Share

Bab 6

Penulis: Isha
Seseorang mengungkapkan sebuah kasus plagiarisme di internet.

Dan pelaku utama kasus ini adalah dua orang yang sedang mengadakan pameran seni hari ini, yaitu Kania dan Zita.

Melihat palet warna yang dibuat oleh warganet di ponselnya, dua lukisan tersebut benar-benar mirip dari konten gambar hingga komposisi warnanya.

Tak lama kemudian, topik #Artis Pemula Kania Diduga Plagiat# muncul di trending topic, memicu perdebatan luas.

Beberapa teman berkumpul di sekelilingnya, gelisah seperti semut di atas wajan panas, bergerak kesana kemari.

"Bagaimana mungkin Kania menjiplak? Seragam di lukisan itu seragam sekolah kita, apa mereka buta?"

"Betul, betul, gadis itu memang Kania sendiri, kami semua bisa jadi saksi!"

"Jelas sekali Zita yang menyontek, dan dia masih nggak merasa malu."

Kania tetap berusaha tenang, dia berlari pulang untuk mengambil sketsanya dan membuktikan kebenaran.

Di sepanjang perjalanan, pikirannya kacau, mengingat kembali kejadian saat dia membuat lukisan itu.

Tahun itu, dia berusia 18 tahun, dan Sandi tidak lagi menjemputnya pulang sekolah.

Dia membawa pulang ujian dengan nilai tertinggi, langsung berlari ke ruang kerja Sandi, ingin menunjukkan padanya dan membuat pria itu bahagia.

Ruangannya sunyi sepi.

Sandi tertidur di meja, dan Kania berjalan pelan ke sampingnya.

Sinar matahari senja menyinari alis dan sudut matanya, di bawah cahaya keemasan yang berkilauan, dia tampak seperti dewa yang tak terjangkau.

Kania bersikeras ingin menjadi orang yang menurunkannya dari kedudukannya yang tinggi itu.

Jadi, dia mengambil kertas ujiannya dan meletakkannya di wajah Sandi, lalu memberikan ciuman lembut.

Sandi terbangun, dan langsung memarahinya.

Namun, tanpa terlalu memikirkan omelan itu, Kania langsung membalikkan badan dan menggambar momen itu, disimpan dengan hati-hati selama bertahun-tahun.

Sekarang, dia sudah melepaskan Sandi, dan karena kebutuhan uang, dia memasukkan lukisan itu ke dalam karya pamerannya.

Tidak disangka, itu malah menjadi noda yang mencoreng namanya.

Setibanya di rumah, Kania mencari di segala sudut yang bisa dia pikirkan, namun tidak menemukan sedikit pun jejak sketsa itu.

Dia mulai panik, mengingat-ingat tempat yang belum dia cari.

Ponselnya berbunyi, teman-temannya mengirimkan sebuah tautan dan memintanya segera melihat.

Dia mengetuknya pelan, dan wajah Zita muncul di layar.

Melihat tulisan "Konferensi Pers" di latar belakang, hatinya langsung terasa berat.

Dalam siaran langsung itu, Zita tampak serius dan menjelaskan masalah plagiarisme tersebut. Dia menceritakan seluruh proses pembuatan lukisan dengan rinci.

Selanjutnya, dia mengeluarkan sketsa dan menunjukkannya kepada banyak wartawan dan kamera yang ada.

"Aku mengenal artis pemula yang terlibat dalam masalah plagiarisme ini, Kania. Dia masih muda, aku percaya dia nggak berniat buruk. Dia hanya tersesat sejenak, aku nggak menyalahkannya."

Setelah konferensi pers ini, opini publik daring langsung condong ke satu pihak.

Sekelompok besar warganet menyerbu akun Kania dengan cacian, dan komentarnya dengan cepat mencapai lebih dari seratus ribu.

Sementara itu, satu lagi topik trending mulai naik.

"Putri Tertua Keluarga Kurnia dan Presiden Grup Buwono Berciuman Mesra, Diduga Berita Baik Akan Segera Tiba"

Video di bawah topik itu mulai diputar otomatis.

Sandi tiba di lokasi konferensi pers dengan mengendarai mobil sport, Zita tersenyum dan berlari menuju dia, langsung memeluknya.

Keduanya berpelukan dan masuk ke kursi belakang mobil. Sebelum pembatasnya naik, kamera menangkap adegan ciuman mereka.

