Pada pagi hari buta, Baron sudah terbangun dan Baron tidur di sofa karena Aghnia jelas tidak memperbolehkan Baron untuk tidur seranjang karena ini adalah keinginan dari Aghnia sendiri.
Baron menatap ke arah Aghnia yang tertidur menghadap ke Baron, Baron hanya tersenyum dan mengingat hari-hari indah pernikahan mereka. Namun, itu semua langsung Baron hiraukan karena ini masih langkah awal untuk ia bisa bersatu kembali dengan istrinya. Baron pergi ke area balkon dan menatap kota J yang bersinar karena lampu perkotaan, Baron memulai pagi dengan berolahraga calisthenic untuk melatih otot punggungnya. Aghnia terbangun sedikit dan melihat siluet Baron yang sedang melakukan hand stand di besi pembatas balkon."Apa itu?" gumam Aghnia, namun Aghnia tidak mengindahkannya dan kembali tidur. ... Pada pukul 7 pagi, Aghnia sudah rapi menggunakan blazer untuk ia pergi ke kantor dan Baron hanya mengenakan kemeja polos berwarna putih."Baron, kita akan turun secara bersamaan kalau kita turun sendiri-sendiri itu akan menimbulkan kecurigaan di keluargaku!" ujar Aghnia."Tentu, Aghnia!" Baron hanya melihat Aghnia dengan tersenyum karena sikap acuh tak acuh terhadap dirinya.Kring....kring...kring Ponsel jadul milik Baron berbunyi dan itu dari Nolan."Dia, masih mengenakan ponsel jadul miliknya? Apa dia benar-benar tidak peduli dengan perkembangan zaman?" gumam Aghnia yang melihat Baron memegangi ponselnya."Nolan? Aku rasa dia ingin mengabarkan bahwa yang aku minta telah disiapkan!""Siapa?" tanya Aghnia."Ah? Hanya dari temanku saja," jawab Baron. Baron mengangkat telepon itu namun ia mengangkatnya di balkon."Halo Nolan.""Ketua, uangnya sudah kusiapkan untuk perintah selanjutnya saya menunggu perintah dari anda!""Bagus, nanti akan kuberitahu selanjutnya!""Baik ketua!" Aghnia melihat Baron yang akan kembali dengan pertanyaan dibenaknya."Sebenarnya selama ini, Baron pergi kemana dan dia sudah melewati apa saja?" gumam Aghnia. Baron kembali dengan tersenyum namun hanya dibalas dengan senyum ketus dari Aghnia."Dasar!" batin Baron. Mereka berdua turun dan ternyata sudah ditunggu oleh keluarga Hasya dengan bingkisan yang ada di ruang makan. Baron disambut dengan pandangan sinis dari Ivan dan juga Jessica, dan tatapan dingin dari mertuanya, Baron membalas itu semua dengan wajah datar seakan tidak memperdulikan keluarga Hasya."Pagi!" sapa Aghnia kepada keluarganya, namun jelas saja itu semua tidak dipedulikan oleh yang lainnya. Saat Baron akan duduk tiba-tiba ia dihentikan oleh Sophie."Baron, tunggu sebentar! Ini bukalah!" ujar Sophie dengan memberikan bingkisan tersebut kepada Baron. Baron cukup waspada dengan apa yang diberikan oleh ibu mertuanya, dikhawatirkan ada sebuah ancaman entah ular atau hal yang bisa membahayakannya."Apa ini ibu?" tanya Baron."Buka saja! Itu untukmu!" Baron membuka bingkisan itu dengan memberi jarak karena masih curiga dengan mertuanya, dan saat Baron membuka bingkisannya terlihat sebuah pakaian office boy."Ini apa?" tanya Baron."Itu adalah pakaian yang akan kamu gunakan untuk bekerja di perusahaan milik keluarga Hasya!" jawab Sophie dengan wajah yang sinis. Baron melihat ke arah wajah keluarga Hasya yang memandangi Baron dengan sebelah mata, Baron jelas sangat mengetahui watak