Share

6. Keluar Pondok

Dari situlah ide gilanya muncul, mencuri dengan catatan, hasil curiannya akan dia gunakan untuk membantu anak-anak terlantar.

Pelan-pelan Keysa masuk ke ruang kelas satu, ia sudah mulai memperhatikan siapa saja targetnya, yang menjadi targetnya adalah anak-anak orang kaya yang suka pamer barang-barang mewah. Dia sudah memperkirakan dimana anak yang suka pamer itu menaruh kunci lokernya. Sekarang waktunya jam eskul, siswi kelas satu pergi kelapangan untuk latihan basket. Pelan-pelan Keysa membuka loker siwa yang suka pamer itu. Berhasil, jam tangan yang ditaksirnya bernilai seratus jutaan itu kini berpindah tangan, ditutupnya kembali loker itu dan kunci di kembalikan kedalam tas siswa yang berhasil dicurinya.

Pencurian pertamanya berhasil, tak ada yang menduganya sama sekali. tak ada yang mempermasalahkannya, maklum anak orang kaya, sekali hilang pasti ganti lagi. Namun karena sudah berulang kali dan kini sekolah juga mulai merasa kehilangan, akhirnya tujuan Keysa terkabul. Dia mengakui semuanya dan ayahnya akhirnya mengganti semua kerugian itu. Keysa tertawa terbahak-bahak mengingat keusilannya itu. Tapi jujur saja di dalam lubuk hatinya, ia merasa sangat berdosa,

"Hei...kalo ketawa itu jangan keras-keras, kau sedang kasmaran ya ?" Anisa mengetuk papan ranjang Keysa dari bawah dengan kakinya.

Masih belum menghentikan tawanya Keysa menjawab, "Siapa yang kasmaran ? Mengganggu kesenangan orang saja kamu !"Sungutnya.

Keysa sedang berpikir bagaimana dia bisa keluar dari pondok pesantren ini ? Dia harus menemui anak-anak di panti asuhan, takutnya mereka akan mengira dia menghilang. Walau dia sudah memberitahu ketua panti, tapi anak-anak kecil yang sangat senang dengan kehadirannya pasti tak akan menerima begitu saja alasannya.

Keysa pernah mengutarakan niatnya keluar pondok secara diam-diam kepada Anisa.

"Kau gila ya ? Jangan ambil resiko, kau tau apa sangsinya ?" Anisa melarangnya.

"Paling juga membersihkan toilet. Toilet sekolah kita kan sudah bersih jadi aku paling hanya menyiramnya saja..hehehe."

"Jangan libatkan aku Key, emang kamu mau ngapain ?"

"Rahasia, gak perlu terlibat. cukup berpura-pura tidak tahu seperti kejadian kemarin saja," bisik Keysa ke telinga Anisa yang membuat Anisha geleng-geleng kepala. Cantik-cantik tapi badung, begitu yang terlintas dalam benak Anisa.

Upaya Anisa mencegah Keysa tak membuahkan hasil

Keysa sedang mempelajari situasi pondok pesantren itu, pintu gerbangnya tertutup rapat, tak ada celah untuk keluar. namun dia tak putus asa, saat ke mesjid, wajahnya berubah cerah tatkala melihat seseorang masuk dari pintu pagar kecil disebelah mesjid, pasti penduduk sekitarnya yang ingin sholat berjamaah dimesjid lingkungan pondoknya.

Keysa gembira bukan kepalang. Dia berencana keluar pondok pada waktu subuh, itulah kesempatannya untuk menghilang. Rencananya waktu sholat zhuhur dia akan kembali berbaur bersama para jamaah lagi di mesjid.

Keysa mulai bersiap-siap menjalankan aksinya, mengambil ransel kecilnya, mengambil amplop yang pernah diberikan bibi Hanah, lalu memakai mukena menuju mesjid. Keysa sholat malam dengan khusyu', saat sholat subuh, Keysa memilih shaf paling belakang. Begitu Sholat selesai, Keysa mengendap diam-diam mengikuti salah satu penduduk yang pergi terburu-buru tanpa mendengarkan ceramah lagi.

Keysa menghilang dibalik rumah penduduk, tak ada yang sempat memperhatikannya, maklum suasana masih sedikit gelap. Keysa memasukan mukenanya ke dalam tas ransel dan mulai berjalan perlahan mencegat angkot yang lewat. Angkot memang sering lalu lalang di kawasan itu.

"Kak Keysa...!" teriak anak-anak panti yang memang sudah dibiasakan bangun pagi untuk sholat subuh.

Keysa mengacak rambut salah seorang anak panti yang langsung bergelayut manja dan menarik tangannya untuk duduk.

Ketua panti yang mendengar teriakan anak-anak segera keluar menyambutnya. Rumah ini dikontrak Keysa, tujuannya untuk menampung barang-barang curiannya, namun dia berubah pikiran setelah melihat banyaknya anak-anak terlantar sehingga menjadikan rumah menjadi sebuah yayasan panti asuhan. Terdapat enam kamar lumayan besar, dengan bantuan beberapa anak-anak gelandangan yang sudah berusia remaja, rumah ini disulap menjadi sebuah panti yang dapat menampung sekitar 50 orang anak. Di belakang rumah terdapat aula yang sangat besar sehingga bisa dijadikan barak untuk menampung anak laki-laki.

