Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku

Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku

By:  Aong_Zee  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
14Chapters
336views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Regita memilih berpisah dengan Endra untuk membebaskan hati dan pikiran yang selalu disakiti oleh keluarga sang suami. Endra dan keluarganya selalu saja mencemooh Regita karena sudah delapan tahun pernikahan, tapi Regita belum juga memberikan keturunan. Bahkan, ketika Regita akhirnya hamil, ia justru harus menghadapi kenyataan pahit karena suaminya pulang dengan membawa seorang wanita untuk dijadikan istri kedua. Terlebih lagi, ibu mertuanya sangat mendukung pernikahan tersebut. Berita tentang kehamilan Regita tidak pernah sampai pada suami dan juga keluarganya, karena wanita itu memilih pergi dan membesarkan anaknya seorang diri. Namun, saat Regita berhasil hidup bahagia berdua dengan anaknya, sosok Endra kembali hadir dan mengacaukan segalanya. Mampukah Regita mempertahankan anaknya?

View More
Mencari Om Ganteng Untuk Mamaku Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
14 Chapters
Bab 1
“Ma, tadi di sekolah semua teman-teman menyebutkan nama Papanya,” mulut mungil itu mulai berbicara saat sedang menyantap makan siang. Yeona menatapnya dan menyikapinya dengan tenang, dia mengambil sebuah tisu lalu mengelap bagian area mulutnya. “Lalu?” “Aku tidak tahu siapa Papaku dan aku tidak tahu di mana dia sekarang,” jawab Emilio dengan nada datar. Yeona tersenyum, dia memegang gawainya lalu mengirim pesan kepada seseorang di sana. [Carikan nama Dareen, di pemakaman umum. Aku dan Emilio akan ke sana,] pesan di kirim pada, Haneul, teman yang setia menemaninya saat ini. “Habiskan makannya, nanti kita ke tempat, Papa,” ujar Yeona sambil menopang dagu menunggu putranya makan siang. “Bener, Ma?” mata sipit keturunan dari Korea Selatan itu melebar. Terpancar di matanya berharap ingin bertemu seorang Papa karna dari bayi dia belum mencium aroma, Papa. Dengan lahap Emilio menyantap makanan. Di meja makan yang penuh dengan lauk pauk komplit beserta sayur, Emilio lebih memilih makan
Read more
Bab 2
Asih—wanita paruh baya yang bekerja sebagai pembantu di rumah suaminya dulu. Karna penasaran secepatnya Yeona membalik badan untuk melihatnya lagi. Tapi wanita itu sudah tidak terlihat. Yeona celingukan, dia berjalan sampai ke tepi jalan. Melihat kanan kiri tapi wanita itu tidak terlihat. Yeona kembali masuk ke kafe, untuk bertemu dengan Haneul. Yeona celingukan mencari Haneul, keduanya melambaikan tangan saat sama-sama melihat. Haneul—pria berambut ikal sebahu, dia memiliki karakter yang masa bodo, tidak peduli kata orang yang penting senang. Dia bar-bar, suka sembarangan dalam berpakaian. Dia tidak pernah memedulikan penampilan karna yang dia cari adalah kenyamanan. Dengan luesnya Yeona berjalan, semua mata tertuju padanya. Termasuk Haneul, sahabatnya. “Hei, sudah lama, ya?” tanya Yeona sambil duduk di kursi. “Belum, baru juga kok,” sahut Haneul sambil mengangkat tangan saat pelayan kafe memandangnya. Pelayan kafe mendatangi meja mereka dengan membawa sebuah buku dan pulpen.
