Home / Romansa / Mencari Suami Bayaran / 3. Ke Rumah Sakit

Share

3. Ke Rumah Sakit

last update Last Updated: 2023-02-07 10:58:08

Lulu terdiam, kaget. Kemudian berteriak minta tolong sambil menangis kencang. "Tolooong... Lala... Lala... Tolong!" pengendara motor tersebut turun dari motornya dan membopong Lala kepinggir jalan. Lulu menyusul langkah orang tersebut sambil menangis ketakutan.

Orang-orang sudah berkumpul di depan mengamati luka di kepala Lala yang cukup serius. Lalu ada yang memberikan minum kepada Lulu juga Lala, tetapi sepertinya Lala pingsan.

Karena kejadian tidak jauh dari rumah mereka, Bude Yati, tetangga mereka ikut melihat kegaduhan di depan jalan raya. Betapa terkejutnya Bude Yati karena korban tabrakan itu adalah Lala dan Lulu. Yatim piatu tetangganya. Bude Yati berteriak, “Tolong Pak, Bu ini tetangga saya, anak yatim piatu, cepat bawa ke rumah sakit, pinta Bude Yati dengan memelas dan gemetar.

Si pengendara motor menyetop taksi dan pergi meninggalkan motornya yang telah dipinggirkannya di bawah pohon dekat lampu merah. Dia melepas helmnya dan mencabut kunci motor.

****

"Halo, Rin! Apa? Lo nabrak anak SD?”

Risti kaget, mendengar ucapan Karin di seberang telepon sana. Seketika lututnya lemas, dia hari ini ada meeting penting dan bahannya ada pada Karin. Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah semoga masalah ini tidak lari ke kepolisian, bisa semakin runyam urusan. Risti bermonolog.

"Ya ampun, Karin, tapi lo gapapa, kan? Trus anak SD-nya bagaimana?”

Gapapa gue, mah. Ini anak SD-nya pingsan dan luka kepalanya cukup serius , sekarang gue lagi di rumah sakit. Sorry, kayaknya gue ga bisa ikut meeting hari ini, ucap Karin lemah, tersirat sedikit ketakutan di sana.

“Oke, lo tenang aja ntar gue ke sana, meeting hari ini kita tunda, ntar urusan gue gimana bilangnya ke pihak investor.” Risti mencoba menenangkan kepanikan temannya. Sekaligus menenangkan hatinya yang mendadak berdebar.

Bambang yang mendengar kabar Lala ditabrak langsung melajukan motornya dengan kencang menuju rumah sakit.

Bude Yati memeluk Lulu dengan wajah khawatir, sambil menunggu kedatangan Bambang. Sedangkan Karin masih tertunduk lemas, menyesali kecerobohannya hendak menerobos lampu merah. Ia tidak memperhatikan ada dua anak sekolah yang akan melintas. Bambang yang telah sampai di parkiran rumah sakit, turun dengan berlari menuju UGD untuk melihat keadaan Lala yang masih pingsan.

“Bambang...” panggil Bude.

“Bude, bagaimana ceritanya sampe Lala ketabrak gini?” Bambang gemetar panik akan hal buruk terjadi pada adiknya.

“Wanita itu yang melakukannya, Bude menunjuk Karin.

Karin tersadar sorot mata penuh amarah sedang menatapnya, Karin bangun dari duduknya dan menghampiri Bambang. Maafkan saya, Mas, saya ceroboh. tapi saya janji akan tanggung semua biaya pengobatan adiknya, Mas.” ucap Karin sedikit gugup.

“Kalau adik saya kenapa-napa, kamu yang harus tanggung jawab sampai selesai! ucapnya dengan nada kesal bercampur amarah.

Karin menatap sekilas lelaki muda di hadapannya, wajah lelaki biasa berkulit coklat dengan kacamata membingkai kedua bola matanya. Sepertinya masih sangat muda.

Mbak kenapa liatin saya?” tegur Bambang, seakan sadar akan diperhatikan oleh Karin

“Oohh... Eehh gapapa, Mas. Karin menunduk kembali.

"Iya, halo, Ris, gue di UGD,” Karin menerima telepon dari Risti.

Risti langsung berjalan menuju UGD. Semua yang melihatnya terpana. Wanita cantik, tinggi, berkaca mata hitam, rambut panjang tergerai dengan mengenakan setelan blazer merah muda, dan celana bahan berwarna coklat susu.

Karin memperhatikan kedatangan teman sekaligus bosnya ini seperti sedang melihat artis yang sedang jadi tontonan, Dasaaarr tukang tebar pesona! gumam Karin sambil tersenyum sinis.

"Rin, lo gapapa? Trus anaknya SD-nya gimana?” tanya Risti khawatir.

"Gue gapapa, Ris, cuma anak yang gue tabrak belum sadar,” jawab Karin lemas.

Bambang cuek tanpa memperhatikan kedatangan Risti. Ia masih sibuk menenangkan Lulu yang masih syok, beruntung Lulu hanya mengalami luka lecet di tangan dan kakinya.

