Share

Bab 3 DI TUDUH DOKTER DUKUN

       Perkataan Darko membuat Zaver menegang. Apakah pria lusuh ini tahu sesuatu?

       "Apa maksudmu hah?! Jelas-jelas tadi Zaver yang menyelamatkan ayah. Kau sejak tadi kan hanya diam saja!" bentak Rosa kesal.

        Darko hanya tersenyum kecil. Ia menatap Angeline yang sedari tadi seakan 'menyelidiknya'.

       "Kau tahu apa memangnya dukun? Pakaianmu yang lusuh itu sudah mencerminkan pengetahuanmu, kamu tahu itu tidak?!"

        Zaver yang terpancing langsung menyerangnya. Ia tak mau momentumnya dirusak oleh pria miskin di depannya ini.

       "Bukan begitu, aku tadi hanya melihat kau menekan-nekan titik-titik yang tidak jelas. Jadi, menurutku tuan Abimayu pulih bukan karena apa yang kau lakukan!"

       Mendengar perkataan Darko, wajah Zaver memerah. Bagaimana pria miskin ini tahu apa yang terjadi sebelumnya? Apa dia memahami teknik kedokteran?

       "Kak Darko, aku tadi melihatmu..."

        Belum sempat Angeline menyelesaikan pertanyaannya, tiba-tiba dari pintu muncul beberapa keluarga besar Wibisono.

       "Bagaimana keadaan anakku? Apakah dia baik-baik saja!"

        Tiba-tiba seorang nenek tua, ditopang beberapa laki-laki, muncul dari balik pintu masuk rumah itu.

       Pada saat semua orang tengah menangani dan fokus pada Abimayu, Rosa menelpon mertua dan keluarga besarnya untuk datang dan melaporkan keadaan Abimanyu.

       Rosa pun langsung memeluk mertuanya itu seraya sesenggukan.

       "Nenek, selamat datang...Ayah sudah pulih, dia hanya butuh istirahat."

       "Syukurlah kalau begitu, aku tadi meminta paman Rinto untuk cepat-cepat sampai. Aku takut tak sempat bertemu anakku itu! Siapa yang menyelamatkannya?"

       Zaver pun berdehem, dia langsung maju satu langkah dan memperkenalkan diri.

       "Nyonya besar, saya Zaver, dokter keluarga ini. Tadi saya cukup kesulitan menangani tuan Abimayu, namun akhirnya saya bisa memulihkannya."

       Semua orang memandang Zaver dengan antusias. Seorang penyelamat keluarga Wibisono!

       Setelah mendapatkan puja-puji yang tak seharusnya ia terima, Zaver pun undur diri dari sana. Sekali lagi, ia menatap Angeline yang menghindari kontak mata dengannya.

       Darko hanya menatapnya dengan jijik. Pria yang mengaku-ngaku itu tidak punya potensi sama sekali menjadi seorang dokter!

       Abimanyu yang sudah dipindahkan ke sofa masih belum sadarkan diri. Namun, nafasnya sudah normal dan hanya menunggunya pulih kembali.

       Setelah Zaver pergi, Angeline pun langsung menyalami neneknya itu dengan takzim. Begitu juga Zaver, yang padahal hanya dokter keluarga tersebut.

       Widya Martono adalah neneknya Angeline, setelah menikah dengan Agung Wibisono maka secara otomatis sekarang nama panggilannya adalah nyonya besar Wibisono.

       Nyonya Wibisono atau neneknya Angeline sebenarnya sangat sayang kepadanya, dikarenakan dia merupakan cucu wanita satu-satunya dan juga cucu kesayangan almarhum  Agung Wibisono.

       Dikarenakan bujukan anak sulungnya yang bernama Rinto Wibisono, sehingga nyonya besar menyetujui sarannya untuk memutuskan perjodohan yang dilakukan almarhum Agung Wibisono dengan seseorang dari ibu kota negara.

       Dan sejauh  ini mereka juga tidak tahu serta belum mendapatkan kabar lebih lanjut dari calon besannya hingga Agung Wibisono meninggal. Akhirnya Widya menyetujui saran anak sulungnya.

        Tentu saja Angeline yang sangat menyayangi almarhum kakeknya sama sekali tidak setuju dengan rencana keluarganya. Meskipun dia belum pernah bertemu dengan pria yang dijodohkan oleh kakeknya, akan tetapi dia juga sudah melihat wajah calon suaminya dari foto yang di berikan oleh Almarhum Agung Wibisono.

        Darah patriotik dan ketegasan seorang tentara menurun di tubuh Angeline dari kakeknya, membuat pemikirannya sangat tegas serta menjunjung tinggi janji yang sudah di ikrarkan.

       Sesampainya di Rumah Abimayu seluruh anggota keluarga sudah berkumpul. Semua orang memandang ke arah Angeline yang hanya menunduk dari tadi.

       Melihat cucu perempuan satu-satunya yang cantik menyalaminya, Widya tersenyum lebar dan langsung mengusap rambutnya.

       “Kamu kelihatan tambah cantik saja? Cucu nenek memang  anak yang baik.”

        Nyonya Widya memuji kecantikan Angeline, seketika semua orang pandangannya fokus ke arahnya.

