Home / Urban / Menantu Tak Ternilai / Kalung Berlian Edisi Terbatas

Share

Kalung Berlian Edisi Terbatas

Author: Falisha Ashia
last update Last Updated: 2025-04-30 17:30:28

Namun kemudian Bastian menjadi ragu Kehidupannya yang selalu malang, membuat dia terbiasa untuk tidak bermimpi tinggi. Setidaknya sampai dia benar-benar yakin kalau dia seorang pewaris harta kekayaan Keluarga Dominic.

Bagaimana kalau mereka tidak percaya kalau yang mengirim email itu adalah Bastian Dominic? Atau dia bukanlah sang pewaris?

Namun semua kekhawatiran itu sirna ketika email balasan dari perusahaan Mondlicht Branchen masuk di ponselnya.

“Selamat malam Tuan Bastian Dominic. Kami akan segera memproses keinginan Anda itu. Rapat petinggi perusahaan akan diadakan esok hari untuk menentukan persyaratan yang dibutuhkan perusahaan lokal yang ada di Indonesia untuk dapat bekerjasama dengan kita. Hasilnya akan kami kirim via email. Terima kasih.”

Setelah membaca surat itu, Basian merasa sangat senang sekali. Dia pun berdiri di atas kursi taman dan melompat untuk meluapkan kegembiraannya.

“Aku akan membuatmu bahagia, Alexa!” ucap Bastian.

Keesokan hari

Alexa dengan terburu-buru berangkat ke kantor. Tanpa mendengar cerita yang terjadi semalam, dia sadar kalau kesepakatan dengan Michael telah gagal.

Ketika sampai di kantor, Alexa langsung menuju ke ruangannya dan membereskan beberapa pekerjaan yang belum selesai kemarin. Dan setelah itu dia kembali mencari cara untuk mendapatkan dana 10 Miliar, karena besok sudah masuk jatuh tempo.

Bukan karena perintah dari nenek semata. Tapi, dirinya yang menjabat sebagai general manager, merasa bertanggung jawab untuk menyelamatkan perusahaan.

Semua kontak di ponselnya yang berasal dari keluarga kaya-raya dia hubungi untuk meminjam uang. Rasa malu dia buang jauh-jauh demi perusahaan.

Tapi hasilnya nihil. Tidak ada satupun yang mau meminjamkan uangnya kepada Alexandra. Nama perusahaan Winata Sentosa nyatanya belum bisa membuat yakin orang-orang itu.

Alexa pun merasa frustasi. Dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan dan kemudian dilanjutkan dengan menjambak-jambak rambutnya sendiri.

“Harus ke mana lagi!”

Tiba-tiba telepon kantornya berdering. Alexa mengangkatnya.

“Alexa, ke ruangan Nenek sekarang!” suara dingin dari seorang wanita terdengar dari ujung telepon.

“Baik Nek!” ucap Alexa, lemas.

Setelah beberapa saat menyandarkan tubuhnya sambil memejamkan mata, akhirnya dia berjalan menuju ke ruang presiden direktur.

Di dalam ruangan sang nenek, ternyata dia tidak sendiri yang dipanggil. Tapi sudah ada Ethan dan pamannya, Candra Winata.

“Alexa, duduk!” seru Margareth.

Alexa pun langsung duduk di kursi tepat di samping Ethan.

“Bagaimana mungkin kamu bisa gagal mendapatkan dana dari pak Michael. James sudah susah payah membuat janji, kamu malah menggagalkannya. Gimana sih!” omel sang nenek.

Alexa tahu yang sebenarnya dari sang mama kalau semalam dia diantar pulang oleh Bastian dalam keadaan mabuk. Tapi dia tidak bisa mengatakan kalau Bastian yang menggagalkan kerjasama itu karena dia tahu Bastian melakukan itu untuknya.

“Maaf Nek. Semalam aku minum terlalu banyak sampai mabuk dan akhirnya nggak sadarkan diri,” ucap Alexa sambil menunduk.

Margareth memukul meja dengan cukup keras.

“Nenek tahu kalau Bastian yang menggagalkannya. Dia memukul James dan juga pak Michael sampai pak Michael sekarang di rawat di rumah sakit. Sudah gagal mendapat kerjasama dan sekarang kita juga jadi malu karena ulah suamimu itu,” geram Margareth. Mata wanita itu melotot dan wajahnya merah padam.

