Share

Bab 2 DI BENCI MERTUA

      Abimanyu berteriak sambil memandang Rosa Widodo, ibunya Angeline. Abimayu tahu kalau apa yang dilakukan Angeline adalah salah dan akan membuat bencana bagi keluarganya.

      Dan hubungan bisnis yang sedang di jalin Rianto Wibisono atau kepala keluarga akan terputus dan membuat perusahaan keluarga akan mengalami masa sulit.

      Rosa juga terdiam, dia tentu saja sama marahnya dengan Abimayu. Akan tetapi dia sangat sayang dengan anak perempuan satu-satunya ini. Meskipun marah dia tidak sampai kehati kemarahannya.

     “Tenang yah, dengarkan alasan anak kita dulu.”

      Rosa berusaha menenangkan kemarahan Abimanyu dengan mengusap-usap bahu nya agar emosi suaminya menjadi lebih tenang.

      Akhirnya Abimanyu hanya duduk diam tanpa bisa berkata-kata lagi. Dia menatap kearah Darko dengan tatapan penuh dengan kebencian.

      Akan tetapi setelah melihat pakaian yang dikenakan Darko, Abimanyu segera tahu kalau semua adalah akal-akalan anaknya. Mana mungkin pemuda miskin seperti yang ada di depannya bisa menipu anaknya yang sangat cantik dan cerdas.

      Sementara itu Darko sama sekali tidak peduli dengan pertengkaran keluarga yang terjadi di depannya.  Setelah kedua orang tuanya tenang dan diam tidak memarahinya lagi, perlahan Angeline membuka tas mahal yang ada di tangannya.

      "Ayah, kami sudah menikah secara resmi. Jadi, ayah tidak bisa menjodohkanku dengan pria pilihan Paman Rianto!" ucap Angeline sambil menyerahkan buku nikahnya ke ayahnya.

       Emosi Abimanyu seketika meledak lagi, dia langsung membanting buku nikah di tangannya ke lantai setelah membaca nama yang tertulis di buku nikah itu.

      "Apa katamu! Omong kosong apa ini?! Kamu tau kan Kalau kita..."

       Sebelum dia meluapkan emosinya yang meledak, tiba-tiba tubuhnya menjadi kaku dan separuh tubuhnya langsung tidak bisa digerakkan.

       Ternyata Abimanyu terkena tekanan darah tinggi yang membuat aliran darah ke otaknya terganggu dan membuatnya  menjadi stroke.

       Yang pertama kali menyadari perubahan pada tubuh Abimayu adalah Rosa, sebagai seorang istri tentu saja tahu kalau suaminya menderita tekanan darah tinggi.

      “Ayah… ayah… kamu kenapa…?”

      Rosa langsung memeluk tubuh Abimayu yang kaku dan mulutnya menjadi miring. Abimayu yang sedang stroke tentu saja tidak bisa menjawab pertanyaan Rosa, yang terdengar hanya suara yang tak jelas dari mulutnya.

      “Ayah… ayah… maafkan Angeline…”

      Seketika Angeline memeluk tubuh ayahnya yang sedang stroke sambil menangis, dia merasa menyesal telah membuat ayahnya menjadi sakit.  Menyesal pun tidak berguna, karena semua sudah terjadi dan ini adalah pilihan hidupnya.

      Hanya saja dia tidak menyangka kalau pernikahan gilanya ini membuat kesehatan ayahnya menjadi buruk.

       "Angeline! Lihat apa yang kamu perbuat! Ayahmu jadi pingsan karena keputusan bodohmu ini!"

      Angeline yang panik pun langsung menelpon rumah sakit terdekat untuk mengirimkan dokter. Air matanya mengalir karena begitu panik melihat kondisi ayahnya.

      "Nyonya, biar saya yang menanganinya."

       Tiba-tiba Darko maju untuk memeriksa kondisi mertua barunya itu.

       Selama menjadi Jenderal dalam peperangan, ia telah belajar berbagai macam metode pengobatan tradisional untuk bertahan di hutan-hutan dan medan perang lain yang jauh dari peralatan canggih kedokteran modern.

       Ia belajar dari tabib-tabib terbaik yang ada di seantero negeri. Apalagi, Nusantara menyimpan banyak kekayaan budaya dalam pengobatan tradisional.

       Hal itu membuatnya menguasai berbagai macam teknik pengobatan tradisional. Dan, apa yang dialami oleh mertua barunya itu sudah ada di kepala cara mengatasinya. Namun...

       Plak!

Tangan Darko yang hendak menyentuh Abimayu langsung disingkirkan oleh Rosa. Matanya nyalang menatap Darko seraya menunjuk hidungnya.

      "Jangan sentuh suamiku! Ini semua karena ulahmu! Pergi dari sini!"

       Darko terhenyak. Ia sebenarnya tahu cara menyembuhkan Abimanyu. Ia melihat jika aliran darah ke kepala Abimayu tersumbat karena urat-urat yang mengalirkan darahnya menyempit ketika ia diliputi amarah.

       Satu-satunya cara adalah dengan menotok titik-titik akupuntur di sekitar kepalanya untuk memperlebar pembuluh darah dan memperlancar aliran darah ke otak.

       Namun, Rosa justru menghalanginya untuk memberikan pertolongan pertama pada Abimanyu.

       "Nyonya, percayalah dengan saya. Saya bisa menyembuhkan Tuan Abimanyu."

       "Percaya padamu? Kedatanganmu saja sudah membuatku muak! Sana, jangan dekati kami!"

