Home / Romansa / Mencintai Seorang Climber / bab 222. Di Depan Ruang ICU

Share

bab 222. Di Depan Ruang ICU

last update Last Updated: 2025-06-29 23:16:00

Marco dan Maryam masih duduk di warung tenda, berusaha menghabiskan makanan walau sudah tak berselera. Sudah terlalu malam untuk mengisi perut. Hanya saja Marco merasa khawatir melihat Maryam yang selama beberapa hari menunggu di rumah sakit, tidak pernah kentara sedang makan.

“Maryam ... boleh aku tanya sesuatu?”

“Apa?”

“Ehmmm ... perhiasan yang aku kasi sebagai mahar, ada di mana?”

Maryam terdiam. Marco jadi mengira jika perhiasan itu sudah tidak ada, sudah dijual untuk biaya rumah sakit. Dia ingin bilang bahwa jika perhiasan itu memang terpaksa dijual karena butuh uang, dia tidak keberatan. Namun, mulutnya sulit bicara hal itu, sepertinya Maryam lagi sensitif sekali.

Maryam membuka tas besar yang selalu dia tenteng ke mana-mana. Di dalam tas itu ada pakaiannya dan dompet. Maryam merogoh kantong kecil di dalam tas, lantas mengeluarkan syal warna oranye. Ternyata perhiasan itu masih terbungkus syal punya Marco.

“Oh, ternyata kamu simpan. Sebetulnya ... aku pengin kamu pakai perhiasa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mencintai Seorang Climber   bab 222. Di Depan Ruang ICU

    Marco dan Maryam masih duduk di warung tenda, berusaha menghabiskan makanan walau sudah tak berselera. Sudah terlalu malam untuk mengisi perut. Hanya saja Marco merasa khawatir melihat Maryam yang selama beberapa hari menunggu di rumah sakit, tidak pernah kentara sedang makan.“Maryam ... boleh aku tanya sesuatu?”“Apa?”“Ehmmm ... perhiasan yang aku kasi sebagai mahar, ada di mana?”Maryam terdiam. Marco jadi mengira jika perhiasan itu sudah tidak ada, sudah dijual untuk biaya rumah sakit. Dia ingin bilang bahwa jika perhiasan itu memang terpaksa dijual karena butuh uang, dia tidak keberatan. Namun, mulutnya sulit bicara hal itu, sepertinya Maryam lagi sensitif sekali.Maryam membuka tas besar yang selalu dia tenteng ke mana-mana. Di dalam tas itu ada pakaiannya dan dompet. Maryam merogoh kantong kecil di dalam tas, lantas mengeluarkan syal warna oranye. Ternyata perhiasan itu masih terbungkus syal punya Marco. “Oh, ternyata kamu simpan. Sebetulnya ... aku pengin kamu pakai perhiasa

  • Mencintai Seorang Climber   bab 221. Memulai Hidup Baru

    Pak Wardoyo mengalami sesak napas, dan dibawa kembali ke ruang ICU. Dia masih sadar tatkala bertemu istri dan anaknya yang diizinkan besuk secara bergiliran. Maryam tidak pernah mengira, bakal menikah di rumah sakit. Dia tidak terlalu memikirkan statusnya, dia anggap akad nikah di ruang opname itu hanya untuk menyenangkan hati bapaknya. Makanya Maryam tidak merasa punya kewajiban sebagai istri. Berhari-hari dia berdiam di ruang tunggu rumah sakit. Jika ingin ke kamar mandi, dia memilih pergi ke halaman parkir di samping rumah sakit. Di situ ada kamar mandi berbayar yang lebih tertutup. Dia bisa membersihkan tubuh dan berganti pakaian. Di ruang tunggu rumah sakit, di lantai tiga, di depan bangsal perawatan intensif itu, semua penunggu pasien berwajah muram, lelah, namun belum ingin menyerah. Seperti juga para petugas medis yang pantang menyerah untuk terus berusaha menyelamatkan pasien. Kondisi Pak Wardoyo terus menurun, makan tidak bisa lagi lewat mulut, melainkan lewat selang yang