“Tapi Nek, dia melakukannya karena ingin menyelamatkanku,” bela Alexa.

“Menyelamatkan? Nenek melihatnya dia menjatuhkan kamu dan perusahaan keluarga kita ini ke dalam jurang kebangkrutan! Nenek nggak mau tahu, kamu harus bercerai dengan Bastian secepatnya! Dia hanya membawa malapetaka di keluarga kita!” Margareth benar-benar marah.

Apa yang dikatakan oleh neneknya itu sedikit banyak mempengaruhi pandangannya kepada Bastian.

“Ya sudah kalau begitu. Nenek nggak mau tahu. Kamu harus mencari dana 10 Miliar itu, paling lambat besok. Bagaimanapun caranya!” seru Margareth.

Mencari uang sebanyak 10 Miliar dalam waktu satu hari? Mana mungkin bisa!

Alexa hanya bisa menganggukkan kepalanya. Lalu dia keluar ruangan nenek untuk kembali ke ruangannya. Namun ketika keluar lift, dia bertemu dengan James.

“Selamat siang, Alexa!” sapa James dengan senyumannya yang manis seolah tidak terjadi sesuatu semalam.

“Kamu ngapain ke sini?” tanya Alexa.

“Aku ke sini untuk minta maaf sama kamu soal semalam. Aku nggak tahu toleransi tubuh kamu akan alkohol, rendah. Dan sebagai permintaan maaf, aku memberikanmu hadiah kecil,” ucap James seraya menyerahkan sebuah kotak berwarna hitam yang diikat oleh pita berwarna emas.

Alexa melihat kotak tersebut. Dia terkejut karena ada logo sebuah toko berlian terkemuka.

“Ini untukku?” tanya Alexa.

“Lantas untuk siapa lagi? Aku membelinya dari Milan. Sebenarnya aku sudah nitip sama temanku yang lagi liburan ke sana dan memang akan aku berikan sebagai hadiah untuk kamu. Jadi ini bukan sebuah sogokan agar kamu memaafkanku,” jelas James.

Alexa pun membuka kotak itu. Dia terpukau dengan isi yang ada di dalam kotak.

Sebuah kalung yang menggantung sebuah berlian berbentuk seperti kristal salju, tampak begitu indah.

Kalung tersebut adalah kalung yang sedang menjadi buruan banyak wanita. Yang memilikinya akan merasa bangga karena sangat sulit untuk mendapatkan kalung tersebut.

Namun kalung yang diberikan oleh James, tertera angka 1111 di bagian belakang berlian. Itu adalah sebuah kode yang menunjukkan kalau kalung tersebut merupakan edisi terbatas dengan karat berlian yang lebih berat.

Harga kalung berlian biasa, normalnya dihargai 100 Juta. Namun untuk kalung yang diberikan kepada Alexa itu memiliki harga 500 Juta.

Semua wanita yang berasal dari keluarga kaya-raya, mendambakan kalung tersebut. Begitu pula dengan Alexa. Namun dia tidak bisa menerima begitu saja pemberian itu.

“Hadiah ini terlalu mahal, James. Aku nggak bisa menerimanya,” kata Alexa.

James dengan wajah yang terlihat begitu tenang, memegang kedua bahu Alexa. Lalu, dia berkata, “Aku membelinya jauh-jauh. Walau aku nitip ke temanku, tapi tetap saja itu belinya di Milan. Kalung ini sangat cocok untuk kamu. Nggak ada lagi yang pantas memakainya selain kamu.”

Wanita cantik yang saat ini mengenakan blazer merah yang menutupi tanktop putih dan rok pendek yang ketat berwarna merah itu, berpikir sejenak.

James tidak bisa menahan matanya dari belahan bukit yang terlihat cukup jelas karena tanktop yang dikenakan oleh Alexa cukup ketat. Nyaris saja James meneteskan air liurnya.

“Sebenarnya yang aku butuhkan saat ini adalah dana 10 Miliar. Tapi hadiahmu ini, terima kasih banyak, ya!” ucap Alexa, tersenyum.

