Share

Menantu sang Jendral Besar
Menantu sang Jendral Besar
Author: MN Rohmadi

Bab 1 BERTEMU WANITA YANG DI JODOHKAN

      Seorang pria muda dengan pakaian lusuh dan sederhana menuruni tangga, di sambut tatapan penghormatan yang hebat. Orang awam pasti akan terheran-heran dengan penyambutan yang begitu megah ini.

      "Jendral Darko, silahkan menjalani masa senggang anda," ucap seorang Jendral berperawakan tegap ke seorang pemuda yang membalasnya dengan anggukan.

      Pakaian militer yang dipakai pemuda tersebut begitu lusuh seperti pakaian yang telah disimpan bertahun-tahun. Langkah pemuda ini sangat tegap, matanya menatap kedepan dengan tajam. Tubuhnya tidak terlalu besar akan tetapi aura yang dipancarkan membuat siapapun yang ditatap akan menundukkan wajahnya.

     "Terimakasih, sudah lama saya tidak merasakan suasana damai seperti ini," sahut Darko sambil tersenyum kemudian dia menerawang seraya membuka dompetnya, sebuah foto wanita terpampang di sana.

      Pemuda berpakaian kumal ini adalah seorang Jendral besar yang sangat disegani di negara itu. Jendral besar ini bernama Darko Mangkusadewo, seorang tentara yang telah berjasa sangat besar bagi negara Nusantara. Meskipun masih sangat muda, namun prestasinya tidak ada yang bisa menyamainya.

      Sejak bergabung di militer di usia yang sangat dini, Darko selalu di garis depan. Dengan pedang di tangannya ratusan ribu prajurit musuh mati di tangannya. Darko berjalan dengan penuh mendominasi meskipun pakaian yang dikenakannya begitu sederhana dan kumal.

      Sebuah tas ransel berada di punggungnya, tas ransel ini juga sama kumalnya dengan pakaian yang dia kenakan.

      Di belakang pemuda dua puluh tahunan ini terlihat sepuluh pria berwajah tegas dengan pakaian militer yang di penuhi bintang di bahunya mengiringi hingga tangga kapal.

      Sebagai anak angkat seorang Jendral terkenal, George Mangkusadewo, Darko telah menjalani program militer sejak kecil.

       Hal ini membuatnya memiliki kemampuan militer lebih dini daripada prajurit lainnya, sehingga dia dengan mudah menapaki tangga militer lewat ratusan perang yang dia jalani dan ratusan kemenangan yang dia dapatkan.

       Namun hal ini tidak membuatnya membusungkan dada pada prajurit lain. Bahkan, sebagai anak seorang Jendral terkenal, ia terkenal sederhana dan tidak mengagumi kemewahan.

       Sejak saat itu, dia menjadi sangat terkenal dan populer di kalangan prajurit sebagai role model. Namun pencapaiannya ini hanya diketahui orang-orang kemiliteran saja.

     Darko membalas penghormatan puluhan ribu prajurit yang menyambutnya turun dari kapal perang. Dia berhenti sejenak dan mengangkat tangannya di depan kening, sambil kepalanya berputar menatap kearah prajurit yang sedang memberi hormat pada dirinya.

     Kedatangannya ke kota Mandiraja tak lain untuk memenuhi sebuah perjodohan yang dilakukan padanya oleh kedua orang tuanya dan kakek Wibisono.

     Perjodohan ini di lakukan saat dia berusia sepuluh tahun dan sekarang dia sudah cukup usianya untuk melaksanakan akad perjodohan yang diatur para orang tua.

      Kakek Agung Wibisono sebelumnya adalah bawahan ayah angkatnya dan karena keakraban serta untuk menjalin silaturahmi lebih erat kedua orang tua ini menjodohkan Darko dan Angeline sebagai cucu kakek Agung Wibisono.

      Darko sama sekali belum tahu kalau kakek Agung Wibisono sudah meninggal dunia, dia datang ke kota Mandiraja juga sebagai bentuk penghormatan kepada kedua orang tua angkatnya yang sudah merawatnya sejak kecil dan memungutnya dari panti Asuhan Aisyah.