"Non, bukankah pesantren itu sangat ketat, bagaimana non bisa keluar sepagi ini ?" tanya Ibu Hanifah selaku ketua pondok. Keysa menemukan ibu Hanifah ini secara tidak sengaja. Seakan Tuhan sudah mengatur semuanya untuknya, Ibu Hanifah baru saja ditinggal pergi suaminya. Suaminya pergi meninggalkannya yang masih menyusui bayi berusia 6 bulan. menurut penuturan ibu Hanifah, suaminya pergi tanpa kabar berita dan dia sedang mencari pekerjaan untuk menghidupi bayinya.

Keysa tak pernah mencurigai siapapun, dia selalu menanamkan dalam hati, jika tujuannya untuk kebaikan maka Allah pasti akan menghadirkan orang-orang baik disekelilingnya tanpa diminta.

Untuk memenuhi prosedur pendirian yayasan, karena dia belum memiliki KTP akhirnya mengumpulkan semua KTP milik maid di rumahnya, juga KTP Ibu Hanifah yang ternyata seorang sarjana Ekonomi sebagimana tertera di KTP. Jadilah yayasan ini berdiri tanpa ada namanya disana, tapi dia tak mempersoalkan itu, akan jadi seperti apa yayasan panti asuhan ini, dia tetap akan membantunya.

"Jangan ditanya bu, nanti malah merusak suasana hati. Gimana perkembangan panti ?" Tampak wajah Keysa berubah masam.

"Syukurlah non, bisa diatasi, di kompleks ini ada dermawan yang bersedia jadi donatur setiap bulan, jadi cukup untuk biaya makan setiap hari." Wajah ibu Hanifah terlihat berbinar artinya Keysa tak perlu mengkhawatirkan mereka lagi.

"Syukurlah, tapi berapa anak yang sudah berusia remaja disini ? Aku nanti akan membeli komputer atau laptop untuk keperluan panti, dan buatlah proposal untuk dimasukkan ke instansi pemerintah, siapa tau kita bisa dapat bantuan," Tutur Keysa sambil menggendong putri Ibu Hanifah.

Meskipun sudah memiliki donatur tetap tapi takkan menyurutkan langkah Keysa untuk terus mengulurkan tangan membantu anak-anak yatim piatu itu.

Jika bukan dirinya, siapa lagi yang bisa membantu mereka ? Terpikir olehnya untuk melibatkan teman-teman kelasnya yang terlihat kaya dan baik, tapi dia tak tahu cara mengajak mereka bagaimana.

"Saya juga sempat berpikir begitu non, non sudah banyak membantu kami, disini ada tiga remaja putra yang kursus komputer depan jalan sana, mereka bisa diandalkan. Ada juga dua remaja putra tapi mereka memilih kursus perbengkelan."

Keysa menyerahkan bayi itu kepada Ibu Hanifah "Baiklah bu, itu sudah lebih dari cukup, buatlah proposal dan masukkan ke Instansi pemerintah, aku tak bisa ikut, maklum, taulah bagaimana peraturan di pondok pesantren. Ini belilah komputer atau laptop, aku berharap uang ini cukup, bulan depan aku akan kesini lagi."

Sebelum Keysa keluar dari panti, dia menyodorkan amplop tebal yang beisi uang sebanyak 50 juta.

Keysa berpamitan pada anak-anak panti, semua mencium tangannya satu persatu, walau masih berusia remaja bagi mereka Keysa bagaikan sosok ibu yang baik bagi mereka. Kebiasaan yang sering dilakukan anak-anak panti asuhan ketika berkunjung, bahkan anak anak yang berusia remaja melakukan hal yang sama. Bagi mereka sosok Keysa adalah malaikat tak bersayap yang dikirimkan Tuhan untuk membantu mereka.

Keysa mencegat angkot, sempat dua kali salin angkot sampailah Keysa dikawasan pondok pesantren. Sekitar lima menit lagi azan zhuhur berkumandang, Keysa tau itu, makanya dia segera mengenakan mukena dan bergegas menuju mesjid. Tak ada yang mengetahuinya, kali ini dia lolos.

Pondok pesantren kecolongan. Padahal terpasang kamera CCTV disetiap sudut pondok, tapi walau mereka melihatnya, tak akan ada yang mengira jika seorang santri putri telah keluar dari pondok itu. Sudah sekitar 5 tahun ini belum ada yang melanggar peraturan pondok kecuali kesalahan-kesalahan kecil, ketiduran, kedapatan ngobrol dengan santri putra, tak sempat menyetor hafalan dan lain-lain. Keysa tergolong santri yang rajin menyetorkan hafalan ayat jadi tak pernah terpikirkan jika dialah pencetak rekor pertama ditahun ke lima setelah santri putra yang ketahuan keluar lima tahun yang lalu hanya karena ingin mengantar ibunya ke bandara.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status