Sebuah sindiran halus dikeluarkan oleh Alexa untuk memancing James agar meminjamkan dana kepada perusahaannya.

“Jangankan 10 Miliar, 100 Miliar pun akan aku kasih sekarang juga kalau kamu bersedia menikah denganku,” kata James seraya mengambil kalung berlian itu dan akan memasangkannya ke leher Alexa.

Namun tiba-tiba, Bastian datang dan langsung menepak tangan James sembari berkata, “Sayang, jangan terima barang dari orang asing. Itu tidak baik.”

Kalung seharga 500 Juta itu pun terjatuh ke lantai.

“Bastian! Apa yang kamu lakukan!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Hasanudin Along
saran...jgn terlalu membuly mc si bastian
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menantu Tak Ternilai   Kamulah Pewarisku!

    Aula utama keluarga Dominic dipenuhi oleh bayangan orang-orang besar malam itu. Lampu gantung berkilau dingin, memantulkan cahaya pada wajah-wajah yang tegang. Di kursi panjang bagian depan, duduk para pewaris, pengurus, dan keluarga inti, sementara di belakang, para penasihat dan penjaga menunggu dengan napas tertahan.Suasana begitu kaku hingga suara jam dinding pun terdengar menyeramkan.Patrick duduk diam, tangannya mengepal di bawah meja. Nico menunduk, sementara Bernard, dengan jas hitamnya yang rapi dan mata penuh perhitungan, berdiri di tengah aula seolah itu miliknya.“Jadi, semua sudah sepakat,” ujar Bastian dengan suara tenang, memecah keheningan. “Kepemimpinan Dominic Group akan kembali pada garis utama keluarga. Bukan pada dewan bayangan yang memanfaatkan nama Dominic demi keuntungan pribadi.”Beberapa kepala menunduk, yang lain berbisik tak berani menatapnya. Tapi Bernard hanya tertawa kecil, nada suaranya penuh ejekan.“Sepakat? Kau bicara seolah dunia ini tunduk padamu

  • Menantu Tak Ternilai   Pertemuan Besar

    Langit sore di atas kediaman besar keluarga Dominic berwarna kelabu, seolah ikut menunduk menyambut hari yang akan menorehkan sejarah baru. Angin membawa aroma hujan, berdesir lembut di antara pepohonan tua yang mengelilingi halaman batu.Satu per satu mobil hitam berhenti di depan tangga marmer megah. Dari mobil pertama keluar Patrick, mengenakan setelan armani gelap. Tatapannya kosong, tapi langkahnya pasti. Ia tahu, di balik pintu besar itu, masa depan seluruh dinasti Dominic sedang dipertaruhkan.Mobil berikutnya tiba tak lama kemudian. Dari dalam muncul Bernard Dominic, lelaki paruh baya dengan sorot mata tajam dan wajah dingin penuh percaya diri. Di tangannya tergenggam tongkat kepala singa simbol otoritas yang selama ini menandai siapa pengendali kekuasaan keluarga. Ia menatap langit sebentar, lalu berbisik pelan,“Sekarang waktunya, Sectio. Aku akan menuntut hakku.”Beberapa detik kemudian, Nico datang. Ia tampak canggung, langkahnya ragu-ragu di antara batu basah. Tak satu pu

  • Menantu Tak Ternilai   Api Dalam Bayangan

    “Bagaimana?” tanya Charlie dengan nada tegang begitu Noel kembali ke meja. Tatapannya tajam, menunggu laporan tentang dua pria berbaju hitam yang sejak tadi mereka curigai.Noel menarik napas pelan, menatap keluar jendela restoran. “Fix. Mereka anak buah Patrick. Aku yakin seratus persen. Dan aku khawatir, mereka sedang menyiapkan sesuatu yang lebih besar dari sekadar pengawasan.”Charlie mengernyit. “Maksudmu?”“Mereka ingin menggunakan Amber sebagai umpan,” ucap Noel dingin. “Memaksa Tuan Dominic menyerahkan kekuasaan kepada Bernard.”Ucapan itu menggantung berat. Patrick bukan orang yang bergerak tanpa rencana—dan jika Bernard turun tangan, berarti ini bukan sekadar persaingan keluarga, tapi perang terbuka.“Kita harus bertindak,” kata Charlie akhirnya.Noel mengangguk. “Tangkap mereka sebelum mereka sempat menyentuh Amber. Tapi setelah itu, kita bungkam mereka. Kalau Bernard tahu Patrick menemui Amber, reputasi keluarga Dominic bisa hancur sebelum Bastian sempat bergerak.”Charlie