Read more
Bab 3
“Tidak salah lagi, maksudnya. Ya, masihlah, Ye, masih jauh dari nyawa ini,” ceplos Haneul seenak jidat. Yeona menghela nafas yang beberapa menit telah tertahan di dada. Yeona mendengus kesal lalu konsentrasi lagi menghadap ke depan. “Ye, sebenarnya perempuan tua ini siapa?” Tanya Haneul saat mobil berhenti di lampu merah. “Dia, pembantu di rumah suamiku dulu,” sahut Yeona sekilas memandang ke belakang. “Oh,” ucap Haneul singkat. Sejak belakangan ini jika Yeona berbicara tentang suami, nafas Haneul menjadi sesak. Dari situlah Haneul yakin kalau dia sudah kenal dengan cinta sesungguhnya. * * * Mobil Yeona terparkir tepat di teras ruang ICU, tim medis dengan cepat membawa hospital bad mengarah pada mobil Yeona. Yeona membuka pintu, Haneul mengangkat punggung Asih. Di bantu dengan dua tim medis, akhirnya Asih kini sudah terbaring di hospital bad. Asih di bawa tim medis untuk di rawat. “Han, Aku masuk dulu, ya, isi formulir dulu,” ucap Yeona memandang Haneul. Haneul mengangguk. Ye
Read more
Bab 4
“Maaa, Mamaaa ...,” Suara Dareen terdengar sampai ke dalam kamar. Yeona semringah setelah mendengar suaminya pulang, dengan bahagia dia berlari ke arah pintu lalu membukanya. Seketika bibir Yeona mengerut setelah melihat Dareen menggandeng, Arshinta, sahabatnya. Yeona terpaku di depan pintu. Dareen dan Arshinta menatap Yeona. Arshinta malah memeluk lengan Dareen sebelah kiri. Arshinta—wanita tinggi semampai, berambut lurus nan panjang sepinggang, bodi yang melingkuk bagai gitar spanyol, membuat Dareen tergoda. “Apa maksud kalian?” Sentak Yeona lirih. “Aku hamil anak, Dareen, dan kami akan segera menikah,” sahut Arshinta tersenyum sinis menatap Yeona. Yeona terpaku menatap mereka, pandangannya kabur terganggu oleh air mata yang menggenang di kelopak mata. Tangan Arshinta beralih merangkul pinggang Dareen, dia memanjakan diri dengan menempelkan kepalanya ke pundak Dareen. Pemandangan itu membuat amarah Yeona menyala-nyala. “Dasar kamu pelakor!” sentak Yeona berjalan cepat menuju
Read more
Bab 5
Kusuma beranjak, mengejar langkah putra bungsunya sampai ke depan pintu kamarnya. “Han! Haneul!” Panggil Kusuma sambil mengetuk pintu. Kusuma membuka hendel pintu, ternyata tidak di kunci. Kusuma melihat Haneul sedang duduk di tepi ranjang dengan kedua tangan menyangga kepala. “Han, kamu kenapa? Calon kakak ipar kamu datang kok malah masuk ke dalam kamar, itu nggak baik, Nak,” ucap Kusuma memandang Haneul dengan tangan memegang pundak Haneul sebelah kanan. “Ma! Apa Mama percaya kalau itu pacar, Erlangga?” Ucap Haneul dengan suara keras. “Maksudnya?” tanya Kusuma tak mengerti. Haneul beranjak dari duduknya, dia berdiri membelakangi Kusuma, lalu memandangnya. “Ma! Dengar sendiri tadi ‘kan? Jawaban mereka itu nggak ada yang benar,” sahut Haneul kesal. Kusuma terdiam sambil berpikir. Dia menyeka rambut ke belakang telinga lalu beranjak dari duduknya. “Han! Biarkan mereka berakting dulu. Mama yakin lama kelamaan mereka bakal ada rasa yang sesungguhnya,” ucap Kusuma lalu meninggalka
Read more
Bab 6
“Halo, selamat pagi, Bu,” sapa Yeona gugup. “Pagi, Ye, saya hari ini tidak ke kantor. Kamu tunda jika ada pertemuan hari ini, juga rekap semua berkas yang ada di meja kami, ya. Tadi saya sudah suruh staf untuk meletakkan di meja kamu, ada kan?” “Mh-ad-ada, Bu,” sahut Yeona terbata-bata. Dia terpaksa berbohong bahwa dia sudah ada di kantor untuk menyelamatkan dirinya pagi ini. * * * Di perjalanan dia merasa ada yang aneh di area mulut. Dia memicingkan mata saat teringat bahwa dia belum menggosok gigi. “Bu, kelihatannya Den Emil akrab, ya, dengan Mas Han,” ucap Erina memandang bos wanitanya. Yeona hanya mengangguk mengingat dia belum menggosok gigi. “Bu, itu gedungnya mau di buat swalayan, loh, ibu temannya, Den Emil yang bilang kemarin,” ucap Erina sambil tersenyum dan sekilas memandang ke arah gedung bertingkat 4. Yeona mengangguk lagi tanpa berkata. Erina merasa bersalah, dia diam sambil memperhatikan Nyonyanya diam saja seperti ada masalah. Yeona menurunkan Erina di sekolah
Read more
Bab 7