keluarga Hasya yang sangat busuk dan rela melakukan apapun untuk kejayaan keluarga mereka tanpa mempedulikan orang-orang yang menderita akibat ketamakan mereka sendiri."Jadi begitu? Mereka ingin aku berada di posisi terbawah? Jelas sekali apa yang akan mereka lakukan padaku nantinya!" batin Baron."Dan seharusnya, kau sudah pergi sekarang dan tidak berada di rumah untuk bersantai-santai!" imbuh Joshua. Baron hanya tersenyum tipis kepada Joshua dan juga Sophie."Baiklah, tidak nyaman juga jika aku tidak segera bekerja. Aku pergi dulu ya!" ujar Baron sembari memberi kecupan di kepala Aghnia. Baron pun keluar dan meninggalkan Aghnia di kediamannya."Br*ngs*k! Mereka benar-benar ingin merendahkan ku ya? Akan aku ikuti permainan kalian!" ujar Baron. Kepergian Baron pun disusul oleh Aghnia yang menyusul Baron."Kita pergi bersama!" ujar Aghnia dengan nada yang ketus."Baik!" Baron dan Aghnia pergi bersama namun di mobil Porsche milik Aghnia mereka hanya saling diam. Sesampainya di Hasya Company, Baron diturunkan cukup jauh dari perusahaan agar tidak ketahuan oleh pegawai yang lain, Baron pun pergi dan ia langsung pergi ke ruangan staff OB. Baru saja masuk Baron langsung disuguhkan oleh seseorang yang sudah memegang peralatan kebersihan."Hei anak baru! Cepat kau bersihkan lobby kantor!" ujar seorang wanita yang sekitar umur 50 tahun."Apa? Aku baru saja masuk!""Kata Bu Sophie cepat!" Baron mengangguk dan sebelum Baron membersihkan lobby, Baron menelpon Nolan."Halo Nolan! Kamu datang ke perusahaan Hasya Company, aku memiliki firasat yang buruk dan bawa uang-uang itu!""Baik ketua! Tapi, apa yang membuat ketua terburu-buru?""Lakukan saja!" Baron membersihkan lobby dan ia sangat menarik perhatian para pegawai dan staff karena seorang office boy memiliki perawakan layaknya seorang tentara."Itu OB baru ya?""Iya, katanya sih rekomendasi dari Bu Sophie." Perlakuan ini sangat keterlaluan dilakukan oleh Sophie ketika merendahkan seorang Jendral, jika Tzagia Romanov mengetahui hal ini ia tidak akan segan untuk menghabisi sebuah keluarga hingga akarnya. Tiba-tiba datang seseorang yang asing di matanya, seorang wanita dengan rambut sepundak datang dengan rombongan orang-orang berjas hitam. Baron memandangi mereka dan ia ketahuan oleh seseorang."Lihat apa kamu?!""Tidak, Maaf." ujar Baron dengan tersenyum. Wanita itu melihat Baron sejenak dan ia langsung pergi, namun yang membuat Baron heran adalah kedatangan wanita cukup ditakuti oleh pegawai disana."Siapa dia?" gumam Baron. Setelah Baron menyelesaikan pekerjaannya ia langsung kembali namun baru saja dia mau duduk, Baron sudah disuruh membuat minuman dan dibawa ke ruangannya Aghnia."Hmm, tidak ada ruginya aku mengantarkan minuman, aku akan tahu siapa mereka!" gumam Baron. Baron membuat 3 teh dan ia naik ke lantai dimana ruangan Aghnia berada. Saat berada di depan pintu ia dihadang oleh satu penjaga."Kamu lagi! Apa yang mau kamu lakukan?""Saya hanya mengantarkan teh ini!" Baron menjawab pertanyaan itu dengan nada yang dingin. Tiba-tiba Baron di dorong oleh pria itu."Pergi!" Baron langsung meninju pria itu dan pria itu langsung pingsan hanya dengan satu pukulan."B*jing*n! Baru beberapa hari aku kembali ternyata aku langsung direndahkan seperti ini!" Baron