Kebetulan makananku dipiring belum habis dan aku berniat menghabiskannya. Tetapi, baru saja ingin menyuap potongan daging ayam goreng ke mulutku, tangan Zenith sudah berada dipiringku dan langsung mengambil ayam goreng lalapanku.
"Zenith, itu kan makananku!" Seruku karena terkejut Zenith tiba - tiba langsung mengambil ayam gorengku."Minta, punyaku sudah habis!" Ucap Zenith tanpa merasa bersalah, dan langsung melahap habis potongan ayam goreng didepanku."Hahaha," Sementara ibu tertawa dengan renyah melihat sikap Zenith.Harusnya ia memarahi anaknya karena perilakunya yang tidak sopan, tetapi dia malah memaklumi sikap Zenith dan menganggapnya lucu.Mas Zidan kulihat ia pasrah dengan kelakuan adiknya yang sangat luar biasa itu."Hum, kamu pesan aja lagi ya sayang?" Tanya Mas Zidan sambil mengelus lembut kepalaku."Tidak Mas, aku sudah kenyang!" Jawabku dengan penuh penekanan sambil menatap sinis ke arah Zenith."Jadi orang itu jangan pelit, baru ayam aja diambil langsung marah - marah ngambek!" Ucap Ibu menyinggungku.Aku hanya terdiam dan berusaha tidak melawan, karena jika aku berdebat dengannya juga akan sia - sia.Perutku sebenarnya masih keroncongan, karena aku sama sekali belum menyentuh ayamku itu, hanya memakan sayurnya saja dengan nasi panas. Ketika baru mau mencubit ayamku dan memasukkannya ke mulut, tangan Zenith sudah lebih dulu merampasnya. Sungguh sangat menyebalkan.Moodku seketika hancur. Impian makan berdua romantis dengan suamiku gagal total!"Kamu, tidak apa - apa sayang?" Tanya Mas Zidan karena ia melihatku terdiam saja menghayal.Aku dengan cepat menggelengkan kepalaku dan mengatakan bahwa aku baik - baik saja.Akhirnya, aku dengan terpaksa hanya memakan nasi dan kuah sayur bening saja, tanpa lauk tambahan. Aku bisa saja memesannya kembali tapi moodku sudah hancur gara - gara si Zenith."Ah, enak banget rasanya ditraktir makan enak sama kakakku tersayang, saranghaeyo kak," Zenith mengambil video dan merekam kakakku dan menguploadnya di aplikasi stagram.Apakah dia juga merekamku? Tentu tidak saudara - saudara! Dia hanya tertawa kecil melihatku, seperti sedang menyindirku. Ingin rasanya kuremas - remas gadis itu karena emosiku yang memuncak.Sehabis makan, kami pun singgah ke swalayan untuk membeli kebutuhan bahan - bahan makanan di rumah, karena tadi pagi sudah habis. Ibu dan Zenith dengan sigap langsung berjalan terlebih dahulu masuk ke swalayan dan mengambil kereta belanja sendiri, sedangkan aku dan Mas Zidan berada jauh dibelakang tertinggal."Mas, adik kamu kok gitu sih?" Protesku kepada Mas Zidan karena sikap adiknya yang sangat tidak sopan itu."Hehe, kamu maklum aja ya sayang. Dia memang begitu dari dulu," Jawab Suamiku sambil tersenyum.Aku kembali menorehkan wajah cemberutku karena tidak terima kalau suamiku memaklumi sikap adiknya yang sangat usil itu. Usianya sudah enam belas tahun tapi tingkahnya seperti bocah SD umur sepuluh tahun."Jangan cemberut sayang, silahkan kamu pilih makanan kesukaan kamu sepuasnya!" Ujar Mas Zidan suamiku.Tak apalah jika adiknya menyebalkan, yang penting kakaknya sayang kepadaku.Aku sama sekali tidak melihat lagi keberadaan Ibu dan Zenith, perasaanku berkata