      Selain itu, Darko juga hendak menyelidiki sebuah persekongkolan jahat beberapa Jenderal yang hendak memberontak. Sebagai Jenderal yang ditakuti, Darko adalah orang paling tepat untuk menumpasnya!

      Saat baru saja keluar dari pintu dermaga, Darko mendengar suara  jernih memanggil namanya.

      “Kak Darko…?”

       Suara jernih terdengar di telinga Darko, dia menatap wanita muda di depannya dengan tatapan curiga.

       “Iya, Saya Darko. Anda siapa?”

       “Jadi kamu yang akan menjadi calon suamiku?”

       Darko mengernyitkan dahinya mendengar kata-kata wanita itu.

       “Kak Darko, aku Angeline cucu kakek Agung Wibisono,” sahut Angeline dengan sedikit risih.

       Matanya menguliti Darko dari bawah sampai atas. Dia seakan tak menyangka pria yang akan dijodohkan padanya adalah pria dengan pakaian sederhana seperti ini.

       Dari nada Angeline, Darko bisa merasakan getaran aneh yang menggambarkan suasana hatinya.

       Setelah saling memperkenalkan diri, keduanya pun langsung pergi dari pangkalan militer tersebut. Angeline tidak tahu bahwa sebelumnya Darko di sambut dengan gegap gempita oleh ribuan prajurit di dalam pangkalan militer tersebut.

       Sepintas Darko bisa melihat, kalau di balik foto 5R yang di pegang Angeline ada nama dan tanggal serta waktu dia datang ke kota Mandiraja setelah berperang di garis depan perbatasan negara Nusantara.

       Memang kakek Agung Wibisono sebelum meninggal, sudah memberi wasiat dan pesan kepada Angeline untuk menjemput Darko di pintu pelabuhan militer ini, semua tertulis jelas hari, tanggal dan waktunya.

      Saat mereka berjalan menuju mobil Angeline, semua orang menatap mereka berdua dengan tatapan aneh. Bagaimana tidak, seorang perempuan cantik dengan pakaian yang stylish berjalan beriringan dengan pria muda dengan pakaian kumal dan agak kebesaran.

      “Lihat pria itu, kenapa dia bisa berjalan berbarengan dengan wanita muda yang cantik itu?”

     “Paling-paling pria itu hanya pembantunya.”

     “Walaupun hanya pembantu, seharusnya pria itu juga menjaga harga diri majikannya dengan berpakaian yang lebih bagus.”

       Darko mendengar perkataan orang-orang yang mencibirnya itu dengan tenang dan tetap berjalan tanpa menggubrisnya.

      Dijelaskan bagaimanapun, orang-orang itu tetap akan percaya siapa dia sebenarnya.

      “Seharusnya sebelum bertemu denganku, kak Darko bisa cari pakaian yang pantas. Jangan membuatku malu,” ucap Angeline tanpa menatapnya.

       Darko hanya tersenyum kecut. Padahal, pakaian yang dia kenakan ini adalah tanda kebesarannya di militer. Sayangnya tidak semua orang mampu menilai hal tersebut kecuali orang-orang militer itu sendiri.

       “Mau kemana kita, Angeline?” Darko bertanya tanpa menatap Angeline.

       “Tentu saja bertemu dengan ayah ibuku. Aku ingin menunjukkan jika aku lebih memilih menikahi pria pilihan kakek, daripada dijodohkan dengan pria pilihan mereka hanya demi uang.”

       Darko tidak menjawab, di satu sisi dia paham wanita di sampingnya dihadapkan pada pilihan sulit.

       Darko duduk diam di samping kursi pengemudi, sementara itu Angeline mengemudikan mobilnya dengan diam. Hatinya sangat kesal dan ada sedikit penyesalan, kenapa dia harus menerima perjodohan dengan pemuda miskin ini.

      Akan tetapi Angeline tidak punya pilihan, karena kalau dia tidak memilih Darko maka dia akan dijodohkan dengan pria tua dari keluarga Bagyono. Perjodohan ini diatur pamannya, Rinto Wibisono sebagai kepala keluarga Wibisono setelah meninggalnya kakek Agung Wibisono.