“Bude, saya minta tolong, Lulu dibawa pulang saja biar istirahat, saya yang akan di sini menjaga Lala. “Lulu pulang sama bude ya, hati-hati,” Bambang memeluk erat Lulu dan memberikan dua lembar uang lima puluh ribuan untuk ongkos Bude Yati.

Risti melirik lelaki muda di sana, “Itu siapanya?” tanya Risti berbisik.

“Itu kakaknya.”

Bambang melihat sekilas ke arah Risti dan Karin, lalu menunduk kembali tanpa mempedulikan mereka.

“What? Gue di cuekin, mata Risti tidak percaya menatap lelaki muda itu tidak terpana oleh dirinya.

Ayolah, Bu Bos, masa di rumah sakit lu mau tebar pesona juga sih?gerutu Karin.

“Serius Rin, baru kali ini ada cowo yang liat gue, cuek gitu.”

“Kepedean lu, ah. Udah tua juga, umpat Karin kesal.

“Keluarga Lala,” panggil dokter yang keluar dari UGD.

"Ya, saya kakaknya, Dok.”

Risti dan Karin ikut menghampiri Bambang.

“Alhamdulillah, pendarahan di kepalanya sudah berhenti, hanya saja...” dokter menarik napas dalam sebelum melanjutkan penjelasannya.

Kenapa, Dok, adik saya?” Bambang tambah gemetar begitu juga Karin dan Risti.

“Lala masih belum sadar, harus ditempatkan di ruang intensif, lanjut dokter.

"Baik, Dok, lakukan yang terbaik untuk adik saya, saya tidak ingin sampai terjadi sesuatu hal buruk pada adik saya," suara Bambang terdengar begitu memohon. Bahkan tanpa diketahui oleh orang-orang sekitarnya, Bambang kini sedang berusaha kuat menahan air matanya yang sebentar lagi akan terjun bebas membasahi kedua pipinya.

"Maaf, Mas. Silahkan urus administrasi terlebih dahulu, kata seorang perawat.

Maaf, Sus, di mana ruangannya?” potong Risti cepat.

“Ris," panggil Karin.

“Udah lu tenang aja biar gue yang urus.”

Bambang memperhatikan dua wanita di depannya, dengan tatapan penuh tanda tanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nikmah Ezaweny
dia yg akan jd suami sewaan eak eak.........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mencari Suami Bayaran   108. Akikah

    Pertemuan mengharu-biru antara si Mbok, Fani, dan Munos pun tidak terelakkan. Ditambah melihat cucunya tumbuh sehat, montok, dan tampan; Abi; cucu satu-satunya yang diurus Munos dan Fani dengan sangat baik dan penuh kasih sayang. Bu Darsih tidak bisa menahan air mata kerinduan sekaligus haru. Bu Sundari pun sama terharunya dengan anak menantunya. Bagi Bu Sundari, ibu dari Tiyan adalah keluarga, bukan orang lain. Bu Sundari tidak akan pernah bisa membalas kebaikan almarhum Tiyan dan ibunya yang sudah mau menerima Fani dahulu apa adanya. "Mbah jangan nangis," kata Abi yang kini sudah di pangkuan Bu Darsih. "Mbah nangis bukan karena sedih, tapi karena senang ketemu Abi dan adik kembar. Duh, pipi Abi kayak bakpao coklat. Makannya apa, Nak?" Bu Darsih mencium gemas pipi cucunya. "Minum susunya kuat sekali, Mbak. Ya ampun, nyedot botol terus, padahal udah mau sekolah." Bu Sundari menjawab sambil tersenyum. "Pantas saja pipinya gembul. Perutnya juga ndut. Aduh, Mbah senang sekali lihat

  • Mencari Suami Bayaran   107. Si Mbok

    Bu Darsih sudah sampai di Stasiun Gambir pukul delapan pagi. Perjalanan dari Malang menuju Jakarta memang memakan waktu kurang lebih tiga belas jam dengan kereta api. Semalam Bu Darsih berangkat dari Stasiun Malang Kota Lama pukul tujuh malam. Dengan dibantu jasa dua porter, Bu Darsih menurunkan semua barang bawaannya sampai di pintu keluar. Masing-masing porter diberikan uang tujuh puluh lima ribu rupiah oleh wanita itu, sengaja ia lebihkan karena porter stasiun yang mengangkut barangnya mungkin seumuran suaminya. Tidak tega ia memberikan pas ataupun menawar dengan harga sangat rendah, karena ia teringat akan suaminya yang juga bekerja hanya sebagai buruh. "Bu." Gadis berwajah manis menepuk pundak Bu Darsih dengan riang. "Ya ampun, kamu bikin kaget Ibu saja. Udah lama nunggu?""Nggak, Bu, baru sepuluh menit. Ibu udah sarapan belum?" tanya Hesti. "Belum.""Sama, Hesti juga belum, emang sengaja nunggu Ibu, biar ditraktir." Gadis itu menggandeng tangan Bu Darsih, lalu membawanya ke

