Share

3. Ke Rumah Sakit

Lulu terdiam, kaget. Kemudian berteriak minta tolong sambil menangis kencang. "Tolooong... Lala... Lala... Tolong!" pengendara motor tersebut turun dari motornya dan membopong Lala kepinggir jalan. Lulu menyusul langkah orang tersebut sambil menangis ketakutan.

Orang-orang sudah berkumpul di depan mengamati luka di kepala Lala yang cukup serius. Lalu ada yang memberikan minum kepada Lulu juga Lala, tetapi sepertinya Lala pingsan.

Karena kejadian tidak jauh dari rumah mereka, Bude Yati, tetangga mereka ikut melihat kegaduhan di depan jalan raya. Betapa terkejutnya Bude Yati karena korban tabrakan itu adalah Lala dan Lulu. Yatim piatu tetangganya. Bude Yati berteriak, “Tolong Pak, Bu ini tetangga saya, anak yatim piatu, cepat bawa ke rumah sakit, pinta Bude Yati dengan memelas dan gemetar.

Si pengendara motor menyetop taksi dan pergi meninggalkan motornya yang telah dipinggirkannya di bawah pohon dekat lampu merah. Dia melepas helmnya dan mencabut kunci motor.

****

"Halo, Rin! Apa? Lo nabrak anak SD?”

Risti kaget, mendengar ucapan Karin di seberang telepon sana. Seketika lututnya lemas, dia hari ini ada meeting penting dan bahannya ada pada Karin. Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah semoga masalah ini tidak lari ke kepolisian, bisa semakin runyam urusan. Risti bermonolog.

"Ya ampun, Karin, tapi lo gapapa, kan? Trus anak SD-nya bagaimana?”

Gapapa gue, mah. Ini anak SD-nya pingsan dan luka kepalanya cukup serius , sekarang gue lagi di rumah sakit. Sorry, kayaknya gue ga bisa ikut meeting hari ini, ucap Karin lemah, tersirat sedikit ketakutan di sana.

“Oke, lo tenang aja ntar gue ke sana, meeting hari ini kita tunda, ntar urusan gue gimana bilangnya ke pihak investor.” Risti mencoba menenangkan kepanikan temannya. Sekaligus menenangkan hatinya yang mendadak berdebar.

Bambang yang mendengar kabar Lala ditabrak langsung melajukan motornya dengan kencang menuju rumah sakit.

Bude Yati memeluk Lulu dengan wajah khawatir, sambil menunggu kedatangan Bambang. Sedangkan Karin masih tertunduk lemas, menyesali kecerobohannya hendak menerobos lampu merah. Ia tidak memperhatikan ada dua anak sekolah yang akan melintas. Bambang yang telah sampai di parkiran rumah sakit, turun dengan berlari menuju UGD untuk melihat keadaan Lala yang masih pingsan.

“Bambang...” panggil Bude.

“Bude, bagaimana ceritanya sampe Lala ketabrak gini?” Bambang gemetar panik akan hal buruk terjadi pada adiknya.

“Wanita itu yang melakukannya, Bude menunjuk Karin.

Karin tersadar sorot mata penuh amarah sedang menatapnya, Karin bangun dari duduknya dan menghampiri Bambang. Maafkan saya, Mas, saya ceroboh. tapi saya janji akan tanggung semua biaya pengobatan adiknya, Mas.” ucap Karin sedikit gugup.

“Kalau adik saya kenapa-napa, kamu yang harus tanggung jawab sampai selesai! ucapnya dengan nada kesal bercampur amarah.

Karin menatap sekilas lelaki muda di hadapannya, wajah lelaki biasa berkulit coklat dengan kacamata membingkai kedua bola matanya. Sepertinya masih sangat muda.

Mbak kenapa liatin saya?” tegur Bambang, seakan sadar akan diperhatikan oleh Karin

“Oohh... Eehh gapapa, Mas. Karin menunduk kembali.

"Iya, halo, Ris, gue di UGD,” Karin menerima telepon dari Risti.

Risti langsung berjalan menuju UGD. Semua yang melihatnya terpana. Wanita cantik, tinggi, berkaca mata hitam, rambut panjang tergerai dengan mengenakan setelan blazer merah muda, dan celana bahan berwarna coklat susu.

Karin memperhatikan kedatangan teman sekaligus bosnya ini seperti sedang melihat artis yang sedang jadi tontonan, Dasaaarr tukang tebar pesona! gumam Karin sambil tersenyum sinis.

"Rin, lo gapapa? Trus anaknya SD-nya gimana?” tanya Risti khawatir.

"Gue gapapa, Ris, cuma anak yang gue tabrak belum sadar,” jawab Karin lemas.

Bambang cuek tanpa memperhatikan kedatangan Risti. Ia masih sibuk menenangkan Lulu yang masih syok, beruntung Lulu hanya mengalami luka lecet di tangan dan kakinya.

“Bude, saya minta tolong, Lulu dibawa pulang saja biar istirahat, saya yang akan di sini menjaga Lala. “Lulu pulang sama bude ya, hati-hati,” Bambang memeluk erat Lulu dan memberikan dua lembar uang lima puluh ribuan untuk ongkos Bude Yati.

Risti melirik lelaki muda di sana, “Itu siapanya?” tanya Risti berbisik.

“Itu kakaknya.”

Bambang melihat sekilas ke arah Risti dan Karin, lalu menunduk kembali tanpa mempedulikan mereka.

“What? Gue di cuekin, mata Risti tidak percaya menatap lelaki muda itu tidak terpana oleh dirinya.

Ayolah, Bu Bos, masa di rumah sakit lu mau tebar pesona juga sih?gerutu Karin.

“Serius Rin, baru kali ini ada cowo yang liat gue, cuek gitu.”

“Kepedean lu, ah. Udah tua juga, umpat Karin kesal.

“Keluarga Lala,” panggil dokter yang keluar dari UGD.

"Ya, saya kakaknya, Dok.”

Risti dan Karin ikut menghampiri Bambang.

“Alhamdulillah, pendarahan di kepalanya sudah berhenti, hanya saja...” dokter menarik napas dalam sebelum melanjutkan penjelasannya.

Kenapa, Dok, adik saya?” Bambang tambah gemetar begitu juga Karin dan Risti.

“Lala masih belum sadar, harus ditempatkan di ruang intensif, lanjut dokter.

"Baik, Dok, lakukan yang terbaik untuk adik saya, saya tidak ingin sampai terjadi sesuatu hal buruk pada adik saya," suara Bambang terdengar begitu memohon. Bahkan tanpa diketahui oleh orang-orang sekitarnya, Bambang kini sedang berusaha kuat menahan air matanya yang sebentar lagi akan terjun bebas membasahi kedua pipinya.

"Maaf, Mas. Silahkan urus administrasi terlebih dahulu, kata seorang perawat.

Maaf, Sus, di mana ruangannya?” potong Risti cepat.

“Ris," panggil Karin.

“Udah lu tenang aja biar gue yang urus.”

Bambang memperhatikan dua wanita di depannya, dengan tatapan penuh tanda tanya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nikmah Ezaweny
dia yg akan jd suami sewaan eak eak.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status