Tindakan yang dilakukan oleh Anders bisa saja membuatnya dalam masalah. Melukai warga sipil dapat membuat seorang tentara dihukum. Entah itu dimutasi, penundaan kenaikan pangkat, atau bahkan dipecat.
“Silakan saja jika kamu mau melapor. Aku nggak peduli. Aku sudah mengingat wajah semua orang yang ada di sini. Sangat mudah bagiku untuk menghabisi kalian semua dan anggota keluarga kalian!” Michael pun terbungkam. Dia tidak lagi banyak bicara. Keputusannya untuk melaporkan apa yang dilakukan Anders, akan dia pikirkan nanti. Bastian langsung menghampiri Alexa dan memeriksa suhu tubuhnya. “Apa dia baik-baik saja?” tanya Anders. “Dia hanya mabuk saja. Terlalu banyak minum. Aku akan membawa dia pulang dan mengurusnya. Terima kasih karena sudah membantuku, Jenderal! Maaf merepotkan!” ucap Bastian. “Tidak perlu sungkan. Saat aku mendapat telepon dari Charlie, aku sedang berada di dekat sini. Jadi nggak merepotkan sama sekali,” kata Anders. Lagi-lagi Charlie. Ini membuat Bastian semakin yakin kalau dia saat ini memiliki kekuatan yang besar. Bayangkan, seorang brigadir jenderal yang menguasai wilayah timur Jakarta, berada di pihaknya. “Kapanpun kamu membutuhkan bantuanku, hubungi saja, jangan ragu!” ucap Andres, tersenyum. “Baik Jenderal!” Bastian kemudian membopong tubuh istrinya untuk dibawa pulang. “Silakan, Pak Bastian. Gunakan lift saja untuk menuju basement. Di sana ada mobil operasional klub, aku akan mengantarmu pulang,” ucap Larry, seraya membungkukkan badannya. Bastian hanya menganggukkan kepalanya. Dan mereka pun pulang dengan diantar oleh Larry. Sesampainya di depan rumah, Larry membuka pintu mobil bagian belakang untuk Bastian. “Kamu langsung kembali ke Red Light Club saja!” seru Bastian ketika keluar mobil sambil membopong tubuh Alexa. “Baik Pak!” ucap Larry sambil membungkukkan badan. “sekali lagi, maafkan saya yang tidak becus mengurus klub sehingga kejadian ini bisa terjadi.” Bastian tidak memberikan respon apapun. Dia hanya berjalan masuk ke dalam rumah sembari membopong sang istri. Amy membuka pintu rumah karena mendengar suara mesin mobil berhenti di depan rumah. Dia mengira kalau itu adalah mobil James. “Alexa!” Amy terkejut melihat anaknya sedang pingsan. Dia pun langsung memegang wajah Alexa. Kemudian wanita itu mendongak seraya bertanya, “Apa yang kamu lakukan kepada anak?” Rasa benci terhadap Bastian sudah mendarah daging. Dia pun berpikir semua hal buruk yang terjadi kepada Alexa adalah salah Bastian. “Ini karena James yang mencekoki Alexa dengan minuman keras hingga dia mabuk berat seperti ini,” terang Bastian seraya berjalan masuk menuju ke kamarnya. Amy mengikuti langkah Bastian setelah menutup pintu terlebih dahulu. “Apa maksudmu dengan menyalahkan James? Jelas-jelas dia yang membantu Alexa untuk menyelesaikan tanggung jawab yang diberikan oleh neneknya,” kata Amy. Bastian membaringkan Amy di kasur kamarnya dan menyelimutinya. “Biarkan dia tidur. Kita bicara di luar saja!” seru Bastian sembari melangkahkan kakinya keluar kamar. Amy mengikutinya. “Bagaimana dengan kerjasamanya? Apa Alexa berhasil?” tanya Amy. Bastian membalikan badan dan menghadap ibu mertuanya itu. “James sengaja membuat Alexa mabuk. Setelah berhasil, dia memberikan Alexa kepada pria tua untuk keuntungan pribadinya. Aku nggak bisa membiarkan Alexa dinodai