Share

bab 59. Room Service

Penulis: Yanti Soeparmo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-09 14:58:48

Beberapa pengunjung Pink Flower Salon and Bridal yang sedang menunggu giliran, menoleh ke arah Maryam yang tiba-tiba saja membuka pintu salon itu.

“Permisi.” Maryam memasuki salon. Dia menatap orang-orang yang sedang duduk di sebuah ruangan seperti lobi, karena di situ tampak seperti ruang tamu, dengan meja resepsionis.

Para customer salon itu tampak tak peduli pada orang yang baru datang, mereka kembali pada aktivitas awal mereka, main hape.

“Ada yang bisa saya bantu?” tanya resepsionis.

“Ehm, di sini… potong rambut sama perempuan, kan?” tanya Maryam.

“Bisa Mbak, tapi… saat dipotong nanti mungkin rambutnya dilihat sama banyak orang juga, cewek cowok. Nggak ada ruang khusus buat muslimah.” tutur resepsionis itu.

Maryam tidak berminat memotong rambutnya, dia cuma penasaran, betulkah orang yang sekilas dilihatnya masuk ke salon itu, adalah Marco? Atau cuma mirip? Namun, setelah disusul masuk ke dalam salon, ternyata Maryam tidak melihat sosok Marco di antara orang-orang yang sedang dudu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Mencintai Seorang Climber   bab 207. Siapa yang Melukaimu?

    Mobil patroli polisi berhasil mencegat mobil yang membawa Wardoyo dan Seno. Dua orang polisi yang menghampiri mobil itu, memulai pemeriksaan standar.“Boleh lihat SIM dan STNK kendaraan ini?"Sopir mengeluarkan SIM dari dompetnya, dan STNK dari laci mobil, diperlihatkan kepada polisi. Sementara polisi yang seorang lagi, sedari tadi hanya mengamati isi mobil dari sisi yang lain. Dia melihat sebuah benda ada di dalam laci dashboard, saat barusan laci itu dibuka sekejap untuk mengambil STNK.“STNK atas nama Ruhiyat? Yang mana Ruhiyat?” tanya polisi.“Ehmmm ... itu nama pemilik pertama, Pak. Saya beli mobil ini dari Pak Ruhiyat, tapi STNK belum sempat balik nama, begitu Pak.” jawab pria yang duduk di dekat sopir.Polisi itu menuding ke arah dashboard, “Tolong buka lagi laci itu! Barusan saya lihat ada pistol di situ!”Laci itu dibuka, di dalamnya ada sepucuk pistol. Pria yang duduk di depan, memberikan pistol itu pada polisi seraya mengatakan bahwa itu hanya air soft gun, pistol mainan.

  • Mencintai Seorang Climber   bab 206. Menolak Job

    Pria yang baru tiba itu berusia awal empatpuluhan, dia menyalami Pak Wardoyo dan Seno.“Bagaimana Pak? Jadi mau berangkat ke Jawa Tengah?” tanya Pak Wardoyo. “Saya dan anak saya akan gantian mengemudikan truk.”“Iya Pak, truk sudah siap. Kita bicarakan biayanya.”“Sebentar dulu, sebelum bicara soal biaya, saya mau tahu dulu, apa muatan truk?” tanya Wardoyo pada pria yang baru datang itu.“Saya kira ... Bapak nggak pilih-pilih muatan, apa saja mau, ya kan?”“Asal jangan ada narkoba yang disusupkan dalam muatan truk. Karena nanti saya yang kena, kalau ada razia.”“Tenang Pak, nggak ada narkoba. Ehmmm, Bapak nggak keberatan kan, kalau bawa hewan?”“Saya pernah bawa sapi, kuda, kambing, ayam, bebek, semuanya masih hidup saat tiba di tujuan. Tapi ... hewan apa yang mau dibawa ke Jawa Tengah?”“Ehmmm ....”Seno nimbrung, “Kalau hewannya b@bi, saya nggak mau ikut. Bukan masalah haram, karena kalau masalah haram mah, itu kalau dimakan. Kalau masalah najis, bisa dibersihkan. Tapi saya dan Bapa

  • Mencintai Seorang Climber   bab 205. Siapa Pelakunya?