  • Mencari Suami Bayaran   106. Nikmatnya Mengurus Bayi

    "Mama tadi bilang, Fani harus cukup istirahat. Jika si Kembar tidur, maka Fani juga harus tidur. Gak usah pedulikan bayi tua yang suka iseng gangguin. Biarkan ia berpuasa selama empat puluh hari, itu juga kalau beruntung. Bisa saja jadi buntung, saat nifasnya kamu menjadi enam puluh hari, ha ha ha.... "Bu Sundari berbalik badan dengan cepat. Ia tergelak dan tidak sanggup melihat wajah Munos yang pastinya sangat kesal dengan ocehan tidak jelasnya. "Mama mau lihat Abi dulu di kamarnya!" Seru Bu Sundari setelah kedua kakinya berada di luar kamar. Setelah pintu kamar tertutup rapat. Munos menghampiri Fani yang tengah memangku Fathia yang sudah pulas. Wajah Fathia sangat mirip dengan Munos, begitu juga Ibrahim. Tidak ada sedikit pun mengambil wajahnya yang biasa-biasa saja. Wajah anak kembarnya sedikit ke timur tengahan, persis bapak mereka. Lelaki itu duduk di samping Fani sambil memperhatikan wajah Fathia yang terlelap. "MasyaAllah, anak Bapak Munos kenapa cakep semua?" pria itu me

  • Mencari Suami Bayaran   105. Masa Nifas

    Kabar Fani yang sudah melahirkan sampai juga ke telinga si Mbok di kampung. Wanita paruh baya; ibu dari Tiyan. Si Mbok mendapatkan kabar itu dari orang tua Fani yang masih berhubungan baik dengan ibunya Tiyan itu. Bukan main senangnya si Mbok mendengar kabar Fani melahirkan anak kembar. Si Mbok bahkan pergi ke pemakaman Tiyan untuk menceritakan kabar gembira ini di pusara putra satu-satunya. Ia mengatakan akan pergi ke Jakarta untuk menjenguk Fani dan bayi kembarnya. "Bu, sudah, jangan nangis terus. Ini sudah bertahun-tahun berlalu, Ibu masih saja menangis saat di pusara Tiyan. Kasihan Tiyan, Bu. Ikhlaskan ya." "Iya, Pak, saya hanya terharu saja." Wanita yang biasa dipanggil si Mbok oleh Fani dan Tiyan itu bernama asli Darsih. Semenjak Fani kembali ke Jakarta dan menikah dengan Munos, Bu Darsih tinggal sendiri di kampung. Ditemani keponakannya. Namun setahun lalu, Bu Darsih yang masih berusia empat puluh delapan tahun ini dijodohkan dengan seorang duda anak tiga, untuk menemani ha

  • Mencari Suami Bayaran   104. Si Kembar

    Fani merapikan mukenanya setelah selesai sholat isya, malam ini suaminya lembur kemudian ia mengambil ponsel, melihat pesan masuk, apakah ada dari suaminya? Ternyata Munos baru saja mengirim pesan bahwa Munos baru akan pulang dari kantor, dan menanyakan pada Fani, mau dibelikan apa untuk oleh-oleh saat pulang.[Mau bapak saja.][Hahahaha..awas ya, Buu]Fani terkekeh membaca balasan pesan suaminya. Kehamilan ketiga ini dirasanya sangat berbeda. Tanpa ngidam berlebihan dan mual muntah juga yang biasa saja. Hanya seluruh tubuhnya, seakan tak rela jika berjauhan lama dengan suaminya. Kalau kata reader mah, bucin. Aah..ntah dari mana dimulainya perasaan bahagia ini, yang jelas dikehamilan ketiga ini, Fani merasa dipenuhi cinta dari kedua mertuanya, dari orangtuanya,khususnya sang suami yang bersiap siaga kapan pun mengabulkan keinginan dirinya. Fani tengah menemani Abi bermain lempar tangkap bola. Usia Abi yang sudah memasuki enam belas bulan, dan kandungan Fani sudah menginjak empat bula

  • Mencari Suami Bayaran   103. Malam Itu

    Wanita itu menggelengkan kepala dengan air mata yang bercucuran dengan sangat deras. Saat melihat celah lalai lelaki di depannya, Fani bermaksud berlari turun dari ranjang, tetapi dengan cepat Munos mencekal tangan Fani dan menghempaskannya kembali ke atas ranjang.Secepat itu juga Munos menindih tubuh lemah Fani dengan tubuh besarnya. Wanita itu semakin kalang-kabut ketakutan. Terus saja ia memukul badan Munos dengan kedua tangannya. Ingin sekali ia menendang lelaki bajungan ini, tetapi tidak bisa karena kedua kakinya terkunci.“Aku sangat menginginkanmu, Risti. Ayo, kita membuat anak,” bisik Munos yang sudah mencium leher Fani dengan rakus.“Pak, saya Fani, bukan Risti, tolong jangan apa-apakan saya,” rintih Fani penuh permohonan, tetapi sayang. Munos sudah gelap mata dan dengan garangnya ia merobek pakaian Fani, hingga menyisakan bra saja dan rok. Dengan gemas Munos mulai mencicipi tubuh wanita yang kesadarannya hampir hilang.“Jangan, Pak. Jangan!” terjadilah hal menyedihkan di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status