Share

Mencuri Hati Mantan Suamiku
Mencuri Hati Mantan Suamiku
Penulis: Marvinar

Chapter 1 Bantu Aku

“Berani – beraninya kau mengganggu kehidupan kami, dasar jalang!”

     Suara menggelegar di rumah yang kini tanpa lampu penerangan itu. Meski samar, Elena masih dapat melihat dengan jelas, ekspresi murka wanita di depannya.

“Tenanglah, apa yang terjadi?”

“Kalau sudah waktunya pergi, ya, pergi saja! Jangan membuatnya berubah pikiran. Benar – benar jalang tak tahu diri! Wanita rendahan sepertimu memang tak bisa menjaga janji!”

“Aku tidak mengerti apa maksudmu mengatakan semua ini. Jangan berkata kasar padaku.”

“Kau yang berpura – pura bodoh! Aku tahu apa yang kau incar, wanita licik!”

“Kita bicarakan baik – baik, tolong jangan berdiri di sana. Kau akan ....”

“Kita lihat saja, apa yang terjadi selanjutnya!”

***

“Elena?”

     Suara maskulin membuyarkan lamunannya. Mata dengan bulu lentik itu menatap pria di hadapannya dengan gemetar. Masih jelas diingatannya, tatapan dingin yang menusuk malam itu. Menekan segala luka dan takutnya, ia bersuara.

“Drake, aku perlu bantuanmu segera.”

“Ada apa, Elena?”

“Tolong bantu aku memulihkan perusahaanku, Drake.”

     Elena Cartwright, wanita cantik berambut pirang itu saat ini sedang menatap penuh harap Drake Graysen, mantan suaminya. Tujuh bulan berlalu, sejak terakhir mereka bertemu. Ada sorot mata keputusasaan samar di mata Elena, pria bersuara berat itu melihatnya dengan jelas. Satu kelebihan yang dimanfaatkannya saat bernegosiasi.

“Mengapa kau berpikir bahwa aku bisa membantumu dalam hal ini?”

“Karena aku pikir kita sahabat, terlepas dari perceraian kita. Kuharap, kau bisa membantuku dengan segala sumber daya yang kau punya untuk menyelamatkan perusahaanku.”

     Elena meremas jari – jarinya yang tertaut. Menunggu pria berambut hitam legam di depannya itu merespons. Aura kekuasaan yang lekat dengan Drake memang sesuai dengannya. Karena itulah, menekan segala egonya, ia rela mendatangi sang mantan suami demi sebuah bantuan. Posisinya saat ini di ujung jurang.

“Apa yang terjadi dengan perusahaanmu, Elena?”

“Perusahaanku, Cartwright Company telah mengalami masa kritis saat ini. Mungkin, kau sudah mendengarnya dari berita. Bahkan, media pun tahu kondisi perusahaanku sedang buruk. Saat ini, aku sebagai presdir, mencoba mencari upaya penyelamatan.”

     Sengaja menghentikan kalimatnya, ia menarik nafas sejenak. Kilasan masa – masa sulit yang dilaluinya tiga bulan terakhir di kantor kembali hadir. Ia telah berlari ke sana kemari untuk mencari bantuan dana. Sayang, ia harus menelan pil pahit. Elena berusaha sekuat tenaga menyelamatkan perusahaannya. Tawaran bantuan yang datang belum mampu ia terima, kini, ia harus menekan ego. Menemui kembali sang mantan suami, untuk meminta bantuan karena tak ada pilihan lain.

Pria dengan tinggi 188 cm itu beranjak dari duduknya, melangkah ke arah lemari pendingin tak jauh dari mantan istrinya itu duduk. Setelah kembali duduk, Drake menyodorkan segelas minuman.

“Ini wisky, minumlah agar kau lebih tenang.”

“Kau tahu, aku tak pernah menyukai wiski.”

“Cobalah sedikit.”

     Elena yang tak pernah menyesal wiski, karena baginya, mencium aroma kuatnya saja Elena tak suka. Ia lebih suka pilihan aman, wine. Tapi, tak apa kalau ia ingin lebih rileks, Drake benar, ia perlu minum sedikit. Elena meraih gelas berisi wiski itu lalu meneguknya. Drake tersenyum saat melihat Elena meneguk sedikit, lalu, memutuskan menghabiskan sisanya hingga gelasnya kosong.

“Apa kau membawa laporan keuangan perusahaanmu? Aku perlu melihatnya.”

     Dengan segera menyerahkan dokumen yang sejak tadi dibawanya kepada Drake. Ia menunggu dengan sabar seraya berdoa saat Drake membaca dokumen itu satu persatu halaman. Terasa seperti seorang murid yang menunggu hukuman dari sang guru atau pasien yang menunggu sang dokter membacakan diagnosanya.