bahwa mereka berdua sedang sibuk mengitari swalayan ini dan ku pastikan kereta belanjanya pasti penuh!Sementara aku dan Mas Zidan, hanya membeli yang kami butuhkan saja ditambah stok bahan - bahan makanan di dapur. Aku mengambil bebera buah dan sayur, kemudian daging ikan, ayam, dan juga daging sapi. Tidak lupa berbagai macam perbumbuan tak luput dari pengejaranku.Setelah stok makanan sudah diambil, aku kini ingin jajan beberapa snack. Kuambil beberapa batang coklat dan permen. Begitu juga Mas Zidan yang mengambil dua kotak es krim saja. Begitu kami mau menuju ke kasir, tiba - tiba Zenith dan ibu langsung muncul dibelakang kami.Kulihat barang belanjaan mereka yang sangat banyak, ada baju, tas, celana, dan berbagai macam snack serta minuman berkemasan. Tidak ada sama sekali kulihat ia mengambil bahan - bahan makanan untuk keperluan dapur. Mereka hanya mengambil yang mereka mau."Wah, belanjanya banyak sekali bu," Ucapku yang melihat kereta belanjanya yang sangat penuh dengan benda - benda yang tidak penting."Suka - suka saya dong! Anakku kan yang bayar ini semua!" Jawab Ibu Mertuaku dengan ketus.Aku langsung terdiam dan kembali fokus kedepan karena sudah hampir giliranku membayar dikasir."Hehe, tak apa sayang. Biarkan saja!" Tutur Mas Zidan sambil menoleh kebelakang.Aku memutar kedua bola mataku dengan malas, jika mereka mengambil sesuai kebutuhannya, aku tidak akan marah! Tetapi ini, mereka hanya berfoya - foya menghambur - hamburkan uang suamiku!"Totalnya semua lima ratus ribu delapan puluh lima rupiah kak," Ucap sang kasir kepadaku.Suamiku dengan sigap langsung mengeluarkan uang cash dari dalam dompetnya dan memberikannya ke kasir."Terima kasih kak," Ucap kasir itu denga ramah.Tiba giliran Ibu dan Zenith membayar belanjaannya. Aku penasaran berapa totalnya."Semuanya tiga juta delapan ratus sembilan puluh lima ribu rupiah kak," Ucap sang kasir.Hatiku bagai tercabik - cabik, uang sebesar tiga juta lebih bisa hangus dalam waktu sekejap? Sungguh luar biasa.Suamiku mengeluarkan kartu ATM nya untuk membayar total belanjaan Ibu dan adiknya."Terima kasih kak," Ucap sang kasir sambil tersenyum ramah.Aku sengaja menarik lengan Mas Zidan untuk berjalan terlebih dahulu."Mas, itu tidak apa - apa kalau ibu belanja sebanyak itu?" Tanyaku sambil berbisik kepada suamiku."Ya tidak apa - apa sayang kalau cuma sekali - sekali!" Jawab Suamiku dengan enteng.Bukan dibilang pelit, aku hanya mempertimbangkan kebutuhan dimasa mendatang. Apalagi aku dan Mas Zidan sedang dalam program menabung untuk membeli rumah kami berdua."Apa itu uang tabungan Mas yang Mas pakai untuk bayar belanjaan ibu dan Zenith?" Tanyaku kembali."Ya terpaksa aku menggunakan tabungan kita sayang, soalnya Mas tidak punya uang cash sebanyak itu," Jawab Suamiku.Aku hanya bisa menghela nafas dan menghembuskannya dengan kasar."Kak, bantuin ibu bawa barang belanjaan dong!" Teriak Zenith dari belakang.Suamiku yang cekatan ini langsung menuruti permintaan adiknya dan membawa beberapa barang belanjaan mereka. Kulihat suamiku yang setengah mati membawanya dan wajahnya terlihat lelah.Kami berjalan menuju ke parkiran dan memasukkan barang belanjaan ke dalam