akan mengetuk pintu namun di dalam terdengar suara orang yang sedang berdebat."Jual perusahaanmu padaku!""Itu tidak mungkin!""Jual perusahaan?" gumam Baron."Ayolah Aghnia! Jangan membuat dirimu itu menjadi lebih payah lagi! Value perusahaanmu sudah sangat turun drastis beberapa tahun lalu dan sekarang apa yang kamu pertahankan!""Perusahaan ini tidak akan pernah dijual kepada keluarga Vigo!" Mendengar nama keluarga Vigo emosi Baron memuncak."Keluarga Vigo si*l*n! Ternyata ini ulah kalian!" BersambungDandy sudah termakan oleh egonya, ia benar-benar tidak peduli dengan uang yang ia keluarkan hanya gengsi yang ia miliki.“12 miliar! Aku tawar itu, anak-anak seperti kalian tidak cocok dengan giok!” Surya yang kini menunjukkan aura yang ia miliki adalah keangkuhan yang absolut.Baron tersenyum sinis. Dia tahu persis apa yang akan terjadi selanjutnya. Dandy, dengan egonya yang tinggi, pasti akan terus menaikkan harga sampai titik di mana dia tidak mampu lagi, “Surya, dia benar-benar ingin menunjukkan semuanya, ya?” gumam Baron. Baron sebenarnya sudah tidak begitu tertarik kepada giok itu dan dia memilih untuk mundur terlebih dahulu, “Praja, aku rasa aku akan mundur kali ini. Aku ingin melihat sejauh mana ego Dandy akan mengelabuinya,” bisik Baron yang disetujui oleh Praja.“Bagus Baron, tidak ada gunanya jika kamu hanya terus memberi makan ego Dandy!” balas Praja. Dandy semakin frustasi karena ia harus kembali merogoh kocek dengan harga yang fantastis. Tapi, ketika ia melirik ke Baro
Seorang pria tua usianya namun tidak dengan fisiknya yang seperti pria berusia 30 tahun, pria itu menawar dengan jumlah yang lebih tinggi dari yang ditawar oleh Dandy. 3 miliar adalah jumlah yang cukup banyak untuk sebuah kalung giok, terutama itu merupakan giok yang memiliki kualitas tinggi. Namun, dibalik itu Baron seperti cukup familiar dengan pria tua tersebut terutama orang-orang dibelakangnya.“Pria itu, apa mungkin dia—”“Baron, dia Surya Vigo pemimpin keluarga Vigo. Dia, adalah harimau yang sudah tua namun harimau tetaplah harimau,” bisik Praja. Baron pun tertawa kecil, “Baru saja aku atasi anaknya, apa kini aku harus bersinggungan dengannya?” kata Baron. Praja menasehati Baron dengan kata-kata yang sedikit menyindir Baron, “Baron, aku tidak tahu kamu tinggal di negara mana yang bisa bebas memukul orang. Tapi, jangan gegabah melawan Surya Vigo, dia salah satu orang yang berpengaruh di negeri ini. Dan, dia juga pernah masuk jajaran orang terkaya di dunia, kamu pasti tahu F
“Selamat malam, para kolektor sejati! Malam ini, kita menghadirkan banyak sekali barang-barang yang berkualitas tinggi serta langka! Dan, hasil dari lelang ini semuanya akan diserahkan ke panti asuhan!”Ruang lelang yang mewah itu dipenuhi oleh para kolektor kaya raya dan pengusaha sukses. Mata mereka berbinar-binar penuh ambisi, siap untuk saling sikut demi mendapatkan harta yang mereka inginkan Biasanya, orang-orang yang menghadiri lelang hanyalah perwakilan saja. Dan, orang kaya yang sesungguhnya tidak perlu repot-repot pergi ke tempat lelang. Namun, beda halnya dengan Tarot Palace Auction, tidak boleh ada perwakilan sama sekali, hanya orang-orang yang memiliki kekayaan yang cukup untuk ikut salan lelang tersebut . Praja berbisik pada Baron, “Baron lihat semua orang-orang ini. Mereka, bukan hanya dari negara Asia saja. Bahkan, orang Eropa pun ada!” Baron melihat semua orang dan memang benar, mereka semua adalah orang yang cukup berpengaruh. Terutama, ada seseorang yang menjadi