oleh mereka. Jadi kerjasama itu batal,” jelas Bastian. “Apa? Kamu membatalkan kerjasama itu? Kamu sudah gila! Kerjasama itu, satu-satunya yang bisa menyelamatkan perusahaan.” Amy memejamkan mata dengan kepala mendongak sambil bergerak memutar. “Kamu ini benar-benar, ya! Sudah menjadi benalu, tidak berguna dan sekarang kamu menghancurkan perusahaan. Benar-benar kamu, ya!” geram Amy. Wanita tua itu menunjuk wajah Bastian seraya berkata, “Kamu ceraikan Alexandra secepatnya. Aku muak melihat kamu selalu membuat masalah!” Setelah mengatakan itu, Amy pun melangkahkan kakinya masuk ke kamarnya. Bastian mengembuskan napasnya dengan sekali entakan. Dia sadar kalau dia sudah membuat perusahaan Winata Sentosa di ujung tanduk dan membuat Alexa dalam masalah di kemudian hari. Tapi dia tidak punya pilihan. Kesucian istrinya adalah sesuatu yang sangat penting. Seorang wanita cantik dengan wajah mirip dengan Alexa namun dengan pipi yang sedikit tembam dan rambut yang hitam, melihat dari kejauhan. Dia adalah Sintia Winata, adiknya Alexandra. “Yang kamu lakukan sudah benar.” Sintia berkata dengan dingin. Lalu dia kembali masuk ke dalam kamarnya. Di Keluarga Winata, satu-satunya orang yang tidak menghinanya hanyalah Sintia. Wanita yang lebih suka menyendiri itu bahkan orang kedua yang menyetujui pernikahan Alexandra dengan Bastian setelah sang ayah. Bastian tersenyum. Kemudian dia berjalan ke halaman belakang dan duduk di kursi taman. Kejadian hari ini benar-benar menguras tenaga, pikiran, emosi dan tampak semu. Sulit baginya untuk percaya kalau kini dirinya sudah berbeda. Bastian kemudian mengeluarkan ponselnya dan mengecek kembali email yang berisi daftar ribuan perusahaan yang bernaung di bawah Big Dom corp. Sebelumnya dia pernah melihat sekilas perusahaan-perusahaan itu ketika dia mencari PIN akses kamera pengawas di Red Light Club. Namun kali ini, saat dibaca dengan cermat, Bastian kaget bukan kepalang. Pasalnya dia melihat perusahaan-perusahaan yang ada di daftar kesemuanya adalah perusahaan besar yang populer. Dan banyak perusahaan yang berada di Jakarta. Namun dari semua itu, ada satu nama yang menarik perhatiannya. Perusahaan itu bergerak di industri makanan. Mondlicht Branchen Sebuah perusahaan yang memproduksi makanan ringan yang sedang viral dan mendunia, Pommes Frites. “Benarkah ini?” tanya Bastian pada dirinya sendiri. Banyak perusahaan dunia yang ingin bekerjasama dengan perusahaan itu untuk menjual produk Pommes Frites di negara mereka. Sama halnya dengan di Indonesia. Namun sejauh ini, hanya ada 3 negara di luar Uni Eropa yang bekerja sama dengan mereka. Bastian pun langsung teringat dengan keinginan Alexandra yang pernah diceritakan wanita itu beberapa waktu yang lalu kalau dia ingin menjadi distributor makanan ringan berbahan dasar kentang itu di Indonesia. Dia pun ingin mewujudkan impian sang istri. “Kalau Winata Sentosa bisa bekerjasama dengan Mondlicht Branchen, mungkin perusahaan itu akan mendapat banyak investor dan tumbuh dengan baik seperti waktu dulu.” Membayangkan bagaimana bahagianya Alexandra jika kerjasama itu terjalin, membuat Bastian begitu bersemangat. Kemudian Bastian pun mencari kontak perusahaan tersebut. Dan ketika dia menemukannya, Bastian pun langsung memilih email sebagai tempat untuk mengirim pesan karena dianggap lebih