mobil.Setelah semua sudah siap, Suamiku langsung mengemudikan mobil pulang kembali ke rumah.Sesampainya di rumah, terlihat Kak Rony anak nomor dua sekaligus kakak suamiku yang sedang menghisap rokok di teras rumah."Wih, ada yang dari belanja nih," Ucap Kak Rony kepada Mas Zidan."Hehehe, Iya Rony," Jawab Suamiku sambil tersenyum kecil.Begitu sampai, aku langsung menaruh semua barang belanjaan di dapur lalu menuju ke kamar untuk mengganti baju."Uh, lelah sekali rasanya," Keluhku sambil menghamburkan diri di atas kasur.Suamiku langsung datang dan memijat kakiku. Aku langsung tertawa geli karena merasa geli "Hentikan Mas, hahaha," Ucapku diiringi gelak tawa.Mas Zidan kembali memijatku dan kini menggelitik ku. Aku memberontak melepaskan diri tetapi Mas Zidan menahanku dan terus menggelitikku.Kami berdua tertawa bahagia bersama."Hahaha sudah ya sayang, Mas capek!" Seru Suamiku sambil langsung berbaring disebelahku.Aku langsung mencubit hidung suamiku dengan gemas dan langsung mengganti baju. Setelah itu, aku beranjak masuk ke dalam kamar mandi untuk menghapus riasan yang ada diwajahku.Kulihat suamiku sudah tertidur lelap diatas kasur tanpa mengganti bajunya.Aku menggeleng - gelengkan kepala melihat tingkah suamiku lalu berjalan keluar kamar menuju ke dapur untuk mengatur barang belanjaan sekaligus mengambil coklat dan beberapa snack milikku.Saat aku tiba di dapur, aku melihat plastik belanjaan yang sudah acak - acakan dan tidak menemukan coklat dan snack milikku."Siapa yang sudah mengambil coklat milikku?!"Aku menggeleng - gelengkan kepala melihat tingkah suamiku lalu berjalan keluar kamar menuju ke dapur untuk mengatur barang belanjaan sekaligus mengambil coklat dan beberapa snack milikku.Saat aku tiba di dapur, aku melihat plastik belanjaan yang sudah acak - acakan dan tidak menemukan coklat dan snack milikku."Siapa yang sudah mengambil coklat milikku?!" Teriakku dari arah dapur."Ada apa sih teriak - teriak?" Tiba - tiba Ibu langsung keluar dari kamarnya dan menghampiriku.Aku langsung menunjukkan plastik belanjaanku yang sudah terlihat berantakan dan mengatakam kalau cemilanku tidak ada."Mungkin kamu salah simpan!" Ucal Ibu dengan sangat yakin. "Bu, aku langsung menyimpan barang belanjaan disini sebelum masuk ke kamar mengganti baju! Bagaimana bisa aku salah simpan?" Jawabku dengan mantap."Sudah, ikhlaskan saja! Itu kan cuma makanan biasa," Tutur Ibu mertuaku sambil berlalu meninggalkanku sendirian yang masih berdiri mematung.Menyebalkan sekali! Kini cemilanku pun raib dicuri
Aku segera membukanya lebar dan melihat dompetku kosong. Padahal sebelum aku tidur, masih ada tersisa uang sebesar empat ratus ribu rupiah lebih didalam dompetku."Mas, uangku hilang!" Seruku.Mas Zidan yang saat itu sudah berada di ambang pintu dan hampir keluar dari kamar, langsung menghampiriku."Bagaimana bisa sayang?" Tanya Mas Zidan yang juga sama terkejutnya denganku."Tidak tau Mas, aku sangat ingat tadi melihat isi dompetku masih ada uang sebesar empat ratus ribu rupih lebih mas," Jawabku dengan sangat yakin."Loh, kok sisa empat ratus dek? Bukannya ada sekitar satu juta uangmu?" Tanya Mas Zidan kembali dengan raut wajah terheran - heran.Aku pun menceritakan semuanya kepada Mas Zidan tentang paket Ibu yang kubayarkan siang tadi."Kenapa tidak bangunkan aku dek? Mas saja yang bayarkan Ibu!" Ucap Mas Zidan sambil menatap dompetku yang hanya tersisa uang dua ribu rupiah.Aku mengaku kalau merasa tidak enak jika harus membangunkan Mas Zidan, jadi aku berinisiatif membayarkan Ibu