     Elena menatap figur wajah tegas mantan suaminya itu, tulang hidung tinggi, garis rahang maskulin serta mata elangnya yang kini bisa dilihat lagi setelah tujuh bulan tak bertemu. Elena menyadari perlahan, Drake lebih tirus daripada terakhir mereka bertemu, berat badannya juga tampak berkurang meski sedikit. Apa ia sering melewatkan jam makannya? Minum – minum hingga larut malam?

Elena menghela napas panjang, belum sempat mengalihkan pandangan dari wajah Drake, pria itu refleks menatap Elena balik. Membuat Elena sedikit terkejut dan mengulas senyum singkat untuk menghilangkan kecanggungannya karena ketahuan menatap Drake cukup lama.

“Aku sudah membacanya,” ujar Drake seraya meletakkan dokumen itu di meja.

“Bagaimana menurutmu, Drake? Apa kau bisa membantu?”

“Aku ingin bertanya satu hal lagi padamu.”

“Ya, kau boleh bertanya apa pun.”

“Selain meminta bantuanku, sebelum ke sini, kau meminta bantuan kepada siapa saja?”

     Elena ingat, sebulan terakhir ia berlari ke sana ke mari mencari bantuan dana untuk perusahaannya. Menghubungi beberapa temannya yang dinilai bisa membantunya. Tapi, hanya jalan buntu yang ia temui. Bukan karena tak ada yang membantunya sama sekali, tapi, berbagai penawaran tak wajar dilontarkan.

Elena mengingat saat ia datang ke kediaman sahabat mendiang ayahnya. Pria itu bersedia membantu asal ia mau menjadi simpanannya. Dengan tegas ditolaknya. Ia lalu pergi menemui teman kuliahnya yang mengatakan perusahaannya sudah parah, perlu tambahan kompensasi jika ingin menyelamatkan perusahaan. Pria itu juga meminta Elena menjadi wanita simpanan.

Bahkan, teman dekatnya saat kuliah dulu, memintanya menjadi istri sebagai syarat bantuan. Meski permintaan ini terdengar lebih baik dari yang lain, tapi, dengan menginginkan kepemilikan sepenuhnya atas Cartwright Company, tentu saja ditolak mentah – mentah oleh Elena.

“Elena?”

“Drake. Aku meminta bantuanmu, terkait kekurangan dana di perusahaanku. Aku bersedia memberikan sebagian saham padamu jika berhasil menyelamatkan, tapi, tidak untuk mengambil alih kepemilikan perusahaan keluargaku. Aku ingin itu tetap menjadi milikku.”

“Kalau begitu berapa banyak saham yang bisa kau berikan padaku jika bersedia membantu?”

“Yang pasti tak lebih banyak dari sahamku, Drake. Selisih sepuluh persen dari saham milikku. Itu agar aku tetap menjadi pemilik sesungguhnya.”

“Aku bisa membantumu, masalah kepemilikan itu tetap menjadi milikmu, selisih saham 10% darimu pun tak masalah, asal kau bersedia memenuhi satu syarat dariku.”

“Benarkah? Kau bersedia membantuku dan menerima pembagian saham sesuai keinginanku?”

     Elena seakan tak percaya dengan pendengarannya sendiri. Matanya melebar karena tak percaya. Drake bahkan tersenyum melihat binar mata sahabat masa kecilnya yang kembali, meski ekspresi wanita itu tampak sendu beberapa saat lalu, saat seperti ini, wanita ramping ini tampak semakin berseri dan menarik. Hal yang baru saja disadari Drake beberapa waktu terakhir.

“Ya, asalkan satu syarat kau penuhi.”

“Hanya satu? Katakan saja, apa syaratmu?”

    Wanita itu tampak bersemangat bertanya, Drake menahan senyumnya yang semakin melebar. Apa wanita itu masih akan tersenyum setelah mendengar syarat darinya? Elena bahkan mencondongkan dirinya, antusias menunggu jawaban.

“Syaratnya, kau hanya perlu menjadi kekasihku dan merayuku. Tinggallah denganku, jika kau berhasil mengelabuhi semua orang dan media seolah aku berminat padamu, kaulah pemenangnya.”

     Drake menjawab dengan senyum lebar. Sementara Elena membeku, ekspresinya seolah membatu seketika. Ia merasa entah pendengarannya yang buruk atau memang sahabat masa kecilnya itu mengatakan hal yang tak masuk akal. Beberapa menit terakhir ia lupa, kalau mantan suaminya ini memang gila.

     Sementara ia mencoba memutar otak untuk mencari tahu, mengapa Drake melakukan ini. Pikirannya tertuju pada saat malam sebelum hari perceraian mereka. Malam di saat pria yang berpostur seperti patung yunani itu menatap dingin padanya.

“Apa ini bagian dari balas dendammu padaku karena kejadian malam itu, Drake?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status