Share

Bab 6

Author: empat2887
last update Last Updated: 2023-05-01 15:45:25

"Wati, ada apa lagi kamu teriak-teriak begini? Ibu baru saja mau beristirahat, Wati, badan Ibu capek dan pada sakit," kataku.

Aku terpaksa keluar dari kamar karena mendengar teriakan Wati yang begitu memekakan telinga.

"Ada apa ada apa, sok nggak merasa bersalah banget sih jadi orang? Bu, kenapa Ibu tidak mencuci pakaian aku dan juga Mas Roni? Aku kan jijik, Bu, kalau melihat pakaian kotor numpuk di kamar mandi. Itu juga cucian piring, kenapa masih ngejogrog aja di tempatnya? Kenapa tidak Ibu cucikan seperti biasanya sih? Pokoknya aku tidak mau tau ya, sekarang juga Ibu harus mencucikan baju aku dan juga bajunya Mas Roni sampai bersih. Jangan lupa cucikan juga itu piring kotor, ya Bu. Aku nggak mau, kalau Mas Roni datang dan melihat semuanya masih pada kotor," perintah Wati seenaknya.

"Wati, kok kamu makin ke sini makin kurang ajar ya sama Ibu. Aku ini orang tua suami kamu, mertua kamu, tapi kenapa kamu berani sekali main merintah-merintah aku, sudah seperti memberi perintah kepada pembantu? Mana etika kamu, yang katanya lulusan sarjana itu? Lagian ya ini itu rumah aku, bukan rumah orang tua kamu. Jadi kamu nggak sepantasnya memerintahkan aku untuk mencucikan pakaian, ataupun perabotan kotor bekas kamu orang yang menumpang di rumahku ini. Makanya kamu itu harus sadar diri, Wati, kamu itu hanya menumpang di sini, bukan sebagai pemilik rumah ini. Kalau memang kamu ingin pakaian kamu bersih, silakan kamu cuci sendiri! Atau kalau kamu nggak mau ribet, bawa saja ke tukang laundry. Simpel kan," kataku setelah aku panjang lebar mengungkapkan isi hatiku.

"Oh ... jadi seperti itu ya sifat aslinya Ibu itu, aku pikir selama ini Ibu itu mertua yang baik, tapi ternyata sekarang sudah mulai terbuka sifat jeleknya. Ibu sekarang sudah berani memerintah aku, padahal aku dan Mas Roni itu baru menikah satu bulan. Mungkin Ibu lupa, adanya aku numpang di sini karena aku dinikahi anak Ibu. Jadi aku tinggal di sini bukan semata-mata karena keinginan aku, tapi karena keinginan anak Ibu yaitu Mas Roni. Asal Ibu tau ya, aku itu tadinya nggak mau tinggal di sini karena di sini rumahnya sempit dan nggak ada pembantu. Karena aku tidak terbiasa mengerjakan apa pun sendiri, aku selalu dibantu oleh pembantu. Tapi karena aku dibujuk sama Mas Roni untuk mau tinggal di sini dan dia bilang aku tidak perlu mengerjakan apapun di rumah Ibu ini, makanya aku mau tinggal di rumah Ibu yang kecil ini. Tapi baru satu bulan aku berada di sini, ternyata sikap Ibu sudah seperti ini sama aku. Aku di suruh mencuci dan masak sendiri, padahal selama ini aku itu nggak pernah yang namanya melakukan pekerjaan seorang pembantu. Tapi sekarang setelah aku menikahi anakmu, aku harus mengerjakannya? Tidak, Bu, aku tidak mau! Lebih baik aku kembali ke rumah orang tuaku dan pastinya pernikahan aku dan anak Ibu harus berumur pendek." Wati panjang lebar mejawab ucapanku, ia bahkan mengatakan kalau dia akan kembali ke rumah orang tuanya karena dia tidak terbiasa, walau hanya untuk mencuci baju dan perabotan bekas makannya.

Aku pun menjadi bingung dibuatnya, ia seperti itu entah karena memang dia manja, atau karena Wati ini seorang pemalas, sehingga ia tidak sudi belajar menjadi seorang istri dan menantu yang baik. Aku juga tidak tahu perkataannya itu benar, atau hanya alibinya saja, supaya aku luluh dan kembali mau mencucikan pakaian kotor dia dan juga suaminya.

Jujur saja aku juga tidak tahu, kalau Wati ini beneran dari keluarga kaya atau bukan? Orang tuanya siapa dan tinggal di mana pun aku tidak tahu karena sewaktu Roni menikahi Wati, aku tidak diikut sertakan oleh anak tersebut. Tau-tau ia memboyong Wati ke rumahku dan mengatakan kalau mereka telah menikah.