Aku butuh ketenangan agar terhindar dari segala amarah dan caci maki di rumah ini, jika terus - terusan begini aku bisa stress."Aku akan memberitahu Mas Zidan sebentar," Gumamku dalam hati.Baru saja aku ingin melangkahkan kaki masuk ke kamar mandi, tiba - tiba terdengar suara Ibu mertuaku yang berteriak dari luar kamar sambil menggedor - gedor pintu dengan keras."KAHIYANG, BUKA PINTUNYA!!!" Teriak Ibu dari luar."Astaghfirullah, ada apa lagi ini?" Gumamku dalam hati.Lekasku melangkahkan kaki menuju ke pintu dan membukanya."Ada apa bu?" Tanyaku dengan sopan."Kamu tuh ya, mantu kurang ajar! Pasti kamu yang mengadu di suami kamu kalau aku yang mencuri uangmu!" Bentak Ibu dengan suara yang menggelegar.Segera aku membela diri dan mengatakan bahwa aku hanya mengadu jika uangku hilang, tetapi tidak menuduh ibu sebagai pelakunya, tetapi tetap saja Ibu bersikeras bahwa aku menuduhnya sebagai pencuri."Astaghfirullah, tidak bu ... Ibu hanya salah salah paham!" "Lantas jika Ibu bukan pen
Pertanyaan demi pertanyaan memenuhi pikiranku hingga membuatku pusing sendiri. Apalagi mengingat perkataan Ibu yang mengatakan bahwa Mas Zidan sempat menolak untuk menikahiku karena ia sudah punya kekasih."Astaghfirullah,""Astahgfirullah,""Astaghfirullah,"Aku cepat beristighfar agar pikiranku menjadi tenang kembali.Tetapi, sebagai seorang perempuan aku pasti merasa cemburu karena aku sudah mencintai Mas Zidan. Tiba - tiba saja, mulut ini terbuka dan melontakan pertanyaan yang menjadi privasi Mas Zidan."APAKAH MAS ZIDAN DAHULU MEMPUNYAI KEKASIH DAN MASIH MENCINTAINYA SAMPAI SEKARANG?" Tanyaku dengan suara pelan.Mas Zidan yang sebelumnya pandangannya lurus kedepan, kini menoleh kepadaku dengan rautw wajah yang penuh kebingungan."Apa? Maksud kamu apa? Kamu tuduh aku berselingkuh?" Tanya Mas Zidan kembali."Bu -- bukan, bukan seperti itu Mas, hanya saja aku cuma mau tau," Jawabku dengan gugup.Dapat kulihat raut wajah Mas Zidan berubah, sepertinya ia tidak suka jika aku bertanya
Perlahan, aku membuka pintu dan tidak melihat Mas Zidan di kamar, rupanya ia sedang berada di toilet.[Drrt][Drrt]Kudengar suara ponsel Mas Zidan yang bergetar diatas nakas. Lekas aku penasaran dan meraih ponsel Mas Zidan.Mataku seketika membulat kala melihat sebuah pesan mesra yang tertampil dilayar ponsel Mas Zidan, meskipun ponselnya dikunci.[Sayang, hari ini kita jadi check - in di hotel kan?]"Astaghfirullah, apa - apaan ini?" Ucapku yang sangat terkejut melihat pesan mesra di ponsel suamiku."Siapa wanita ini? Apakah selingkuhan Mas Zidan?" Gumamku dalam hati. Aku mencoba untuk membuka password ponsel Mas Zidan, tetapi ternyata passwordnya sudah diganti.Aku berusaha mencoba untuk membukanya, tetapi menyadari jika Mas Zidan sudah selesai mandi, aku langsung mengurungkan niatku dan kembali meletakkan ponselnya diatas nakas.[KRIET]Mas Zidan keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah dan handuk yang melingkar pada tubuh bagian bawahnya. Segera, aku berpura - pura menca
