Share

Bab 7

Wajah Yeona terlihat panik. Sudah lama dia bersikap semaunya sendiri tanpa harus memandang orang lain.

“Ya, jangan panik gitulah,” Erlangga tertawa lepas melihat mimik wajah Yeona yang menggemaskan.

“Ak-aku, panik bangeeet,” ucap Yeona merengek. Tak sadar dia meraih tangan Erlangga sebalah kanan.

Seketika bibir Erlangga mengerut, dia menatap mata Yeona, sepertinya dia sudah merasakan sesuatu.

“Jangan takut, ada aku. Lagian orang tuaku juga gak galak-galak amat kok,” ucap Erlangga memegang erat tangan Yeona.

Seketika Yeona tersadar bahwa dia sudah memegang tangan Erlangga, Yeona melepaskan tangannya, dia melirik sana sini dan menyibakkan rambut ke belakang telinga untuk mengalihkan rasa gugupnya.

Tangan Yeona memegang hendle pintu mobil, tangan Erlangga memegang lengannya.

“Naik mobilku saja,” ujar Erlangga menatap mobil BMW X5 berwarna hitam miliknya di bagian sudut tempat parkir.

“Terus, mobilku bagaimana?” tanya Yeona melirik mobilnya.

“Sini kuncinya, nanti biar orangku yang bawakan pulang ke rumah kamu,” ujar Erlangga sambil meraih kunci mobil di tangan Yeona.

Yeona berjalan ke arah mobil BMW X5 berwarna hitam, sedangkan Erlangga masih tetap berdiri di sana.

Yeona berjalan dengan pandangan lurus ke depan, dia sedang menyusun rencana apa saja ucapan yang akan di ucapkannya nanti kepada orang tua Erlangga.

“Loh?” Yeona terkejut saat menoleh ke belakang. Dia celingukan mencari Erlangga.

“Ih, sini!” Yeona tertawa lepas sambil melambaikan tangan ke arah Erlangga.

Erlangga menggelengkan kepala, dia malah balik melambaikan tangan pada Yeona.

Dengan masih tertawa, Yeona balik lagi ke tempat di mana Erlangga dan dia tadi berdiri.

“Ayo, ih, katanya tadi sekarang. Gimana ih,” ucapnya kesal sambil cekikikan.

“Masa iya, aku di tinggal. Sebagai sepasang kekasih itu bagaimana coba kalau berjalan?” tuanya Erlangga sambil merengut.

“Eh, ini kan akting, jadi nantilah kalau sudah di sana baru kita mulai,” ujar Yeona tersipu malu.

“Enggak bisa gitu, supaya kamu gak canggung nanti di sana,” ujar Erlangga memandangnya.

Erlangga memegang lengan Yeona, dia menitah gerakan tangan Yeona supaya merangkul lengannya.

Dengan rasa deg-degan yang tak terkira, wajah Yeona kini merah merona. Mereka selangkah demi selangkah berjalan bak pengantin yang sedang berjalan menuju pelaminan.

“Au!” Yeona berteriak karna kakinya kesandung.

Secepatnya tangan Erlangga bergerak, menangkap Yeona. Kini Yeona dalam dekapan Erlangga.

Yeona mengendus aroma Montblanc legend, dari area pundak Erlangga.

Erlangga mendehem untuk menyadarkan Yeona yang terpaku dalam pelukannya.

“Eh, em-Akuuu-“

“Kamu gugup, ‘kan? Tenang, ada aku,” ujar Erlangga tersenyum.

Yeona berdiri lalu membenahi rambutnya di bagian belakang. Dia juga membenahi baju di area belakang yang dia kenakan.

Erlangga membuka pintu mobil, membuka telapak tangan di hadapan Yeona, Yeona menyambut tangannya lalu masuk ke dalam mobil.

Beberapa saat setelah berada di perjalanan, Yeona memandang pemandangan ke arah samping kiri dan kanan lalu menatap Erlangga.

“Kenapa?” tanya Erlangga saat matanya menangkap tatapan Yeona.

“Sepertinya aku familiar deh sama tempat ini,” ucap Yeona sambil berpikir.

“Maksudnya?” tanya Erlangga dengan kening mengerut tak mengerti.

“Iya, aku pernah juga ke sini, waktu aku ke ru-“

“Eh, kita singgah dulu, yuk, di salon. Supaya kamu terlihat lebih cantik,” ucap Erlangga sambil menoleh kanan dan kiri mencari salon terdekat.

“Iya juga sih, aku juga malu loh, pakai pakaian kerja seperti ini,” ujar Yeona memandang baju dress yang ia kenakan.

“Iya, aman itu, pertama-tama kita ke toko pakaian dulu. Oke?” ucap Erlangga dengan semangat.

Erlangga harus membuat kedua orang tuanya terkesan melihat Yeona. Supaya mereka mengurungkan niat untuk menjodohkan Erlangga dengan seorang wanita di negeri singa.

Erlangga menghentikan mobilnya di depan toko Shafira, sebuah toko ternama di Jakarta Selatan.

“Kamu bebas memilih, aku yang bayar,” ucap Erlangga dengan nada sombongnya sambil meringis.

“Oke siap,” sahut Yeona tersenyum.

Erlangga turun dari mobil, berputar ke arah pintu dekat Yeona. Yeona turun lalu merangkul lengan Erlangga dengan sadar dan tidak sadar.

