Home / Urban / Menantu Tak Ternilai / Namaku Bastian

Share

Namaku Bastian

Author: Falisha Ashia
last update Last Updated: 2025-05-05 01:33:16

Seorang walikota memegang kendali atas segala hal di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya. Dia bisa menekan rakyat miskin, para pekerja atau bahkan seorang pengusaha dengan ancaman menarik izin mereka.

Devan sangat tahu akan kekuasaan ayahnya oleh sebab itu dia pun menjadi besar kepala dan sok hebat.

"Memangnya kenapa kalau ayahmu walikota? Memangnya kamu pikir aku takut padamu?" tanya Alby dengan mata yang terbuka lebar.

"Jangan berpikir kalau ayahmu adalah walikota, kamu bisa saya anaknya membuat onar di wilayah tanggung jawabku!" lanjut Alby.

Devan menelan ludahnya. Dia bisa merasakan sebuah kerusakan pada tatapan mata Alby. Itu hanya bisa muncul ketika seseorang sudah berteman dengan kekerasan selama puluhan tahun.

"Wilayahmu? Ini wilayah ayahku. Memangnya kamu siapa? Kamu penjaga di Red Light Club? Jangankan kamu, club malam ini pun bisa ditutup oleh ayahku jika aku mengatakan kepada ayahku," kata Devan.

Bastian mengambil gelas yang berisi wine setengahnya. Dia pun meminumnya d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menantu Tak Ternilai   Ancaman Pecahan Kaca

    "Apa!" seru Martin, ketakutan murni akhirnya meledak, memecah topeng ketenangannya.Martin menelan ketakutan. Ia ingat, Bastian pasti akan melindunginya. Terlebih, membunuh Martin tidak akan memberi Bernard apa-apa.Martin menyeringai remeh. "Anda tidak akan mendapatkan informasi apa-apa jika membunuh saya, Tuan Bernard. Markas Tuan Dominic begitu rahasia. Tidak semua bawahan, termasuk saya, tahu persis di mana lokasinya."Bernard mendengus. Ia memang tidak mungkin membunuh Martin. Tindakan itu akan menjadi bumerang, dan ia memikirkan cara lain. "Kau bukan bawahan biasa. Bagaimana mungkin Tuan Dominic tidak memberitahukan informasi mengenai markasnya pada dirimu?" tanya Bernard geram. Ia tahu betul Martin sengaja menyembunyikan informasi."Tapi saya sungguh-sungguh tidak tahu. Tuan Dominic ingin lebih berhati-hati, sehingga tidak memberitahukan posisi markas selain dirinya sendiri dan orang-orang yang dianggap kompeten." Martin kembali mengelak. Seandainya ia tahu pun, ia tidak akan p

  • Menantu Tak Ternilai   Titik Awal Pengkhianatan

    Hans mematung di ambang lorong, matanya mengikuti punggung Tuan Dominic yang menghilang ke kamar atas. Rasa penasaran yang mencekik. Bosnya, seorang pria yang selalu diselimuti teka-teki, kini diselimuti masalah yang jauh lebih gelap. Hans tahu, menyelidiki adalah tindakan berbahaya, namun rasa ingin tahunya sudah terlanjur dipicu. Terlebih, Livy dan Bastian juga menyembunyikan sesuatu. Keterlibatan mereka menambah lapisan keraguan. Haruskah ia mulai menyelidiki? Sendirian? Atau melibatkan Charlie?Kelelahan memaksanya berjalan menuju kamar. Hans bergegas mandi, membiarkan air dingin mengusir penat yang menjalari pikiran. Setelahnya, tubuhnya ambruk di ranjang."Aku harus menyelidiki," putusnya. Keputusan itu lahir dari keyakinan bahwa hanya dengan mengungkap skandal yang melilit Tuan Dominic, rasa penasarannya akan terpuaskan. Ia merasa akan lebih aman jika kasus ini diurus sendirian, meski ia sama sekali belum tahu skandal apa yang dimaksud sang bos.Hans memejamkan mata, memaksakan