Wajah Yeona terlihat panik. Sudah lama dia bersikap semaunya sendiri tanpa harus memandang orang lain. “Ya, jangan panik gitulah,” Erlangga tertawa lepas melihat mimik wajah Yeona yang menggemaskan. “Ak-aku, panik bangeeet,” ucap Yeona merengek. Tak sadar dia meraih tangan Erlangga sebalah kanan. Seketika bibir Erlangga mengerut, dia menatap mata Yeona, sepertinya dia sudah merasakan sesuatu. “Jangan takut, ada aku. Lagian orang tuaku juga gak galak-galak amat kok,” ucap Erlangga memegang erat tangan Yeona. Seketika Yeona tersadar bahwa dia sudah memegang tangan Erlangga, Yeona melepaskan tangannya, dia melirik sana sini dan menyibakkan rambut ke belakang telinga untuk mengalihkan rasa gugupnya. Tangan Yeona memegang hendle pintu mobil, tangan Erlangga memegang lengannya. “Naik mobilku saja,” ujar Erlangga menatap mobil BMW X5 berwarna hitam miliknya di bagian sudut tempat parkir. “Terus, mobilku bagaimana?” tanya Yeona melirik mobilnya. “Sini kuncinya, nanti biar orangku yang
Read more
Bab 8
Pekerja salon menatapnya dengan kening mengerut. Dia heran kenapa Yeona terkejut sampai seperti itu. Menghentikan kuas kecantikan yang masih merias di area wajah Yeona. “Maksudnya?” Tanya pekerja salon menatap heran. “Dia itu teman, bukan suami ataupun pacar,” sahut Yeona kesal sambil cemberut. “Alah, jaman sekarang memang gitu. Bukan-bukan akhirnya jadian,” ucap pekerja salon tersenyum sambil memainkan alis. “Ih, apaan,” sahut Yeona meringis. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa ingin tersenyum. Yeona menatap cermin yang ada di hadapannya sambil sedikit membelok kanan dan kiri untuk melihat penampilannya. “Mbak, kalau kamu bisa jadian sama dia lumayan loh, ganteng, putih, tinggi, wajah oval, berjenggot tipis, ah perfek lah. Kalau Mbak gak mau, kasihkan saya saja, Mbak,” ucap pekerja salon sambil meringis. “Ih barang kali, ya, kasihkan,” sahut Yeona sambil tertawa lepas. Yeona berdiri di hadapan Erlangga yang masih tertidur lelap. Karyawan salon berdiri tepat di samping Yeona. Y
Read more
Bab 9
Kusuma beranjak, mengejar langkah putra bungsunya sampai ke depan pintu kamarnya. “Han! Haneul!” Panggil Kusuma sambil mengetuk pintu. Kusuma membuka hendel pintu, ternyata tidak di kunci. Kusuma melihat Haneul sedang duduk di tepi ranjang dengan kedua tangan menyangga kepala. “Han, kamu kenapa? Calon kakak ipar kamu datang kok malah masuk ke dalam kamar, itu nggak baik, Nak,” ucap Kusuma memandang Haneul dengan tangan memegang pundak Haneul sebelah kanan. “Ma! Apa Mama percaya kalau itu pacar, Erlangga?” Ucap Haneul dengan suara keras. “Maksudnya?” tanya Kusuma tak mengerti. Haneul beranjak dari duduknya, dia berdiri membelakangi Kusuma, lalu memandangnya. “Ma! Dengar sendiri tadi ‘kan? Jawaban mereka itu nggak ada yang benar,” sahut Haneul kesal. Kusuma terdiam sambil berpikir. Dia menyeka rambut ke belakang telinga lalu beranjak dari duduknya. “Han! Biarkan mereka berakting dulu. Mama yakin lama kelamaan mereka bakal ada rasa yang sesungguhnya,” ucap Kusuma lalu meninggalka
Read more
Bab 10
Yeona menatap Anggara, wanita itu hanya tersenyum tipis dan berlalu meninggalkan lelaki itu begitu saja. Anggara mengikuti langkah sang majikan dari belakang.Dari pintu yang terbuka sedikit, Yeona menatap wajah wanita paruh baya yang sedang melamun menatap jendela ruangan.Tok!Tok!Yeona mengetuk pintu sambil melangkah masuk ke dalam. Wanita itu tersenyum memandang Asih yang kini sedang terpasang selang infus di lengan kanannya. Dia duduk di kursi plastik tepat di samping pasien."Bik, apa kabar?" Tanya Yeona yang sebelumnya dia mendehem."Ba-baik, Non," jawabnya terbata. Wanita paruh baya itu menatap Yeona dengan mata berkaca-kaca. Dia merasa sangat bersalah ketika ingatannya kembali ke beberapa tahun lalu.Hening ..."Non, maafkan bibik, ya? Bibik benar-benar menyesal.""Sudahlah, Bik, jangan dulu di bahas. Sekarang fokus saja di kesehatan bibik, ya," ucap Yeona sambil tersenyum.Buliran bening keluar dari sudut mata wanita paruh baya yang kini terbaring lemah."Non, dulu waktu ke
Read more
DMCA.com Protection Status