formal. “Saya Bastian Dominic. Presiden direktur Big Dom corp. sekaligus komisaris utama dan pemegang saham terbesar. Saya meminta perusahaan Mondlicht Branchen untuk mendistribusikan produk Pommes Frites di Indonesia dan bekerjasama dengan perusahaan lokal untuk mendistribusikannya. Saya harap mendapat balasan yang cepat.” Setelah selesai menulis pesan itu, Bastian pun langsung mengirimnya. Bastian kemudian mendongak menatap langit yang bertabur bintang. Sangat indah sekali. “Aku akan membuatmu bersinar, jauh lebih terang dari bintang-bintang. Aku juga akan membuatmu menjadi ratu di dunia ini,” gumam Bastian, penuh tekad.Lopez memandang Lee dan memberikan hormat dengan telapak tangan kanan yang menggenggam dan dipukulkan pelan ke tangan kiri yang terbuka 90 derajat ke atas."Sudah lama tidak bertemu, Master Lee!" ucap Lopez.Lee menganggukkan kepala dan berkata, "Senang bisa melihatmu lagi."Lopez melangkahkan kakinya sebanyak lima langkah hingga dia kini cukup dekat dengan Bastian dan Lee."Saat ini sepertinya kita berada di pihak yang berbeda. Sebelumnya aku mau minta maaf jika nanti aku akan membunuh salah satu muridmu yang bernama Bastian Dominic. Aku ingin mengirimnya menghadap kepada temanku, Marcio," ucap Lopez dengan suara dan tatapan yang sangat serius.Alasan Lopez datang ke sini yang terbesar adalah karena ingin membalaskan dendam Marcio kepada Bastian, barulah yang kedua untuk membantu Keluarga Wibowo."Dia yang sudah membunuh Marcio dengan sangat keji. Aku melihat bagaimana kondisi mayat Marcio yang sangat tidak layak untuk dilihat. Itu semua karena ulah orang itu yang tidak memiliki hati
Setelah mendapat kabar itu Bastian pun langsung turun ke bawah dengan ditemani oleh Charlie yang menunggu di depan pintu kamar."Mereka hanya 5 mobil saja, jangan melakukan penyerangan apapun sebelum mereka yang mulai lebih dahulu!" seru Bastian."Baik Tuan, aku akan memberikan kabar kepada pasukan untuk menahan diri," ucap Charlie.Senam pimpinan mafia Jakarta berjalan dengan tubuh yang gemetaran. Sosok Master Lopez benar-benar membuatnya ketakutan."Kamu takut, Charlie?" Katanya Bastian tanpa melihat wajah Charlie."Aku hanya cemas, Tuan. Aku cuma dengan keselamatanmu," jawab Charlie.Bastian tertawa kecil mendengarnya. Lalu dia menoleh ke arah Charlie dan menatap wajahnya."Kamu nggak perlu khawatir! Semua yang akan terjadi adalah rencana Tuhan dan itu adalah yang terbaik. Aku yakin aku akan menang, walaupun aku nggak tahu dari mana aku bisa percaya akan hal itu. Namun jika sesuatu yang buruk terjadi padaku dan meninggalkan dunia ini, aku aku mau minta tolong padamu untuk menjaga A
Lopez patut marah karena dia tidak mengizinkan Antoine masuk ke dalam rumahnya.Dari langkah kaki Lopez terdengar begitu mantap dan tegas bagaikan alamat kaki 50 orang yang berjalan seirama.Gentar tentunya ada di dalam diri Antoine saat ini. Dia takut jika Lopez marah kepadanya dan memberi sebuah pukulan yang bisa membuat dirinya langsung ke alam baka."Maafkan aku Master, tapi ini sangat penting sekali bagi keluargaku untuk bertemu denganmu. Jadi aku memberanikan diri untuk menerobos masuk ke dalam sini!" ucap Antoine seraya membungkukkan badannya 45 derajat.Lopez berhenti tepat di hadapan Antoine, jurang mereka hanya sekitar 1 meter saja. Dengan sekali tendangan dapat membuat Antoine terpental sejauh 10 meter."Seseorang yang masuk ke rumah orang tanpa izin dari pemiliknya itu sama saja sebagai maling. Aku tidak mengenalmu dengan begitu baik, aku hanya mengenal orang tuamu saja dan kamu tahu apa artinya? Kita tidak memiliki hubungan!" ucap Lopez dengan nada suara yang tegas.Denga