Tapi menurut Roni waktu itu, mereka menikah tanpa direstui sepenuhnya oleh keluarga Wati. Karena Roni bukanlah orang yang sepadan dengan keluarga Wati, tapi karena Roni dan Wati kekeh akhirnya Roni bisa menikahi Wati. Mungkin karena itu juga anakku memperlakukan Wati seperti berlian. Tapi karena ingin menyenangkan istrinya, ia malah membuat Ibunya seperti pembantu.

"Wati, tapi yang namanya rumah tangga itu ya tidak melulu harus seperti kebiasaan kamu. Kamu juga harus membiasakan diri dengan kebiasaan orang lain, apalagi kamu saat ini berada di lingkungan yang berbeda dengan kebiasaaan kamu itu. Di sini memang tidak ada pembantu, tetapi kamu juga tidak boleh menganggap Ibu sebagai pembantu kamu. Ibu ini mertua kamu,Wati, orang yang seharusnya kamu hormati sama seperti hormat kamu kepada kedua orang tua kamu. Karena Ibu ini kedudukannya sama dengan kedua orang tuamu," terangku mencoba memberi pengertian, kepada menantuku yang baru belajar berumah tangga.

"Iya, Bu, aku juga tau kok hal itu. Tapi tetap saja kalian berdua itu berbeda dong, Bu. Bedanya saja seratus delapan puluh derajat. Karena Ibuku itu seorang pengusaha, sedangkan Ibu hanya seorang Ibu rumah tangga biasa, yang biasa mengerjakan pekerjaan seperti pembantu. Jadi jika aku menganggap Ibu pembantu itu tidak salah kan karena memang pekerjaan kalian sama," ungkapnya lagi.

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 66

    "Wa ... Wati ...," lirihku."Iya, Mas, itu benar Mbak Wati. Tapi kok ia mau ngapain datang ke sini, bahkan datang sepagi ini di sini? Apa kamu memintanya supaya datang ke sini ya, Mas?" tanya Risma dengan raut wajah yang nampak curiga terhadapku."Sayang, kamu itu ngomong apaan sih? Mana mungkin, Mas meminta Wati datang ke sini! Lagian untuk apa coba, Mas menyuruhnya datang? Kamu mah ada-ada saja, Yang," sahutku berusaha memberi penjelasan kepada Risma, kalau aku tidak tahu-menahu tentang kedatangan Wati ke hotel tempat menginap kami."Lalu untuk apa dia datang ke sini dan dari mana dia tahu kalau kita ada di sini?" tanya Risma lagi, seakan tidak percaya dengan apa yang aku katakan barusan."Ya mana Mas tahu, Sayang. Mungkin dia sengaja datang ke hotel ini karena ada urusan sendiri, bukan mau menemui Mas," pungkirku lagi.Karena memang kenyataannya aku tidak ada urusan dengan Wati, apalagi sampai menyuruhnya untuk datang ke hotel tempat bulan madu aku dan Risma. Aku juga sebenarnya

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 65

    "Nggak kok, Mbak. Aku nggak kedinginan, sebab aku berdua ma suami. Mungkin Mbak kedinginan karena Mbaknya sendirian," sahut Risma, sambil tangannya menggandeng erat tanganku."Hee ... He, iya kali ya, Mbak" ujar perempuan tersebut, sambil terkekeh dan kembali mengerlingkan matanya padaku.Karena aku takut khilaf, lalu aku pun menjauh dari wanita tersebut. Kini Risma lah, yang berada di samping wanita genit itu. Karena aku tidak mau istriku salah paham nantinya, sebab wanita ini sudah berani menggodaku, padahal kami baru saja bertemu.Aku tidak mau karena wanita yang tidak jelas ini, keharmonisan rumah tanggaku yang baru saja aku bangun akan menguap begitu saja. Sementara sangat susah mencari wanita seperti Risma ini. Mungkin hanya ada beberapa saja, wanita yang nyaris sempurna seperti Risma. Risma istriku bukan hanya cantik rupa, serta postur tubuhnya yang menggoda, tetapi ia juga memiliki hati yang baik. Dan yang paling utama, ia sangat menyayangi Bapak ibuku, yang merupakan me

