Beranda / Romansa / Mencintai Seorang Climber / bab 36. Dua Orang yang Mirip

Share

bab 36. Dua Orang yang Mirip

Penulis: Yanti Soeparmo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-03 03:53:03

Marco berujar “Saya belum berani nyamperin lagi para pedagang di sekitar kampus. Jadi saya bekal makanan dari rumah, atau beli di tempat lain, bukan di sekitar kampus ini.”

Pandangan Ipda. Binsar Siagian menjelajahi dinding-dinding homebase, hingga akhirnya tertuju pada dua foto komandan Adventure, foto Marco dan Raymond.

“Belum ada komandan baru?” tanya Binsar.

“Belum kepikiran untuk memilih komandan.” jawab Marco.

Binsar melangkah menuju foto komandan. Dalam foto itu, keduanya memakai syal leher, topi rimba, dan menggendong ransel. Binsar mengalihkan pandangan ke sisi lain. Ada foto cowok gondrong sedang berdiri sendirian di bawah climbing wall, dengan latar belakang langit sore.

“Itu foto kamu?” tanya Binsar.

Marco mengikuti arah telunjuk Binsar. “Itu Raymond, bukan saya!”

“Kok, mirip ya?” Binsar rada tercengang.

“Kalau yang difoto gayanya kayak cover boy, itu pasti Raymond.” Marco tersenyum. “Saat SMA, Raymond pernah jadi model.” Marco geleng-geleng kepala dengan waja
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Mencintai Seorang Climber   bab 272. Tawaran Lain

    Hujan turun dengan deras. Marco yang sedang dalam perjalanan pulang setelah wawancara kerja, terpaksa menepi dan berteduh di sebuah minimarket. Dia sekalian membeli roti, susu dan kopi. Kemudian dia berdiri di teras minimarket itu, sembari memikirkan pekerjaan di kantor papanya.Marco bicara dalam hati, “Gaji yang ditawarkan hanya segitu. Mungkin Maryam tidak apa-apa kalau gajiku minim, dia terbiasa hidup ngirit. Tapi aku juga punya banyak rencana hidup, kalau sumber uang hanya sebatas itu, rencana hidupku tidak akan terwujud.”“Mungkin rumahku dikontrakkan saja. Rumah itu lokasinya strategis, pekarangannya juga cukup luas. Rumah itu bisa buat tempat tinggal sekalian tempat bisnis. Nanti aku cari rumah kontrakan yang kecil saja, mungkin yang sebulan 1,5 juta sudah cukup, kalau buat berdua. Uang dari kontrak rumahku sebagian bisa ditabung.”Marco teringat pertemuannya dengan sabrina. Dia jadi khawatir jika Maryam sampai tahu bahwa Sabrina juga sudah bekerja di kantor itu. Masalahnya Ma

  • Mencintai Seorang Climber   bab 271. It's Enough to Be with You

    “Dengar-dengar, Marco sudah menikah, apakah itu benar, Bu?” Demikian pertanyaan Pak Gunardi, ayahnya Sabrina yang juga CEO baru di perusahaan konstruksi yang didirikan oleh Ardi WiratamaBu Marianne menjawab, “Hanya nikah siri, mungkin si Marco kena pelet. Sekarang ini semua sumber keuangan Marco sudah saya tutup buat sementara. Kalau Marco mau dapat uang, mesti kerja di perusahaan papanya. Gajinya beri sebatas UMR. Perempuan itu mengincar Marco karena selama ini Marco banyak uang. Kalau sekarang ini duit bulanan Marco hanya gaji sebatas UMR, perempuan itu bakal kesal karena nggak akan mendapat apa yang dia inginkan. Cepat atau lambat, mereka bakal berpisah.”Bu Marianne yakin cara yang ditempuhnya bakal segera menampakkan hasil. ***Ketika sedang sarapan pagi, Marco bicara pada Maryam.“Hari ini aku mau ke kantor papaku, aku mesti segera kerja supaya ada pemasukan lagi. Aku sudah cerita soal sahamku yang diambil lagi sama mama, dan kafe yang harus ditutup. Aku belum bisa buka toko p