    Wartini mengira, anak laki-lakinya yaitu Seno melakukan penyerangan terhadap Daffa, anaknya Ruhiyat.“Seno pasti marah sekali karena Irma dilukai. Emak jadi takut, kalau benar Seno yang balas dendam sama anaknya Ruhiyat ... Seno bisa dilaporkan ke polisi.”Irma tampak gelisah. “Kalau dilaporkan ke polisi itu masih mending ... Kang Ruhiyat punya banyak anak buah, aku khawatir dia menyuruh anak buahnya untuk menyiksa orang yang sudah melukai anaknya. Aku khawatir sama Kang Seno ....”Maryam terdiam, tapi dalam hati dia ragu jika Seno bertindak untuk membalas rasa sakit yang sudah diderita oleh adiknya. Dalam pandangan Maryam, Seno bukan tipe orang yang mau berkorban untuk saudaranya, atau mau melakukan sesuatu demi harga diri saudaranya. Kalau ada yang balas dendam atas penderitaan Irma, itu bukan Seno ... tapi mungkin pria lain?Wartini menelepon putranya, tapi nomor yang dihubungi sedang tidak aktif. Saat nomor istrinya dihubungi, bisa terhubung.“Kang Seno tadi pagi pamitnya mau ada

  • Mencintai Seorang Climber   bab 204. Balas Dendam

    Maryam menatap foto-foto dan video prewedding yang diposting di sebuah akun.“Apa-apaan ini? Kalau benar Marco dan Sabrina bikin prewedding, ngapain juga diposting di akunnya Siska?” gumam Maryam. Siska adalah rekan kerjanya saat di butik. Dalam postingan itu, Siska nge-tag beberapa akun milik rekan-rekannya yang sudah resign, termasuk akun Maryam. Itulah sebabnya muncul notif, dan Maryam melihatnya.Maryam memang merasa cemburu dengan foto-foto dan video itu, tapi saat ini dia sudah bisa berpikir lebih bijak. Berkaca dari pengalaman pahit yang telah lalu, saat dirinya begitu tergesa-gesa menyimpulkan hal yang negatif tentang Marco, tanpa mau mendengar penjelasan dari Marco, hanya menuruti kata hati yang dibakar rasa cemburu. Akibatnya rencana pernikahan batal.Saat ini Maryam dan Marco memang belum lagi merencanakan kapan mereka akan menikah, tapi Marco bilang ingin membina rumah tangga dengan Maryam. Jika Marco hanya sekadar main-main, mestinya dia tidak akan buang-buang waktu dan b

  • Mencintai Seorang Climber   bab 203. Terpuruk

    Setelah merasa cukup memberi nasihat pada anak-anaknya, Wardoyo pamit hendak pulang. Wartini mengantar mantan suaminya itu hingga ke teras rumahnya.“Kang, terima kasih ya, sudah ikut mengurus Irma.”“Itu kan, kewajiban saya sebagai bapaknya kedua anakmu. Oh iya, Maryam mau pulang bareng bapak?”Wartini yang menjawab, “Biarlah Maryam di sini dulu, menemani Irma. Selama ini Irma kan, tidak punya saudara perempuan. Sekarang dia pasti butuh saudara perempaun. Dia baru saja terluka wajahnya, lalu hari ini ditalak sama suaminya. Saya bisa merasakan hatinya yang perih. Tapi Irma selalu pura-pura tegar kalau di depan saya. Saya tahu dia pengin nangis, tapi tidak mau di hadapan saya karena dia takut saya ikut sedih dan kepikiran. Biarlah Irma nangis dan curhat sama Maryam. Perempuan butuh menangis untuk melepaskan sebagian penderitaan.”“Kalau begitu saya titip Maryam di sini.”Wardoyo pulang dengan hati masih diliputi kekhawatiran akan nasib Irma. Seno juga pulang ke rumah kontrakannya.Di k

  • Mencintai Seorang Climber   bab 202. Ditalak Ketika Terluka

    Maryam kembali menjenguk Irma di hari Minggu, karena Irma meneleponnya, meminta Maryam datang menemaninya. Di hari Minggu warung emaknya Maryam tutup, karena pembeli biasanya tidak banyak, berhubung kantor-kantor yang ada di dekat warung itu libur di hari Minggu dan tanggal merah. Maryam tidak punya banyak pekerjaan, maka dia bisa ke rumah sakit untuk menemani Irma.Biasanya Wartini, emaknya Irma, selalu mendelik jika melihat Maryam, bicara ketus, atau menyindir dan menghina. Namun, semenjak Irma mengalami penyerangan yang fatal, Wartini lebih banyak diam. Dia baru banyak bicara saat bertanya kepada dokter, apakah wajah anaknya akan pulih.“Pokoknya yang penting lukanya menutup dulu, dan sembuh, tanpa infeksi.” Itu jawaban dokter.“Tapi apakah nanti bakal ada bekasnya, Dok?”“Mbak Irma masih muda, secara fisik juga sehat, jadi lukanya bisa pulih lebih cepat. In Syaa Allah. Hari ini sudah boleh pulang. Tiga hari lagi kontrol ke sini.”“Ganti perbannya bagaimana, Dok?”“Ganti perban set

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status