  • Menantu Tak Ternilai   Ajakan Menggoda

    Setelah melihat Bastian dan Livy meninggalkan hotel dengan taksi, Charlie segera menyusul Hans. Hans yang sudah berjalan lebih dahulu celingukan, mencari Bastian.“Ke mana Tuan Dominic dan Livy?” batin Hans, bingung. Ia tak melihat lagi sang bos dan wanita yang dicari itu. “Mereka menghilang atau tertinggal?”Charlie berjalan mendekat, sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia menduga Bastian ada hubungan dengan Livy, tetapi memilih diam. Terserah Tuan Dominic saja. Dia pria dewasa dan tahu bagaimana mengatasinya jika ada masalah di kemudian hari. Mereka berdua tiba di samping mobil.“Di mana Tuan Dominic, Charlie?” tanya Hans, heran.“Tuan Dominic pulang naik taksi bersama Livy,” jawab Charlie datar, terkesan cuek.“Aneh sekali, kenapa mereka naik taksi? Bukankah mobil ini cukup longgar untuk kita berempat?”“Aku tidak tahu, Hans. Tadi tak bertanya langsung pada Tuan Dominic.”“Ada apa sebenarnya? Apa terjadi sesuatu yang genting?” Hans mulai khawatir.“Aku tidak tahu. Jika ada masalah, ak

  • Menantu Tak Ternilai   Konsekuensi

    Cih! Hanya ingin uang rupanya? batin Livy, rasa jijiknya memuncak. Ia menggenggam erat tas selempangnya. Jika hanya uang, kenapa harus mengancam kamar hotel dan mengajak dua teman untuk ikut menikmati? Andai Bastian tak datang, aku pasti jadi santapan para hidung belang ini. Ia menahan diri agar tidak memprovokasi Wagner, takut memancing kecurigaan Noel.​Wagner menatap Bastian dengan pandangan licik. Sudut bibirnya terangkat tipis, mencerminkan rencana busuknya. Aku ingin uang dari Livy, dan sekalian memeras Bastian. Mengancamnya dengan video yang akan sampai ke tangan istrinya pasti memberiku uang yang lebih banyak.​Bastian menatap lurus ke arah Wagner. Apa yang sedang dipikirkan pria ini? Instingnya menajam. Raut wajahnya mengatakan dia sedang merencanakan hal buruk, instingku tak pernah salah. Kurasa ada hal lain yang dia inginkan selain kompensasi.​“Kompensasi seperti apa yang kamu inginkan, Wagner?” tanya Bastian, ingin memperjelas tuntutan Wagner secara gamblang. Nada bicaran

  • Menantu Tak Ternilai   Berpura-pura

    Bastian menepati janjinya. Syukurlah, batin Livy. Ia merasa tenang karena kini ada yang menjaganya. Seharusnya aku bercerita dari awal, bukannya malah langsung menemui pria kotor ini.Livy masih tersenyum lega memandang Bastian, yang langsung menyapu pandangan ke seisi ruangan, hingga tatapannya terkunci pada Livy. Wanita yang telah membuatnya khawatir.Untung kamu tidak kenapa-napa, Livy, pikir Bastian sambil berjalan mendekat. Livy adalah anak buahnya, dan dia tidak akan membiarkan Wagner menyentuhnya.“Livy?” sapa Bastian, seolah baru menyadari kehadirannya. Ia menyipitkan mata, menatap tiga pria yang berdiri tak jauh dari tempat duduk Livy. Ia hanya mengenali Wagner. Siapa dua orang di dekat Wagner? Apa yang mereka lakukan di sini? pikirnya, mengkhawatirkan kemungkinan buruk jika ia datang terlambat.Sementara Bastian masih berbasa-basi, di sudut lain, Wagner sangat terkejut melihat kedatangan Dominic Bastian yang tiba-tiba. Ia bahkan langsung berdiri saat Bastian masuk.Sialan! B

  • Menantu Tak Ternilai   Tetap Tenang

    ​“Maafkan aku, Bastian. Aku tidak bermaksud pergi tanpa memberitahumu. Aku hanya ingin menyelesaikan ini sendirian,” ujar Livy, menunduk karena merasa bersalah sekaligus gentar menghadapi tatapan tajam Bastian.​“Menyelesaikan masalah apa, Livy? Kenapa kamu tidak terbuka?” desak Bastian. Ia menggeleng. “Jangan bilang ini hanya masalah keluarga. Aku mengenalmu, Livy. Masalah keluarga tidak akan membuatmu lari dari markas begitu saja.” Ekspresi tidak percayanya mengeras, menduga kuat ini berhubungan dengan video itu dan ketegangan di antara mereka.​“Kamu benar, Bastian. Ini bukan masalah keluarga, tapi Wagner,” balas Livy, menyebut nama itu dengan nada berat. Ia berharap kejujuran akan membuat Bastian mengerti alasan tindakannya.​“Wagner? Masalah apa dengannya? Jangan-jangan kamu punya hubungan dengan laki-laki itu?” tanya Bastian, bingung. Ia hanya sekilas pernah mendengar nama Wagner.​“Tidak! Sama sekali tidak ada hubungan! Hanya saja, dia tadi menghubungiku. Katanya dia ingin bert

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status