Pemberitaan tentang hubungan mereka sudah lama terungkap, menarik banyak penggemar yang ramai meninggalkan komentar di bawah video ini.

"Manis sekali! Bikin meleleh! Uuugh!"

"Kenapa pembatasnya naik? Apakah ada yang nggak boleh aku lihat sebagai penggemar mereka?"

"Dengar-dengar Sandi itu pamannya Kania. Sekarang Kania terlibat skandal plagiarisme dengan Zita, Sandi datang pertama kali untuk membela Zita. Bukankah ini makin menguatkan kalau yang menyontek itu Kania?"

Kania mundur dengan ekspresi kosong, melihat pemberitahuan komentar yang terus berkembang pesat. Dia mengklik dan menemukan semua komennya berisi cacian untuk dirinya.

Ada yang menghinanya karena tidak belajar dengan baik, ada yang mengkritiknya tak bermoral, ada yang merendahkan keterampilannya.

Bahkan keluarganya ikut dihina, mereka bilang dia tidak punya sopan santun dan berasal dari keluarga yang tidak jelas.

Jari-jari Kania berhenti di salah satu komentar itu, tubuhnya gemetar.

Air mata jatuh satu per satu di layar, mengaburkan tulisan, tapi tidak bisa mengaburkan rasa sakit di hatinya.

Dia menelepon Sandi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
luuu sandi jangan sampe nyesel
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mencintai dalam Diam   Bab 26

    Meskipun Keluarga Kurnia bukan dari kalangan pejabat atau pedagang kaya, mereka selalu dihormati di Jintara berkat warisan budaya literatur mereka yang sudah turun-temurun.Hingga generasi Zita, Keluarga Kurnia hanya memiliki satu anak perempuan, sehingga mereka membesarkannya dengan penuh perhatian, mencurahkan banyak sumber daya sejak kecil untuk memastikan masa depan cerah yang dapat mendukung keluarga.Untuk itu, Keluarga Kurnia secara khusus mengundang seorang maestro seni lukis tradisional yang paling terkenal di negeri ini untuk mendidik Zita sejak kecil. Dengan reputasi sebagai murid langsung dari Pak Jayadi, Zita berhasil menciptakan nama besar di dunia seni lukis meski usianya masih muda.Melalui Pak Jayadi pula Zita bisa mengenal Sandi.Ketika berita pertunangan mereka menyebar, Keluarga Kurnia sangat gembira, mengira inilah kesempatan untuk mencapai puncak kesuksesan.Namun, tidak sampai satu bulan kemudian, berita bahwa Zita diusir dari vila Keluarga Buwono menyebar luas d

  • Mencintai dalam Diam   Bab 25

    Setelah upacara pembukaan selesai, Kania mengantar keluarga tantenya keluar dari kampus, lalu berbalik menuju fakultasnya.Baru saja sampai di gerbang, dia mendongak dan langsung bertemu dengan sepasang mata yang sangat tidak asing.Entah kenapa, setelah sepenuhnya melepaskan perasaan itu, setiap kali bertemu Sandi, dia selalu merasa seperti anak kecil yang ketahuan berbuat salah oleh orang tuanya.Rasanya persis seperti saat dia diam-diam memberikan kalung ibunya kepada temannya dan ketahuan.Apakah ini yang disebut wibawa dari seorang senior?Bertemu langsung seperti ini, dia tidak mungkin berpura-pura tidak melihatnya. Dengan gugup, dia maju untuk menyapa Sandi."Om, kenapa Om ke sini?"Melihat matanya yang menghindar, hati Sandi terasa sakit.Namun, dia menekan gejolak emosinya dan berpura-pura tenang."Aku datang untuk melihat upacara pembukaan."Kania mengangguk pelan tanpa berkata apa-apa lagi.Keduanya berjalan dalam diam, perlahan memasuki fakultas.Keheningan ini membuat Sand

  • Mencintai dalam Diam   Bab 24

    Sejak mengetahui bahwa Nona Kania bukan kabur dari rumah melainkan pindah ke luar negeri, dahi pengurus rumah selalu berkerut.Dulu, saat Nona Kania masih di sini, jika mereka melakukan kesalahan, masih ada yang membela mereka.Selama Nona Kania yang bicara, kesalahan sebesar apa pun, Sandi pasti akan memaafkannya.Karena sekarang dia tidak ada, yang menderita adalah para pelayan di bawah Sandi.Entah kenapa, Sandi belakangan ini tidak hanya murung, tetapi juga gemar mencari kesalahan.Juru masak tidak memasak bubur pagi, Sandi langsung marah besar. Juru masak yang panik hanya bisa buru-buru memasak sambil menggerutu. "Nona Kania nggak ada, Pak Sandi sendiri juga nggak suka bubur. Wajar dong, kalau nggak dimasak?"Tukang kebun memangkas dua pohon di halaman, gajinya langsung dipotong dua bulan. Tukang kebun itu berpikir keras, tetapi tidak mengerti. Bukankah dua pohon itu ditanam oleh Nona Kania, yang sebelum pergi terus berpesan agar sering dipangkas supaya bisa tumbuh tinggi? Apa yan