Di tengah ketegangan antara Baron, Dandy, dan Elina, Louis muncul dengan ide baru untuk meredakan situasi dan sekaligus membuat Baron semakin dihormati.Louis mengumumkan diadakannya lelang amal di Tarot Palace Auction, sebuah tempat lelang ternama yang hanya dihadiri oleh para elit dan orang-orang kaya. Lelang ini akan menjadi kesempatan bagi para tamu untuk menunjukkan kekayaan mereka dan saling memperkuat posisi dan juga kehormatan mereka. Dandy dan Elina, yang terobsesi dengan kekayaan dan status, langsung tertarik dengan ide lelang ini. Mereka berdua bertekad untuk menjadi pemenang lelang dan menunjukkan kepada Baron siapa yang lebih kaya dan berkuasa.“Bagaimana? Tarot Palace Auction sangat terkenal melelang banyak sekali barang-barang berharga. Bahkan, tidak jarang para Raja-raja di Timur Tengah datang untuk mendapatkan permata,” jelas Louis. Dandy tersenyum sinis, “Untuk apa melakukan lelang? Bukannya sudah jelas, bahwa aku adalah yang paling kaya?” Elina melirik Baron ya
Louis mengantarkan hidangan King Crab, Kaviar Almas yang mewah ke meja Baron, dengan suara penuh hormat, “Silahkan menikmati hidangan kami, Monsieur Baron.” Para tamu restoran terkejut dan membuka mata lebar-lebar. Mereka tidak menyangka bahwa hidangan super mewah itu akan diberikan kepada Baron.“Apa? Kenapa Baron yang mendapatkan hidangan itu?”“Aku tidak tahu. Seharusnya hidangan itu diberikan kepada Dandy.” Dandy menjadi bingung sekaligus kesal, “Apa yang terjadi? Kenapa hidangan itu diberikan kepada Baron?” batin Dandy. Baron melihat hidangan itu dan tersenyum pada Louis, “Terima kasih, Louis. Hidangan ini terlihat sangat lezat, apa kamu serius menghidangkan makanan ini untukku?” tanya Baron.“Tentu saja Monsieur, Anda adalah tamu kehormatan di restoran kami, Monsieur Baron Vasilias!” Semakin banyak kesal yang ditumpuk oleh Dandy hingga urat di wajahnya terlihat jelas, “Baron Vasilias! Takkan aku ampuni kau!” gerutu Dandy dengan menggertakan giginya. Baron mengangkat bahun
Dandy yang meninggikan suaranya dan memesan makanan mewah yang ada di restoran LLDC pun kurang mendapat tanggapan baik dari staff yang ada di sana, “Apa dia baru saja memesan makanan mewah setelah menantang Monsieur Baron?” batin Louis. Dandy melihat ke arah Louis yang menatapnya, “Kamu! Apa kamu tidak dengar apa yang aku katakan?! Bawa semua makanan mewah yang kalian miliki!” perintah Dandy. Louis menghela nafasnya, “Aku bukan pelayan, aku adalah manajer restoran ini!“ kata Louis. Tapi dengan sifat angkuh dari Dandy, ia benar-benar tidak memperdulikan siapa orangnya, ia selalu berpikir bahwa selama ia ada uang, maka siapapun bisa ia suruh.“Kamu pikir aku peduli? Cepat, bawakan semuanya!” kata Louis yang mengeluarkan sebuah kartu kredit yang terkenal, yaitu American Express. Semua teman yang ada bersama Louis pun begitu memuji dan menyanjung Dandy.“Dandy! Kamu serius kan? Kita bisa memesan apa saja?”“Tentu saja! Pesan saja sesuka kalian!” Baron yang sedang memutar gelas wine