Share

Menari dengan bayanganmu
Menari dengan bayanganmu
Penulis: mllyaul

1. Siapa dia?

“Dia siapa Allard?!” sentak seorang gadis meminta penjelasan pada pria tampan di hadapannya.

Pria itu hanya bergeming, diam saja di tempatnya tanpa mengeluarkan suara sedikit pun, sedang gadis itu sudah banjir air mata. Sebut saja ia Allard, Allard Zilo. Pria tampan berhati batu yang memiliki sifat sedingin pegunungan Himalaya.

“Siapa perempuan itu, Allard?” Satu tangan gadis itu menarik-narik t-shirt yang dipakai Allard, tidak bisa membendung perasaan kecewanya.

“Allard jawab aku!”

“Dia pacar gue!”

Jawaban Allard berhasil membuat Luna terhenyak, sakit, itu yang ia rasakan saat ini. Tangan yang awalnya berpegangan pada pria itu, kini terlepas.

“Terus aku siapa ...?” lirihnya dengan air mata yang sudah membasahi matanya.

“Kamu anggap aku apa selama ini, hah?!”

“Kamu kenapa Allard? Di mana kamu simpan perasaan kamu itu?! Di mana Allard?!”

Luna tidak bisa lagi menahan rasa sakitnya. Allard bermain belakang, dan itu sangat menyakiti hati Luna yang hanya mencintai pria itu saja dalam hidupnya.

“Lo juga pacar gue, Luna!!” Allard menyentak Luna yang sekarang hanya bisa memegangi dadanya yang terasa sangat sakit.

“Kenapa tega, Allard? Kenapa kamu tega?”

Tatapan Luna menyiratkan luka yang begitu dalam, tangannya mengerat pada tongkat yang menjadi penopang tubuhnya untuk berdiri.

“Salah apa aku sama kamu, Allard ...?” lirih Luna, bibirnya bergetar hanya sekedar menyebut nama pria itu.

“Salah apa Luna sama Allard?” Luna memejamkan matanya hingga liquid bening itu kembali meluruh, “kenapa setega ini sama Luna?”

Luna memukul-mukul dadanya, sesak itu semakin merajalela merobek paksa hati gadis cantik itu. Hancur perasaan Luna, Allard buat. Ternyata Luna bukan satu-satunya di hati Allard, melainkan salah satunya. Cintanya yang tulus malah Allard balas dengan pengkhianatan, jelas Luna merasa sangat dipermainkan.

“Jangan nangis!” tegas Allard.

Luna mengangkat wajahnya, bahkan di situasi seperti ini Allard memintanya untuk tidak menangis. Bibir Luna tersenyum miris, bodohnya dia yang begitu mencintai pria kejam itu.

“Kamu nyuruh aku untuk gak nangis? Sedangkan hati aku udah kamu buat berdarah, Allard!!” Luna meninggikan suaranya.

“Di mana hati kamu ...?!”

Satu tangan Luna semakin mengerat di tongkatnya, sedangkan satunya lagi semakin menghantam dadanya sendiri.

“Ini hati ... kamu salah kalo mau nyakitin ini. Jangan samain hati aku sama hati kamu yang udah kayak batu itu, aku bukan kamu yang gak punya perasaan!!”

Luna memundurkan langkahnya, “Okeh, di sini aku yang bakalan ngalah. Silahkan pacaran sama pacar kamu itu sepuasnya!!” Sengaja Luna melirik selingkuhan Allard yang berada tidak jauh dari mereka.

“Aku tau, aku gak sesempurna dia. Aku cuma perempuan cacat yang gak tau malu, yang udah mencintai kamu sedalam ini!!”

“Aku perempuan bodoh yang selalu menganggap kamu segalanya untuk aku! Aku bego karena mencintai kamu yang selama ini aku pikir, kamu juga mencintai aku!!”

“Kalo memang udah mau mengakhiri hubungan kita, bukan kayak gini caranya, Allard ....” Luna menangis tersedu-sedu di depan pria itu.

“Aku memang gak punya siapa-siapa, tapi bukan berarti kamu berhak menambah rasa sakit dengan main-main sama perasaan aku ....”

Luna memejamkan matanya sejenak, ia kembali menangis. Perlahan ia memberanikan untuk menatap Allard tepat di iris abu-abu pria itu.

“Aku menyerah, sekarang kamu bebas ....”