       Mobil yang dikendarai mereka berdua berhenti di sebuah gedung perkantoran. Angeline kemudian mengajak Darko untuk masuk ke dalam kantor pemerintahan ini.

       Ternyata tujuan Angeline datang ke kantor Catatan Sipil ini adalah untuk mendaftarkan pernikahan mereka. Pernikahan ini adalah senjata bagi Angeline untuk menolak perjodohan yang diatur paman Rinto dan neneknya.

       Darko hanya tersenyum simpul mengetahui kelakuan Angeline, dia hanya menurut saja. Apalagi memang mereka sudah dijodohkan sejak kecil. Proses pernikahan mereka berlangsung cepat, karena semua data administrasinya sudah dilengkapi Angeline.

       Setelah melaksanakan pencatatan pernikahan, Darko mengikuti Angeline lagi seperti sapi potong yang dicocok hidungnya.  Mobil yang dikemudikan Angeline melaju dengan kencang, tak lama kemudian mobil pun berhenti sesampainya di sebuah rumah cukup mewah.

       Orang tua Angeline sudah menunggu anak perempuannya dengan panik karena tiba-tiba anak gadisnya menghilang beberapa jam sebelumnya dan ponselnya tidak dapat dihubungi.

       Angeline kemudian mengajak Darko masuk ke dalam rumah untuk bertemu dengan kedua orang tuanya.

       Saat ini Abimayu dan Rossa sedang duduk santai di ruang keluarga sambil menonton televisi ketika mendengar suara Angeline.

       “Ibu, ayah, perkenalkan ini kak Darko, suami Angeline.”

       “Apa? kamu menghilang dan kembali dengan membawa pria asing ini?! Kau bilang apa? suamimu?!”  bentak Abimanyu Wibisono ayahnya Angeline dengan wajah tak percaya menatap kearah anak gadisnya..

       Abimayu seperti disambar petir. Bagaimana bisa anak perempuan yang akan di jodohkannya dengan seorang konglomerat kaya, tiba-tiba membawa pria yang disebut sebagai suaminya.

     “Angeline! Kamu tahu akibatnya jika kamu tidak menikah dengan keluarga konglomerat itu? keluarga kita akan di habisi oleh mereka!”

      Abimayu kembali berkata dengan wajah memerah dan nafasnya memburu, emosinya seketika meledak. Sedari tadi pagi mereka sedang menunggu Angeline untuk bersiap menghadiri acara di hotel bintang lima melaksanakan pernikahan dengan tuan Norman Bagyono.

      “Tuan, bukan maksud saya menyela, tapi…” Darko coba menenangkan situasi akan tetapi Abimayu langsung memotong perkataannya.

       “Tapi apa?! Pria dengan pakaian kumal dan miskin sepertimu memangnya tahu apa?”

        Darko menyimak, kepalan tangannya memunculkan urat-urat di sekitar pergelangan tangannya.  Akan tetapi dia segera sadar, kalau sekarang bukan berhadapan dengan musuh di medan perang. Darko segera menenangkan diri, kalau saja perjodohan ini tidak diatur oleh orang tua angkatnya tentu dia tidak akan sudi.

       Selama ini tak ada yang pernah membuatnya sekesal ini. Dan pria paruh baya di depannya ini baru saja membuatnya marah.

       “Ayah, cukup! Darko merupakan laki-laki yang dijodohkan padaku oleh…”

       Prang…!!

Sebelum Angeline membela Darko dan keputusannya menikah dengannya, terdengar suara gelas pecah.

      Gelas teh yang ada di atas meja seketika pecah dibanting Abimayu, dia sangat marah mendengar pengakuan anak perempuan satu-satunya ini.

       “Ibu, lihat apa yang dilakukan anak perempuanmu ini. Apa ini bukan namanya anak durhaka yang akan membunuh kita di hadapan kak Rianto?!”

Wajah istrinya langsung memancarkan wajah ketakutan!

Mga Comments (12)
goodnovel comment avatar
MN Rohmadi
ikuti Menantu sang Jendral Besar s2
goodnovel comment avatar
MN Rohmadi
ikuti Menantu sang Jendral Besar s2
goodnovel comment avatar
MN Rohmadi
ikuti Menantu sang Jendral Besar s2
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status