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 64

    Season 2"Mas, alhamdulillah ya, acara pernikahan kita berjalan dengan lancar. Semoga saja pernikahan kita ini langgeng dan bisa menjadi keluarga yang SAMAWA ya, Mas!" Risma berkata, saat aku baru saja duduk di atas kasur dan berada di sampingnya. "Iya, Sayang, semoga ya," ucapku, sambil mengusap pucuk kepala wanita, yang baru tadi siang aku jadikan dia istri. Ia membuka percakapan, setelah aku selesai bersih-bersih dan berganti pakaian dan bersiap untuk tidur. Ini adalah kali pertama aku bisa tidur bersamanya, setelah hampir satu tahun lamanya kami menjalin kasih.Walaupun aku sudah pernah menjalani pernikahan, dengan istri pertamaku yang bernama Wati. Tapi tetap saja dadaku berdegup kencang, saat akan menjalani ritual malam pertama seperti sekarang ini. Risma pun aku lihat sudah siap, bahkan ia bepenampilan seksi seakan sengaja menggodaku. Ia bahkan begitu manja padaku, membuat napasku bertambah sesak dibuatnya."Mas, apa kamu sakit? Kok kamu keluar keringat dingin begitu, bahk

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 63.

    Bab 42"Iya, Marni, ada apa lagi kamu menelponku? Bukannya sudah jelas ya, kalau kita itu sudah tidak sepaham!" Mas Romli berkata dengan nada tinggi.Rupanya yang meneleponnya barusan adalah istrinya, yang kemarin melabrak keluargaku untuk meminta apa yang sudah diberikan Mas Romli untuk Roni dan Reno. Aku dan kedua anakku yang sedang sarapan sampai berhenti, kami bertiga malah fokus mendengarkan Mas Romli, yang sedang berbicara dengan istrinya.Kami bertiga fokus melihat gerak-gerik Mas Romli, yang bicaranya dengan begitu emosi. Aku yang tadinya tidak tahu permasalahannya kini menjadi tahu. Ternyata Mas Romli saat ini sedang ada permasalahan dengan istrinya. Pantes aja pagi-pagi ia sudah ada di rumahku, padahal seharusnya saat ini ia sedang sarapan bersama keluarganya. "Pokoknya aku tidak mau, Marni! Karena apa yang telah aku berikan itu adalah hak kedua anakku. Mereka itu sudah sepantasnya mendapatkan semua itu, apalgi aku telah menelantarkan mereka demi kamj. Jadi sudah sepantasny

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 62

    "Itu lho, Mas, mereka berdua berbeda sifat dan karakternya. Mbak Risma itu orangnya baik dan juga sopan, sama Ibu juga sayang banget. Ia juga bahkan tidak segan mau membantu Ibu. Sedangkan Mbak Wati kebalikkannya," sahut Reno menjelaskan."Oh ... tentang itu, aku kira apaan? Apa yang kamu bilang memang benar, Reno. Wati dan Risma itu dua orang yang karakternya berbanding terbalik. Sayang sekali memang, aku baru bisa mengungkapkan perasaan akunya sekarang. Tapi aku masih beruntung, Ren, sebab sampai saat ini Risma-nya ternyata belum menjadi milik siapa-siapa." Roni membenarkan perkataan adiknya tersebut. Memang benar adanya, jika Neng Risma itu istimewa, sebab aku sudah merasakan sendiri bagaimana baiknya dia, serta rasa pedulinya padaku. Aku akan merasa sangat bahagia, jika memang dia bisa bersanding dengan Roni dan menjadi menantuku. "Hayo, kalian sedang ngomongin apa? Sedang ngomongin aku ya," tanya Neng Risma, yang nongol dari pintu dapur."Is, siapa yang sedang ngomongin kamu s

  • Menantuku Selalu Diam Di Kamar    Bab 61

    "Maaf, Bu, Ibu ini siapa ya? Kok Ibu berani sekali berteriak dan berkata kasar di depan rumah kami," tanya Roni."Siapa kamu berani berkata seperti itu? Apa kamu anaknya Mas Romli, yang dari mantan istrinya? Aku ini istrinya Mas Romli, aku mau minta sama keluarga mantan istri suamiku, supaya mengembalikan semua harta benda yang diberikan olehnya. Karena itu hak aku dan juga anakku," ujarnya dengan raut muka yang penuh emosi."Maaf ya, Bu, tapi apa yang diberikan Bapak untuk kami itu hak kami! Karena selama ini beliau tidak pernah memberikan kami nafkah sedikitpun, terhitung dari semenjak Bapak menikahi Ibu." Roni menjawab ucapan perempuan, yang memang istrinya Mas Romli.Mendengar perkataan Roni, perempuan itu semakin tidak terkontrol. Ia malah berteriak-teriak tidak karuan, sehingga membuat para tetanggaku datang untuk melihat perdebatan ini. Aku pun berbisik kepada Reno, supaya ia menelepon Bapaknya dan memberitahu Mas Romli, kalau ada istrinya sedang membuat rusuh."Bu Reni, ini a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status