Luna berbalik, dengan bantuan tongkatnya ia melangkahkan kakinya. Gadis itu menjauh dengan perasaan campur aduk, dengan tega Allard kembali melukai hatinya yang tidak sekuat itu. Langkahnya yang pincang menjadi saksi betapa kuatnya Luna selama ini, kaki Luna menjadi saksi sebesar apa cintanya pada Allard.

Allard memandangi punggung gadis itu dengan tatapan kosong, seakan belum menyadari jika ia akan kehilangan gadis itu jika tidak mengejarnya sekarang juga. Luna yang sudah mengorbankan segalanya untuknya, gadis itu sudah mencintai dirinya sebesar itu.

Pria itu kembali kewarasannya, dengan langkah cepat Allard mengejar Luna yang sudah menjauh. Ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika Luna pergi dari hidupnya, Luna sudah menjadi alasan kenapa Allard bisa hidup. Dan dia sangat mencintai gadis itu.

Ia melangkah mengejar Luna, mengabaikan Anne yang terus saja memanggil-manggil namanya di belakang sana.

“Allard! Allard!”

“Ngapain kamu ngejar cewek cacat itu! Allard!”

Allard memeluk Luna yang akan menyebrangi jalanan, ia menahan gadis itu untuk tidak meninggalkan dirinya. Allard sangat membutuhkan Luna setiap kali ia membuka matanya, bahkan dalam tidurnya ia masih membutuhkan gadis itu.

“Luna, jangan pergi ....” pinta pria itu melingkarkan tangannya di tubuh kecil Luna.

Luna memberontak tidak ingin di peluk, ia bahkan menggigit lengan pria itu agar terlihat. Tapi Allard tidak melepaskan begitu saja walau lengannya sudah terluka.

“Lepasin aku, Allard! Aku mau pergi!”

Allard menggelengkan kepalanya yang ia sandarkan di bahu Luna, tidak akan pernah ia biarkan Luna meninggalkannya. Bahkan dalam mimpi sekalipun!

“Jangan pergi, tolong ....” Allard memelankan suaranya.

“Aku gak usah kamu peduliin lagi! Aku cuma jadi beban buat kamu, kan?” Luna mendorong tubuh Allard yang memeluknya sebegitu kuatnya.

Allard menggelengkan kepalanya, tatapan matanya menyorot sedih pada Luna.

“Jangan pergi, gue gak bisa tanpa lo, Na.”

“Jangan tinggalin gue, jangan ....”

Pria itu menghapus jejak air mata yang membasahi pipi Luna, mata gadis itu sudah bengkak dibuatnya.

“Jangan nangis, gue minta maaf ....” ujarnya  mencium kedua mata Luna yang sudah sangat bengkak.

Allard menyingkirkan tongkat di genggaman gadis itu dan dilempar jauh-jauh, membuat Luna sepenuhnya berpegangan padanya.

“Gue minta lo jangan tinggalin gue, maafin gue, Na.”

“Buat apa kamu minta maaf?! Urus aja selingkuhan kamu-”

Belum sempat kata-kata Luna selesai terucap, Allard sudah membungkam bibirnya. Pria itu menciumnya, membuat Luna tidak bisa lagi melanjutkan ucapannya. Pria itu memeluk erat Luna, dan menyalurkan ciumannya untuk gadis itu.

“Tolong jangan pergi, gue cinta sama lo ....” lirih pria itu di sela-sela ciumannya.

Sedangkan Luna menangis dalam diamnya, pria itu dengan tanpa perasaan menciumnya setelah mencium gadis lain.

“Brengsek ....”

Allard melepaskan ciumannya, menatap Luna dengan jarak yang sangat dekat. Ia bisa merasakan nafas berat gadis itu.

“Iya, dan laki-laki brengsek ini mencintai kamu.”

Pria itu kembali mendaratkan bibirnya di bibir ranum Luna, menikmati rasa manis dari gadis itu. Tangannya memeluk pinggang gadis itu dengan erat, mengikis jarak di antara mereka.

“Aku mohon, jangan pernah tinggalin laki-laki brengsek ini Luna ....”

Luna kalah, lagi-lagi dia kalah. Allard tahu kelemahannya, pria itu jelas tahu Luna sangat mencintainya. Allard yang biadab itu selalu bisa mendapatkan hati Luna, berapa kali pun dia memberi penyakit untuk hati gadis itu.

Allard akan selalu menang, dan Luna akan terus kalah.

“Laki-laki brengsek ini butuh Luna ....”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status