  • Mencintai Seorang Climber   bab 220. Proses Hukum

    Seno sudah hampir menyelesaikan jam kerjanya, tatkala ada telepon dari markas polisi. Sebetulnya Seno berniat ke rumah sakit, menjenguk bapaknya, tapi panggilan dari polisi tampaknya mendesak.Seno menelepon adiknya yang ada di rumah sakit. “Irma, kepriben kabare Bapak?”“Sejak pagi Bapak sudah sadar sepenuhnya, sudah mau disuapin bubur, biarpun hanya makan sedikit. Bapak lagi bahagia, karena Maryam baru saja menikah.”“Apa? Kapan Maryam menikah? Dengan siapa?”“Tadi pagi Maryam menikah, saat jam besuk pagi. Nikahnya dengan Marco.”“Nikah siri?”“Iya Kang, Bapak yang suruh, katanya mumpung Bapak masih ada ....”“Kok, aku sedih ya, adik-adik perempuanku dinikahi hanya secara siri?”“Marco sudah janji bakal mengurus surat nikah di KUA.”“Tolong bilang sama Bapak, kalau aku mungkin datangnya agak malam. Aku ada perlu ke kantor polisi, untuk proses hukum kasus yang menimpa Bapak kita.”“Iya Kang.”Seno mengakhiri percakapan, lantas bersiap pergi dari kantornya karena jam kerjanya sudah se

  • Mencintai Seorang Climber   bab 219. Jebakan

    Di dekat lahan sawah milik sebuah balai pertanian, seorang pria separo baya, bernama Sukendi, sedang berdiri sembari merokok. Sukendi membawa alat pancing ikan. Dia celingukan, mengamati orang-orang yang berjalan melewatinya, terutama orang yang naik motor. Dia terus mengawasi jalan kecil dekat lahan sawah itu. Jalan itu sudah diaspal, karena untuk lalu lintas warga dari dua kecamatan, dan terutama akses kendaraan roda empat serta traktor milik balai pertanian. Di tepi jalan ada beberapa warung kecil yang menjual makanan, minuman, dan bensin eceran.Sukendi duduk di bangku warung, pesan kopi.“Lagi nunggu siapa, Pak?” tanya seorang pria usia sekitar 40 tahun, yang sedari tadi duduk sambil makan gorengan dan minum teh manis di warung itu.Sukendi menoleh. “Nunggu teman.”“Mau mancing, Pak?”“Sebenarnya saya mau beli barang, katanya COD di sini.”“Oh, mau COD barang apa, Pak?”“Motor.”“Kalau beli motor mah, mending di showroom aja atuh Pak. Ada motor baru, yang second juga banyak. Kala

  • Mencintai Seorang Climber   bab 218. Mahar Seadanya

    Marco berjalan ke luar dari rumah sakit, dengan perasaan tak menentu. Lebih banyak rasa kaget di benaknya, karena tiba-tiba saja diminta untuk menikahi Maryam. Sebenarnya Marco tidak ingin memulai rumah tangga dengan nikah siri. Dia pernah merasa marah dan kecewa pada papanya yang menikah siri dengan seorang wanita, yang dijadikan istri kedua oleh papanya. Sejak saat itu, penilaian Marco terhadap nikah siri jadi negatif, nikah diam-diam, sembunyi-sembunyi, menipu istri pertama. Di mata Marco, wanita yang mau dinikahi secara siri adalah pelakor, wanita pemburu harta. Memang sudah ada contoh yang dilihatnya, yaitu Lyla yang pernah menjadi istri muda papanya. Satu lagi adalah Irma. Kentara sekali kedua wanita itu adalah pelakor pemburu harta, tanpa memikirkan perasaan wanita lain yang suaminya mereka rebut.Hari ini dia mulai paham, bahwa nikah siri itu tidak selalu bertujuan untuk akal-akalan menikahi pelakor tanpa ketahuan oleh istri tua. Nikah siri bisa jadi cara yang akan dipilih ol

  • Mencintai Seorang Climber   bab 217. Ragu untuk Menikah?

    Ketika terbersit niat hendak berangkat ke Cirebon, Marco sudah berencana untuk melamar Maryam. Maka dari itu, dia membawa seuntai kalung dan sebuah cincin, diambil dari seperangkat perhiasan emas yang pernah dibelinya untuk mahar. Karena batal menikah, mahar itu masih utuh. Marco hanya mengambil kalung dan cincin saja untuk tanda melamar Maryam. Tak disangka, dia malah diminta menikahi Maryam pada hari di mana dia baru tiba di Cirebon.“Bagaimana Nak Marco, apakah kamu bersedia menikahi Maryam, sekarang? Mumpung saya masih sadar, bisa menjadi wali nikah putri saya.”Marco melirik ke arah Maryam yang berdiri di sampingnya.Maryam bicara pada bapaknya, “Nanti saja Pak, tunggu Bapak sembuh.”“Siapa yang bisa menjamin kalau Bapak bakal sembuh?” tanya Pak Wardoyo, ”Umur manusia nggak ada yang tahu, Nak.” Wardoyo kembali menatap Marco, “Bagaimana Nak Marco?”“Iya Pak, saya siap. Tapi sebaiknya tanya dulu Maryam, supaya adil. Maryam juga berhak punya pendapat.”Wardoyo menatap putrinya. Mary

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status