dan masih layak dipakai," jelas Adeline. "Ikuti saja apa yang mama katakan." "Tapi ma ,,,,"Nyonya Adras bangun dari duduk. "Tidak ada tapi-tapian."Adeline menghela napas, melihat wajah mamanya. "Baiklah, ma."Tidak membutuhkan waktu lama bagi keduanya untuk bersiap dan dalam waktu yang singkat telah sampai di mall. "Pak sopir, ini uang untuk beli kopi. Tunggu di dimanapun yang kau mau, tapi jangan terlalu jauh. Aktifkan selalu ponselnya," ucap Nyonya Adras pada sopir pribadinya."Baik, nyonya.""Ayo, Adeline. Kita akan membeli semua keperluanmu."Nyonya Adras dan Adeline ke luar dari dalam mobil. Adeline hanya mengikuti apa yang dikatakan mamanya. Walau terasa mas

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    44. Jalan Terbaik

    Semua orang langsung menoleh ke arah pintu. "Selamat pagi kak Ronald," sapa Pamela.Ronald duduk di kursi tempat biasa. "Pagi," jawabnya. "Siapa tadi yang tukang selingkuh?""Istrimu," jawab Melani.Tidak ada ekspresi dari Ronald, dengan santainya mengoles roti pakai mentega. "Bibi, minta kopi seperti biasa, jangan terlalu manis.""Iya, tuan.""Kakak kurang tidur ya?" tanya Pamela."Kenapa?""Mata kakak seperti panda, ada lingkaran hitamnya," jawab Pamela."Tapi tetap ganteng, kan?" "He-he-he. Iya tetap ganteng." Pamela terkekeh. "Kak ....""Kenapa?" "Uang jajanku belum ditransfer sudah telat tiga hari," jelas Pamela."O ya? Pasti kakak lupa," jawab Ronald mengambil ponsel yang ada di saku jasnya. "Ini kakak transfer."Tak lama terdengar bunyi notif pesan dari ponsel Pamela. "Terima kasih kak.""Belajar yang rajin. Kalau kamu juara kelas tahun ini, nanti kakak kasih hadiah."Mata Pamela berbinar. "Hadiah?""Iya, kamu boleh minta apapun" jawab Ronald sambil menguyah roti."Hadiahnya

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    43. Hasrat

    Ronald merasakan seluruh aliran darahnya seakan membakar tubuh. Elusan demi elusan jari jemari Bianca di dada Ronald semakin memancing hasrat."Kenapa aku merasakan ada yang aneh?" bisik hati kecil Ronald di antara kesadarannya yang masih tersisa. Bianca tidak memberi kesempatan Ronald untuk menghindar. Tangannya terus saja bergerak menyusuri setiap lekuk tubuh Ronald."OMG, apa yang terjadi denganku?! Kenapa tubuhku panas?!" Ronald berusaha menghindari tangan Bianca yang terus menerus menggerayangi tubuhnya.Bianca tersenyum senang, obat yang telah dicampurkan dengan air minum perlahan mulai bereaksi, tapi ada sedikit rasa kesal karena Ronald berusaha untuk melawan reaksinya."Tidak, ini salah. Tidak ... Ini ada yang tidak beres di sini," hati kecil Ronald terus memberontak. Walau hati dan tubuhnya bertentangan, tapi Ronald masih berusaha untuk bisa menjaga kewarasannya hingga pada titik di mana Ronald mendorong tubuh Bianca, kemudian langsung pergi ke kamar mandi lalu mengunci pi

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    42. Jebakkan

    "Sedang apa kamu di sini?""Menyambut calon suamiku," jawab Bianca."Jangan mengkhayal Bianca. Aku tidak suka mendengarnya!" bantah Ronald ketus.Bianca bangun mendekati Ronald. "Aku tidak sedang mengkhayal. Mama kamu yang mohon padaku agar mau menjadi istrimu dan tentunya untuk mendapatkan keturunan."Ronald melengos mendengar apa yang dikatakan Bianca.'Memangnya kamu mau menghabiskan sisa hidupmu tanpa adanya keturunan?" ledek Bianca. "Hidup dalam kesepian."Ronald membuka sepatu satu per satu. "Aku lelah. Sebaiknya kau juga istirahat, ini sudah larut malam."Bianca bukannya pergi, malah duduk dengan manisnya. "Aku belum mengantuk."Ronald tidak menghiraukan Bianca, langsung masuk ke kamar mandi, tubuhnya terasa lengket. Bicara dengan Bianca hanya membuang waktu.Bianca tersenyum senang, tangannya sedang memegang botol kecil. "Bagaimana caranya agar Ronald bisa minum ini? Apa yang harus aku lakukan?"Bianca mendengar suara air dari dalam kamar mandi. "Mumpung Ronald lagi mandi, ini

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    41. Bukan Seorang Bos

    Ronald menghirup uap kopi miliknya. Dirinya sudah malas untuk bicara dengan Rani."Apa kamu sudah punya anak?" tanya Rani basa basi untuk memancing Ronald bicara."Bukan urusanmu!" jawab Ronald ketus.Rani tersenyum kecut. "Sialan. Kau tidak tahu sedang berurusan dengan siapa. Pantang bagiku untuk kalah dari pria yang sok suci sepertimu!" bisik hati kecil Rani.Ronald mengedarkan pandangan ke sekeliling, meja dan bangku panjang yang tadi kosong sekarang sudah banyak orang. Kebanyakan dari mereka para pria yang sengaja datang untuk minum kopi sambil merokok dan mengobrol."Mau tambah kopinya?" tanya Rani ketika melihat cangkir kopi Ronald sudah mau habis."Tidak!""Sepertinya kau sedang ada masalah," tebak Rani."Jangan sok tau!" "Wajahmu yang mengatakannya," sambung Rani.Ronald mendengus kesal. "Boleh percaya atau tidak, aku bisa membaca orang lewat wajahnya," ujar Rani menatap lekat wajah Ronald. "Kau sedang dalam masalah besar.""Memangnya kau seorang cenayang?!" "Hi-hi-hi," Ran

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    40. Godaan Wanita Malam

    Senyum kebahagiaan terpancar dari wajah semua orang yang berada di mansion Tuan Adras. Putri satu-satunya yang telah lama hilang bertahun-tahun sekarang telah kembali. "Mama sangat bahagia sekali, sekarang kamu telah berada ditengah-tengah kami. Sekarang keluarga kita lengkap lagi.""Iya, pencarian kita selama bertahun-tahun membuahkan hasil. Ini semua berkat Pak Axel. Dulu kami meminta bantuan orang lain untuk mencari putri kami, tapi tidak pernah ada hasilnya. Setelah Pak Axel yang menanganinya, ternyata sangat membuahkan hasil. Adeline Shabira Evander telah kembali," sambung Tuan Adras dengan wajah yang berseri melihat putrinya."Tuan terlalu berlebihan memuji, saya hanya meneruskan apa yang telah orang lain kerjakan," jawab Axel merendah."Aku sekarang punya kakak, ada tempat untuk cerita. Rasanya senang sekali." Adrian ikut bicara."Memangnya kamu tidak bisa cerita ke mama?""Bisa, tapi rasanya berbeda kalau cerita ke kakak sendiri. Kalau ke mama pasti ujungnya aku diomelin," ja

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status