“Selamat sore, Pak, Bu,” sapa pegawai di pintu masuk.

“Sore,” sahut Yeona dan Erlangga bersamaan.

Mereka memilih-milih pakaian yang cocok dengan Yeona. Yeona memilih gaun Maxi dress berwarna merah menyala.

Yeona masuk ke dalam ruang ganti, dia mengganti baju dress yang dia kenakan dengan gaun yang baru dia beli.

“Er!” panggil Yeona.

Erlangga menoleh, matanya terpaku menatap Yeona. Bertubuh tinggi semampai, dengan rambut panjang terurai mengenakan gaun berwarna merah menyala, membuat Yeona sempurna malam ini.

Erlangga dian tanpa kata, tangannya berhenti di belakang kepala saat dia mengusap rambut dari depan ke belakang.

“Ye, kamu terlihat sangat cantik,” bisiknya saat mereka berdiri di depan kasir.

“Halah! Hoak.” Yeona menepiskan tangannya di dekat wajah Erlangga.

Erlangga tertawa lepas. Seorang wanita yang berdiri di tempat kasir, terpaku menatap Erlangga.

“Mbak! Buruan.”

Ucapan Yeona mengejutkannya.

“Eh, ma-maaf, Mbak,” ucapnya terbata-bata.

Mbak kasir termangu melihat ketampanan cowok berkulit putih di hadapannya.

Erlangga meletakkan Atm-nya, di meja lalu mendorong sampai ke dekat kasir.

* * *

“Kita ke salon dulu, ya?” ujar Erlangga memandang Yeona.

Yeona menganggukkan kepala, berhubung dia beru ingat masalah gosok gigi, Erlangga di paksa berhenti di depan warung besar yang ada di depan mereka.

“Stop-stop-stop!”

Sreett...

Mobil di rem mendadak.

“Ih, apaan?” Erlangga kesal.

“Berhenti dulu,” ujar Yeona.

Erlangga menepikan mobilnya. Yeona turun dari mobil lalu berjalan masuk ke dalam warung.

“Mbak, beli apa, ya?” tanya pegawai warung yang berdiri tepat di depan kasir.

“Sikat gigi satu sama pastanya,” ucap Yeona sambil membuka tas untuk mengambil uang di dalamnya.

“Apa lagi, Mbak?” tanya pegawai sambil tersenyum.

“Sudah itu saja,” ucap Yeona memberikan uang sebesar lima belas ribu rupiah, “Kembaliannya ambil saja!” Yeona berlari kecil menuju mobil yang terparkir di depan.

Erlangga memperhatikan wanita berbaju merah menyala itu berlari ke arah mobilnya, matanya terpaku pada body yang elegan itu.

* * *

“Tara!” Yeona memamerkan sikat gigi plus pasta gigi pada Erlangga.

Erlangga tersenyum sambil menggelengkan kepala. Dia salut dengan ketersediaan Yeona membantunya untuk menjadi pacar pura-puranya.

* * *

“Ye, lihat salon itu!” Erlangga menunjukkan sebuah salon di sebelah kanan Erlangga. Yeona memandangnya dengan mata membelalak.

“Wah, Er! Di situ saja,” ujar Yeona dengan pandangan menatap sebuah salon dengan ruangan berwarna ungu.

Sebuah salon yang tertutup oleh dinding dan pintu terbuat kdakri kaca bening, membuat seluruh isi ruangan terlihat jelas.

Seluruh isi ruangan berwarna ungu, termasuk kursi, meja, dan sebagainya.

“Ye, ini yang punya janda apa, ya?” bisik Erlangga saat mereka berada di depan salon.

“Ih! Sembarangan saja kali ngomong,” Yeona menyikut lengan Erlangga, Erlangga meringis kesakitan.

Seorang pegawai tinggi besar nan putih, berambut panjang, seketika beranjak saat melihat Yeona dan Erlangga masuk ke dalam rumah.

“Selamat malam, Mas, Mbak!” sapanya dengan suara bak laki-laki.

Yeona dan Erlangga terdiam kala mendengar suaranya. Mereka berdiri terpaku melihat paras seseorang di hadapan mereka.

“Mbak!” Panggilnya dengan suara agak keras.

“Eh, iy-iya-iya,” sahut Yeona gugup. Dia langsung mencari posisi duduk di kursi di depan cermin.

“Mbak mau, creambath, lulur, marker, spa, tot-“

“Aku mau creambath, dan juga rias wajah. Jangan terlalu mencolok, ya, untuk wajah. Yang natural saja,” ujar Yeona mendongak menatap beautician yang ada di belakangnya.

“Oke,” dengan sigap karyawan salon menitah Yeona supaya bersiap.

Dengan lihainya dia mengerjakan apa keinginan dari pelanggannya.

Erlangga duduk di sofa, melihat Yeona duduk sambil melipat tangan di depan dada.

Dia menatap pergerakan Yeona, dan pekerja salon. Duduk sambil bersandar di sandaran kursi khusus mengantre.

“Mbak, itu suaminya ketiduran,” bisik pekerja salon sekilas memandang Erlangga yang memejamkan mata.

“Biarkan, mungkin dia lelah,”

Hening sesaat.

“Ha? Suami?” ucap Yeona terkejut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status