Dengan pertarungan seseorang yang kuat bahkan bisa kalah oleh seseorang yang di atas kertas lebih lemah hanya karena satu kesilapan.Bastian sudah melihat beberapa pertarungan martial arts bawah tanah yang sering terjadi seperti itu. Seseorang yang memiliki badan kecil dan tampak sama sekali tidak ada kuat-kuatnya, bisa mengalahkan seorang pria yang berbadan besar dengan otot keras di seluruh tubuhnya.Ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Bastian, seluruh anak buahnya yang ada di sana langsung bertambah cemas, khususnya Charlie dan jaringannya. Tentu jika Bastian tiada, kemungkinan mereka juga akan hancur dengan perlahan karena tidak ada lagi dukungan dari keluarga Dominic yang selama ini sangat besar pengaruhnya bagi mereka.Bagi Diego jika kehilangan Bastian kesempatan dia untuk membawa keluarganya ke tingkat lebih tinggi akan sangat sulit dilakukan."Tuan Dominic jangan bicara seperti itu. Kita pasti memiliki jalan keluar agar kita bisa menang, atau paling tidak bisa menyelamat
Tentu saja Lee terkejut mendengar Bastian menanyakan tentang Master Lopez, sebab tidak semua orang mengetahuinya. Selama 3 tahun ini pria itu melalang buana ke berbagai negara untuk meningkatkan ilmu bela dirinya dan tidak pernah pulang selama periode itu, baru sekitar 5 bulan yang lalu saja dia kembali pulang.Jika memang Bastian ingin mengetahui sosok Master ilmu bela diri di Indonesia seharusnya dia menanyakan tentang ketua dan wakil ketua Asosiasi Master Beladiri Indonesia, Mark Wallace dan Walter Occhini.Setidaknya dua orang itu sangat terkenal dan melegenda seantero Indonesia. Semua orang yang menekuni ilmu beladiri pasti mengetahui mereka berdua."Aku hanya ingin tahu siapa dirinya dan apa ilmu beladiri yang dia kuasai," kata Bastian menjawab pertanyaan dari Sang Guru.Lee mengangguk-anggukkan kepalanya. Lalu dia berkata, "Aku tahu kalau kamu sedang bermasalah dengannya, tapi aku tidak tahu alasan apa sampai kamu bisa bermasalah dengannya. Orang itu bukan orang sembarangan Bas
Antoine sudah berapi-api, emosinya mencabik-cabik dan seluruh otot-ototnya menegang setelah mendengar apa yang dikatakan oleh sekretaris pribadinya itu."Apakah Kakak mau menyerang dia sekarang? Kalau memang iya, aku akan menyiapkan pasukanku dan membayar beberapa kelompok bawah tanah untuk bergabung dengan kita," kata Aurier, bersungguh-sungguh.Di dalam diri Antoine, dia percaya kalau dia bisa mengalahkan Bastian Dominic dan para pengikutnya dengan mengandalkan kekuatan dari Master Lopez. Dirinya menjadi tidak percaya diri jika menyerang tanpa Master Lopez.Amarah Antoine tiba-tiba mereda setelah dia memikirkan tentang itu. Lalu dia menatap sang adik seraya berkata, "Kita nggak bisa melakukannya sekarang. Tunggu Master Lopez selesai dengan urusannya dan barulah kita menghabisi Bastian Dominic dan pasukannya."Setelah mengatakan itu Antoine duduk di sofa sambil menyandarkan tubuh dan memijat kepala dengan mata yang terpejam.Permasalahan ini sungguh sangat luar biasa baginya. Belum p