  • Menantu Tak Ternilai   Pertemuan

    Patrick memacu mobilnya menuju restoran yang telah disepakati. Senyum tak pernah lepas dari wajahnya sejak tadi, terbayang Amber dengan gaun merah yang ia minta semalam.Namun di belakang mobilnya, dua anak buah Bernard membuntuti. Kamera mereka terus aktif, mengirimkan foto dan video ke ponsel sang tuan.“Patrick menuju restoran,” laporan singkat masuk.Bernard memijat pelipisnya di dalam mobil. Wajahnya mengeras.“Terus pantau. Aku ingin tahu siapa yang ia temui sampai berani berbohong soal sakitnya.”Beberapa menit kemudian, ia menerima video baru, Patrick tampak sehat dan bersemangat, jauh dari pura-pura lemas yang ia tunjukkan tadi pagi. Bernard mendesis pelan.“Kalau kau berkhianat padaku, Patrick… aku sendiri yang akan menguburmu.”Patrick sampai di restoran dan mencari-cari sosok Amber. Sekilas panik, takut gadis itu sudah pulang karena menunggu terlalu lama. Tapi suara lembut dari arah kanan membuatnya menoleh.“Di sini,” sapa Amber sambil melambaikan tangan.Gaun merah itu m

  • Menantu Tak Ternilai   Tidak Benar-benar Percaya

    Patrick menggigit bibir setelah panggilan Bernard terputus. Ia segera menghubungi Amber, menunda kencan pertama yang sudah direncanakan. Rasanya sial: rencana yang manis harus tertunda karena gangguan besar.“Halo, Amber,” sapanya saat sambungan tersambung. “Maaf, aku hampir sampai, tapi ada urusan mendesak. Aku harus putar balik dulu.”Amber panik. “Ada apa? Kamu tidak kecelakaan, kan? Atau banmu pecah?”“Tidak. Hanya ada masalah yang harus segera kuselesaikan. Daripada kepikiran waktu bertemu, lebih baik aku urus dulu.” Patrick berbohong tipis, menutup fakta: Bernard akan datang ke rumahnya.“Kalau begitu aku panggil montir saja, ya? Bisa ganti ban di situ.” Amber mencoba membantu.“Ide bagus. Maaf sudah janji menjemputmu, tunggu sebentar, aku akan segera kembali.” Setelah memutus, Patrick menyetel napas, memacu mobil ke arah rumah.Di jalan ia melajukan mobil, menerabas lampu merah; fokusnya hanya satu: sampai lebih dulu di rumah sebelum Bernard tiba. Di kepala berputar skenario ba

  • Menantu Tak Ternilai   Permainan Yang Berawal Dari Kebohongan

    Mereka tengah membicarakan Amber ketika pintu ruang kerja terbuka. Wanita itu muncul tergesa, belum berganti pakaian, namun sudah mengenakan make up. Wajahnya terlihat berseri, seolah menahan antusias yang tak bisa disembunyikan.“Ada apa lagi?” tanya Bastian heran. “Kau sudah dua kali ke sini hari ini.”Amber tersenyum canggung. “Hanya ingin memastikan kalau aku benar-benar diizinkan menemui Patrick.”Charlie dan Bastian saling pandang. Tatapan mereka berkata hal yang sama: ada sesuatu yang berubah dari Amber.“Tentu saja,” jawab Bastian akhirnya. “Kau sudah mendapat izin. Kenapa bertanya lagi?”Amber mengangkat bahu ringan. “Hanya ingin memastikan. Aku akan merasa lebih tenang kalau dengar langsung.”Ia tersenyum manis sebelum keluar ruangan.Begitu pintu tertutup, Bastian menarik napas panjang. “Sikapnya benar-benar aneh. Aku yakin dia menyembunyikan sesuatu.”Charlie mengangguk. “Apa aku perlu membuntutinya?”Bastian sempat ragu. “Kalau dia tahu, bisa-bisa marah.”“Lalu bagaimana

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status