       Rosa semakin tak karuan. Ia memeluk suaminya itu dengan kencang.

       Seketika, Angeline datang dengan Dokter Zaver. Dokter Zaver adalah dokter pribadi keluarga tersebut.

       "Dokter! Syukurlah anda datang!"

Zaver dengan cekatan langsung memapah Abimayu dan bertindak cepat.

       Sebenarnya Zaver bertindak begitu demi menarik perhatian Angeline. Dalam hatinya, ia sebenarnya sangat mengagumi wanita tercantik dari keluarga tersebut. Mereka sering bertemu setiap Zaver melakukan kunjungan ke keluarga itu.

       Dan, ini saat yang tepat baginya untuk menunjukkan diri!

       Ia sempat melirik Darko dan tatapannya menuju ke pakaian yang dikenakannya. Seketika tatapan mencemooh tertuju padanya.

       "Nyonya, sebaiknya nyonya usir dukun ini. Di masa modern seperti sekarang ini, sudah seharusnya kita percaya pada pengobatan modern."

       "Benar, nak Zaver. Tenang saja, ia bukan dukun. Malah seharusnya dia lebih rendah dari dukun! Makanya, tolong selamatkan ayah ya!"

      "Tenang, nyonya Aku akan mengobati tuan Abimayu, anda tidak usah khawatir," ucap Zaver seraya melirik Angeline.

       Ia pun langsung berusaha menangani Abimanyu dengan peralatan yang ia bawa. Sementara Darko hanya menatap mereka berdua dengan dingin.

       Awalnya Zaver masih percaya diri sambil memijat beberapa titik Abimanyu dengan tangannya, dan menggunakan peralatan yang ia bawa untuk menopang tindakannya.

       Darko yang melihat apa yang Zaver lakukan hanya tersenyum kecut. Memang, pengobatan modern sekarang terlihat canggih. Namun, tanpa ditopang pengobatan tradisional, pengobatan modern masih memiliki celah.

       Dan, Zaver adalah beberapa orang dari kalangan kedokteran yang hanya berpangku pada pengobatan modern.

       Darko melihat titik-titik yang dipencet oleh Zaver justru malah membuat aliran darahnya semakin tersendat, dan itu akan semakin memperburuk kondisi Abimanyu.

       Benar saja. Beberapa belas menit berlalu dan kondisi Abimanyu belum membaik. Semua peralatan canggih yang ia bawa dalam tas tetap belum bisa membuat Abimanyu siuman.

       Malahan, wajah Abimanyu semakin membiru dan nafasnya semakin lemah. Hal ini membuat Zaver semakin panik.

       "Zaver, bagaimana? Apa ayah kami bisa disembuhkan?" tanya Angeline panik. Ia tak melihat perkembangan sama sekali dari kondisi ayahnya.

       Keringat dingin mengucur dari kening Zaver mendengar pertanyaan Angeline. Tangannya gemetar memikirkan cara apalagi yang bisa ia lakukan.

       Lalu, tanpa terlihat oleh ketiganya, Darko melemparkan beberapa jarum dengan teknik lemparan jitu yang ia pelajari dari para master bela diri.

        Digabungkan dengan teknik akupuntur yang ia kuasai, kedua teknik itu menjadi sangat berguna di situasi sekarang ini.

        Lemparan-lemparan jarum yang diambil dari saku bajunya itu mengenai target dengan tepat sasaran.

       Seketika, wajah Abimayu menjadi sedia kala. Nafasnya mulai lancar dan tubuhnya tak lagi tegang. Namun, kondisinya masih belum siuman.

       Zaver yang menyadari itu seketika memasang wajah terkejut. Ia tak melakukan apa-apa, bahkan ia hampir saja membunuh Abimayu karena salah menekan pembuluh darah yang seharusnya.

       Tapi, kenapa kondisi Abimanyu tiba-tiba berubah drastis?

       Pertanyaan itu tak hanya ditanyakan oleh Zaver, melainkan juga Angeline.

       Lalu, sebelumnya, ia melihat tangan Darko bergerak-gerak, seakan melemparkan sesuatu, tapi melemparkan apa?

       Keduanya diliputi kebingungan. Lalu, Zaver berdiri seakan-akan ia yang menyembuhkan Abimanyu, menatap Rosa dengan berbinar.

       "Nyonya, tuan Abimanyu sudah saya sembuhkan. Kita tinggal menunggu saja kondisinya pulih kembali."

       Rosa yang begitu senang langsung memeluknya.

       "Wah, Nak Zaver memang hebat! Andai saja aku memiliki menantu seorang dokter hebat sepertimu. Pasti keluarga ini akan selalu sehat!"

       Zaver hanya tersenyum. Baginya, tak apalah mengakui sesuatu yang bukan kinerjanya. Toh, tadi ia yang terlihat menangani Abimayu, jadi keluarga ini pasti percaya-percaya saja.

Zaver tersenyum bangga atas hal yang bukan ia lakukan.

        “Sungguh tidak tahu diri!”

Darko yang tersenyum sinis pun menatap Zaver dengan tajam.

        "Mengakui hasil kerja orang lain? Begitukah kinerja dokter masa kini?"

Comments (3)
goodnovel comment avatar
MN Rohmadi
ikuti Menantu sang Jendral Besar s2
goodnovel comment avatar
MN Rohmadi
terimakasih atas support nya
goodnovel comment avatar
Endang Raslina
bagus dan menarik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status