        Wajah penuh dengan kemenangan dan kebahagiaan tergambar jelas di wajah keluarga Wibisono. Hanya Rosa Widodo, ibunya Angeline yang terlihat datar melihat kearah Angeline.

        Darko sengaja berdiri tak jauh dari mereka, dia tidak langsung datang memperkenalkan diri. Memperhatikan semua anggota keluarga Wibisono dari kejauhan.

        “Jangan lupa nanti malam acara pertunangan kamu di hotel Shantika, kamu harus tampil yang cantik. Jangan buat malu nenek dan keluarga kita,” ucap nyonya besar Wibisono sambil memegang kedua tangan Angeline.

        Angeline tidak menjawab perkataan nyonya besar, dia hanya menundukkan kepalanya dan matanya menatap lantai keramik berwarna putih di bawahnya.

       Jantung Angeline berdebar sangat kencang, tentu saja dia tahu tujuan ucapan nyonya besar. Dikarenakan hal inilah dia sudah membulatkan tekad untuk menikah tanpa disaksikan keluarganya dengan Darko.

       “Nenek, saya tidak bisa datang…”

       Angeline berkata dengan lirih sambil menundukkan kepalanya, dia sama sekali tidak berani menatap wajah nyonya besar yang ada di hadapannya.

       “Apa yang kamu katakan?”

   Angeline terdiam mendengar cecaran neneknya itu.

        “Apa yang kamu katakan?! Kamu sekali-kali jangan pernah membuat malu keluarga Wibisono!”

Mendengar perkataan pamannya itu, Angeline langsung menatap neneknya.

        “Nenek apa lupa dengan pesan kakek sebelumnya?”

        “Pesan kakek? Memangnya kakek pernah pesan apa?”

        "Kakek telah menjodohkanku dengan pria pilihannya!"

       Nyonya besar nampak tertegun untuk sesaat, kemudian menatap ke arah Rinto yang tak jauh darinya, saat Angeline mengingatkan perjodohan itu, tentu Rinto juga mendengarnya.

       Bahkan Rinto sangat tahu dengan perjodohan yang diatur almarhum tuan besar Agung Wibisono, hanya saja dia sangat serakah dan ingin memanfaatkan keponakannya demi keuntungannya sendiri.

       “Nenek, nenek tahu sendiri betapa sayangnya kakek semasa hidupnya terhadap Angeline. Apa nenek ingin Angeline menjadi cucu yang durhaka dan mengingkari perjodohan yang sudah di atur kakek? Bagaimana marahnya kakek di surga saat mengetahui Angeline tidak menuruti apa yang sudah beliau atur untukku.”

       Angeline menatap wajah nyonya besar setelah mengingatkan akan pesan almarhum kakek Agung Wibisono.

       “Sudahlah kalau kamu memang ndak mau dengan perjodohan yang diatur Rinto,” ucap nyonya besar setelah terdiam untuk beberapa saat sambil melirik kearah anak sulungnya.

        Wajah  Rinto seketika menggelap mendengar perkataan nyonya besar, dia tahu selain keuntungan yang sudah di depan mata akan hilang, dia juga akan di maki oleh Boss Norman Bagyono yang dijodohkan dengan Angeline.

       “Rinto! Kamu batalkan acara nanti malam, tunggu hingga Angeline bersedia membatalkan perjodohan yang diatur kakek Agung.”

       Angeline nampak tertegun mendengar ucapan nyonya besar Widya kepada paman Rinto. Dia sama sekali tidak mengerti, kenapa nyonya besar berkata seperti itu.

      Sementara itu Rinto yang mendengar perintah nyonya besar untuk sesaat menjadi bingung, dia tidak mengerti kenapa nyonya besar malah memerintahkan dirinya untuk membatalkan acara pertunangan nanti malam.

       Akan tetapi setelah di perhatikan perkataan nyonya besar, dia seketika itu juga tahu, kalau  di balik perintah itu nyonya besar juga masih mengharapkan perjodohan yang diatur dirinya.

       “Baik bu, saya akan membatalkan reservasi hotel dan mengabari keluarga Bagyono,” sahut Rinto dengan wajah murung, meskipun dia sedikit kesal dengan penolakan Angeline akan tetapi dia tidak berani menampakkannya di hadapan nyonya besar.

       Lalu, tiba-tiba Angeline langsung berjalan menghampiri Darko. Pria yang sejak tadi tak digubris sama sekali oleh keluarga itu.

       “Nenek, perkenalkan. Ini kak Darko, suami Angeline."

        Suara Angeline nampak bergetar, dia sedang menguatkan diri untuk menghadapi kemarahan nyonya besar dan keluarganya. Karena pria yang dia pilih ternyata tidak selevel dengan keluarga mereka.

        Benar saja seperti dugaannya, wajah semua orang langsung terlihat keruh. Apalagi wajah nyonya besar kini terlihat menggelap menahan amarah.

       “Siapa?!!... Suami kamu…?!”

Komen (3)
goodnovel comment avatar
MN Rohmadi
ikuti Menantu sang Jendral Besar s2
goodnovel comment avatar
MN Rohmadi
terimakasih atas support nya
goodnovel comment avatar
Irene Dicke Sohilait
Nga sabar baca lanjut tp ngantuk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status