Share

Bab 22: Pertanyaan Bang Hasan

Aku menghabiskan beberapa menit dengan Bang Zaky setelah kepergian Maya. Lelaki itu terlihat kikuk, salah tingkah juga gugup hingga pelipisnya mengucurkan keringat. Saat itu, Bang Zaky berusaha keras menjelaskan padaku perihal mantan istri dan putri kecilnya yang bak bidadari. Masa lalu yang tidak pernah dia sebutkan sama sekali, karena menurutnya masa depanlah yang paling berarti.

Aku bungkam saja, mengulas senyum agar lelaki itu tidak semakin gugup sembari mendengar kisah hidupnya. Hingga kepulanganku, Bang Zaky masih merasa bersalah, dia mengantarku dengan tatapan sayu, yang menyiratkan kekecewaan yang mendalam pada dirinya sendiri.

Hampir setengah lima sore, aku menyempatkan diri untuk salat asar lebih dulu di musalla yang disediakan kafe milik Bang Zaky sebelum berangkat pulang. Perjalanan pulang terasa lebih nyaman, karena pikiran tidak lagi terbeban dengan keadaan belum menunaikan kewajiban.

Tidak butuh waktu terlalu lama, jam sibuk belum tiba saat motor

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status