  • Mencintai Seorang Climber   bab 270. Kembali Bersama

    Marco masih bicara dengan Tante Erna lewat telepon.“Karena aku, Tante jadi berhenti kerja di butik.”“Begini Marco, dulu tante kerja di butik, karena mamamu yang minta. Dulu itu beberapa orang manajer di butik mamamu, terindikasi korupsi, jadi mamamu meminta tante kerja di butik untuk turut mengawasi para manajer. Sekarang sudah tidak ada lagi yang bisa korupsi, karena sistem kerja sudah dibenahi. Tante juga sudah berpikir untuk resign, karena capek juga, sering lembur. Ternyata keinginan resign dipercepat, ya nggak apa-apa. Sekarang tante bisa lebih banyak waktu untuk mengurus suami, dan main sama cucu.”“Iya Tante, maafkan aku ....”“Sebenarnya mamamu marah pada papamu yang kawin lagi, tapi nggak mungkin ngajak bertengkar sama papamu yang lagi sakit. Jadi mamamu marah sama semua orang, termasuk sama kamu, dengan alasan nggak setuju terhadap wanita yang jadi istrimu. Padahal dulu kan, mamamu sudah setuju kamu nikah sama Maryam. Lucu sekali perilaku mamamu itu kalau lagi ngambek.”“K

  • Mencintai Seorang Climber   bab 269. Sebuah Rekaman

    Semua perdebatan antara Marianne dan Erna disimak oleh Sabrina, dari ponselnya. Ternyata Bu Marianne lupa menutup aplikasi telepon, sehingga tanpa disadarinya nomornya masih terhubung dengan kontak terakhir, yaitu Sabrina. Tadinya Sabrina mau menutup telepon, namun dia mendengar ucapan Tante Erna tentang alasannya menghadiri pernikahan Marco. Sabrina terus menyimak, dan dia kaget saat mendengar kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Bu Marianne.“Oh, shame on you ....” desis Sabrina. Dia berhasil merekam beberapa kalimat terakhir Bu Marianne, sebelum kontak antarnomor itu terputus.Sabrina mencari ibunya untuk memperdengarkan rekaman itu. Pada mulanya, sang ibu tak paham apa yang menjadi topik bahasan dari wanita yang pembicaraannya direkam oleh Sabrina itu. Setelah Sabrina menjelaskan, ibunya mengernyit, cukup kaget.“Jadi itu suara Bu Marianne? Dia membahas suaminya yang selingkuh?”“That’s right.”“Astaga! Memalukan sekali, sampai segitunya ....”Ibu dan anak itu terdiam sejenak,

  • Mencintai Seorang Climber   bab 268. Aib Suami

    Sabrina menatap postingan di akun sosmed milik Marco, yang masih dia ikuti. Hatinya sungguh kecewa dan merasa sia-sia, melihat Marco dan Maryam berpoto dengan latar ruang front office KUA, di mana dalam postingan terlihat jelas tulisan Kantor Urusan Agama dari sebuah wilayah di Kota Cirebon. Dalam foto itu, Maryam mengenakan gamis dan kerudung putih, tangannya yang satu menggenggam buket bunga mawar putih dan pink, yang satu lagi memegang buku nikah. Marco berdiri di sisinya, mengenakan baju koko warna putih, dan juga memegang buku nikah.“Alhamdulillah, sah.” Itu tulisan Marco pada postingannya yang dibanjiri ucapan selamat dari rekan-rekannya. Pada akun milik Maryam juga ada foto seperti itu, dengan pose yang agak berbeda.Sabrina menghubungi Bu Marianne, lantas memberi tahu postingan Marco.“Tante nggak menganggap pernikahan itu ada. Tante nggak akan pernah menerima perempuan itu sebagai menantu.” Itu jawaban Bu Marianne.“Aku kira keluarga Tante sudah merestui, karena Tante Erna a

  • Mencintai Seorang Climber   bab 267. Isbat Nikah

    Sore itu, Marco mengajak Maryam ke butik yang ada di lingkungan sebuah pesantren. Karena tidak bisa memakai busana pengantin, Marco ingin membelikan gamis putih buat Maryam.Pegawai butik busana muslimah itu menunjukkan koleksi gamis putih. Maryam menyentuh beberapa gamis untuk merasakan bahannya. Ternyata beberapa gamis memakai bahan yang sama dengan gamis putih yang dijual di butik milik Bu Marianne. Hanya saja, butik Bu Marianne berada di kawasan elit Kota Bandung, ditambah lagi butik itu sudah punya nama yang cukup dikenal, sehingga harga busana di situ cukup tinggi untuk ukuran Maryam. Sedangkan butik muslimah di lingkungan pesantren itu hanya toko kecil di antara beberapa toko yang jadi tempat usaha milik pesantren. Busana berbahan yang sama dengan barang di butik kelas atas, dan kwalitas jahitan yang cukup baik, dihargai lebih terjangkau oleh kalangan menengah.Pegawai butik itu bicara, “Beberapa orang memilih beli gamis putih buat akad nikah. Katanya supaya baju akad nikah mas

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status