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, saatnya aku juga tertidur.Kubuka pintu kamar dengan perlahan, dan kudapati Mas Zidan yang sudah tertidur lelah. Aku menarik selimut untuknya dan mengecup keningnya serta meminta maaf sekali lagi kepadanya.Saat aku ingin tertidur, tiba - tiba sebuah notif pesan kembali masuk di ponsel Mas Zidan. Aku yang sangat penasaran, dengan sangat berhati - hati meraih ponsel Mas Zidan yang masih ada digenggamannya.Pesan itu ternyata dari ibu, dan membuat hatiku sangat teriris - iris membacanya.[Istrimu itu memang sangat kurang ajar. Mendingan kamu ceraikan dia dan kembali dengan Siska saja]DEG!Rasanya seakan tersambar petir."Ibu kok tega bilang begini ke Mas Zidan?" Gumamku dalam hati sambil terus menerus menatap notifikasi pesan tersebut.Tak terasa, air mataku menetes. Hatiku sangat sakit, sakit sekali hingga memicu buliran air mata keluar."Apa betul, mantan Mas Zidan itu bernama Siska?""Atau jangan - jangan, yang mengajak Mas Zidan ke hotel i
"Mama tau kalau kamu sama Zidan sedang bertengkar, ternyata Zidan itu adalah laki - laki yang kasar. Mama menyesal menjodohkanmu dengannya nak!" Tutur Mama dengan mata berkaca - kaca."Aku tidak apa - apa kok ma," Jawabku dengan santai karena tidak ingin membebani pikiran Mama."Kahiyang, kamu tau nak? Sebenarnya ibunya Zidan berpesan kepada Mama, jika sampai kalian bercerai maka hutang mama dianggap tidak lunas dan akan berbunga lima puluh persen,"Seketika aku menoleh karena sangat terkejut mendengar perkataan Mama barusan."ASTAGHFIRULLAH," Aku sangat kaget mendengar pernyataan dari Mama barusan. Hatiku bertambah sakit dan remuk. Bagaimana tidak? Jika aku bercerai atau berpiah dengan Mas Zidan, semua hutang kedua orangtuaku akan dibungakan. "Kejam sekali mereka Ma," Rengekku.Mama hanya pasrah dan tidak banyak berbicara. Jika saja Mama mengatakan hal tersebut jauh sebelum aku menikah dengan Mas Zidan, pastinya aku tidak akan menjalani perjodohan bodoh ini. "Ma, padahal aku bisa
"Aduh, bekal Mas Zidan kelupaan!" Ucapku panik.Aku ingin menyusul Mas Zidan ke kantor untuk membawakan bekalnya. Beruntung, aku mengetahui lokasi perusahaan Mas Zidan sehingga aku bisa pergi naik motor.Sesampainya aku di kantor Mas Zidan, aku langsung bertanya ke bagian admin dan informasi."Maaf, permisi Mba saya ingin bertemu dengan Pak Zidan Anggara," Ucapku dengan sopan."Maaf bu, tapi Mas Zidan masih cuti hari ini dan baru akan kembali masuk satu minggu kemudian,"DEG!"APA? MAS ZIDAN MASIH CUTI? KENAPA DIA MENGAKU KE KANTOR? KEMANA DIA SEBENARNYA? Gumamku dalam hati.Aku masih tidak percaya, berarti Mas Zidan sudah berbohong kepadaku. Tapi mengapa? Mengapa Mas Zidan malah membohongiku? Apakah ada sesuatu yang ia sembunyikan dariku?"Masa sih mba ? Tadi pagi suami saya pamit untuk berangkat kerka loh! Ini malah saya mau mengantarkan bekal suami saya yang ketinggalan!" Tegasku."Tidak ada bu, Pak Zidan itu jabatannya sebagai Wakil Direktur disini jadi pasti semua karyawan tau j