  • Mencintai dalam Diam   Bab 23

    Setelah tiba di Jintara, asisten yang pengunduran dirinya ditolak langsung datang menjemput Sandi dengan mobil.Setelah melewati peristiwa ini, asisten itu melihat banyak hal dengan lebih jelas. Sekarang dia bekerja dengan sungguh-sungguh, pikirannya hanya tertuju pada atasannya dan Nona yang pernah menyelamatkan nyawanya.Selama dua hari ini, ponselnya hampir tidak berhenti berdering karena masalah pernikahan yang dibatalkan. Namun, dia tetap tutup mulut, tidak mengungkapkan sepatah kata pun.Kini bosnya sudah kembali, beban dan tekanan yang dia pikul akhirnya bisa dilepaskan, membuat suasana hatinya jauh lebih baik.Satu-satunya masalah adalah suasana hati bosnya tampaknya tidak terlalu baik, sehingga dia menyampaikan laporan dengan nada yang sangat hati-hati."Pak Sandi, meskipun pernikahan telah dibatalkan, Nona Zita terus membuat keributan. Kemarin dia bahkan membawa barang-barangnya dan pindah ke vila, tinggal di kamar yang dulu dihuni oleh Nona Kania."Mendengar hal ini, Sandi l

  • Mencintai dalam Diam   Bab 22

    Kemala tidak bicara, hanya memandanginya dengan tatapan tajam.Malam musim panas yang terik membuat Sandi berkeringat dingin di bawah tatapan itu.Sandi mengira Kemala tidak mendengarnya dengan jelas, dan saat hendak bertanya lagi, Kemala akhirnya berbicara."Kania bilang hari ini hari pernikahanmu. Kenapa kamu ada di Zelandia? Pengantin pria nggak perlu menghadiri pernikahan sendiri, ya?"Nada suaranya terdengar sangat tenang, tetapi kata-katanya mengguncang hati Sandi seperti badai besar.Di bawah tekanan dan aura kuatnya, akal sehat Sandi yang sempat hilang akhirnya kembali."Pernikahan dibatalkan.""Kenapa dibatalkan? Apa karena mau menemui Kania? Apa Om Buwono tahu soal ini?"Kemala tidak memberinya kesempatan untuk bernapas sama sekali. Rentetan pertanyaan itu seperti butiran mutiara yang jatuh ke piring keramik, menimbulkan suara gemerincing.Setelah beberapa menit hening, Sandi akhirnya memaksa dirinya memberikan jawaban."Dibatalkan sebelum aku datang. Ini nggak ada hubunganny

  • Mencintai dalam Diam   Bab 21

    Setelah Kania membawa Liana pergi, Sandi duduk sendirian di ruang pribadi hingga langit gelap.Baru setelah pelayan masuk untuk membereskan meja dan dengan hormat mengatakan bahwa restoran akan tutup, dia membayar ganti rugi atas barang-barang yang rusak, lalu meninggalkan restoran itu dengan linglung.Dalam gelapnya malam, lampu jalan mulai menyala di mana-mana.Saat dia membuka ponselnya, ada lebih dari seratus panggilan tak terjawab dan 99+ pesan yang belum dibaca.Ada dari Zita, dari orang tuanya, dari teman-temannya, dan dari pembawa acara.Pembawa acara?Oh, benar. Hari ini adalah hari pernikahannya. Dia hampir lupa.Namun, ingat atau tidak, apa bedanya?Pernikahan ini pada dasarnya hanya pura-pura. Sebuah sandiwara yang diatur olehnya dan Zita untuk menghancurkan delusi Kania terhadap dirinya.Apa yang dia inginkan sudah didapatkan tanpa usaha berarti, jadi pernikahan ini tidak lagi diperlukan.Mengingat bagaimana selama dua bulan ini dia menahan rasa tidak nyaman, berpura-pura

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status