Share

Chapter 2 Ada Apa Dengannya?

     Drake tersenyum singkat menanggapi pertanyaan Elena. Pria itu kembali menyesap wiskinya. Tak terusik sedikit pun dengan tuduhan yang baru saja terlontar.

“Sama sekali bukan karena kejadian malam itu.”

“Lalu, kenapa kau datang dengan ide gila seperti ini? Ya Tuhan, kau semakin gila!”

“Media. Kau tahu apa yang ada di pemberitaan tentang perceraian kita? Jujur saja, sahamku juga menurun karena berita perceraian kita. Dengan terlihat rukun, kau bisa mempertahankan perusahaanmu, dan nilai perusahaanku akan semakin naik. Tanpa perlu menjalani pernikahan kontrak seperti dulu.”

“Maksudmu, kita bersandiwara?”

“Ya. Mengelabuhi media dengan hubungan yang tetap baik, tapi, di sisi lain, kau juga harus bersedia menjadi kekasihku, agar terlihat alami.”

“Kau pikir aku mau menggantikan Alexa?”

Wajah Elena merah padam menahan amarah. Ia tak bisa menerima ide gila mantan suaminya yang terdengar manipulatif dan ... kesepian.

“Tak ada Alexa, kami sudah berpisah saat kita bercerai. Jadi, setujui perjanjian ini, setelah waktunya habis, kau bisa pergi.”

“Kau gila!”

     Setelah merutuki ide aneh Drake, Elena beranjak dari duduknya dan hendak pergi dari ruangan. Tepat saat ia meraih knop pintu, Drake membuka suara lagi.

“Pertimbangkan tawaranku, Elena. Kuberi waktu tiga hari.”

Wanita dengan tinggi 168 cm itu berbalik sesaat ke arah Drake, hanya untuk mendapati senyum puas dari pria itu. Ia memutuskan segera pergi sebelum amarahnya meledak tak terkendali.

***

     Elena menambah laju mobilnya, seirama dengan degup jantungnya yang semakin cepat tiap detik. Tangannya meremas kemudi mobil dengan kuat. Setelah beberapa menit, ia meminggirkan mobilnya di dekat jembatan yang sepi. Dengan nafas memburu, ia menyandarkan punggungnya di kursi mobil. Tubuhnya terasa lemas.

     Ia mengingat percakapan dengan Drake beberapa menit lalu. Saat meminta bantuan dana dari pria itu untuk menyelamatkan perusahaannya. Dirinya bahkan datang setelah menekan harga diri sebagai mantan istri yang meminta bantuan kepada mantan suami. Menekan segala ego dan malu untuk menemui. Bodoh sekali, ia lupa akan sifat maskulin pria itu di hadapan wanita.

     Sebagai syarat membantunya, pria dengan sorot mata tajam itu memintanya menjadi kekasih dan perayu, bahkan mengelabuhi media seolah terlihat akrab kembali. Kegilaan macam apa lagi yang dia lakukan melalui syarat ini. Bukankah pria itu memiliki wanita penghangat ranjangnya sejak dulu? Alexa, wanita itulah yang menjadi kekasih Drake sejak lama. Bahkan saat menyandang status sebagai suaminya pun, ia tak pernah tidur seranjang sekali pun dengan Drake, karena pria itu sering tidur di tempat Alexa dari pada pulang ke rumah mereka. Rumah yang ia tinggali bersama sebagai pasangan suami istri di atas kertas.

“Dasar pria gila! Pria aneh dan gila! Bajingan dingin itu menawarkan hal tak masuk akal!”

     Wanita berambut panjang sebahu itu menundukkan kepalanya, usai mengumpat penuh semangat. Dengan rambut pirang yang tergerai di kemudi, seraya bergidik masih mengingat ekspresi santai Drake saat mengatakannya. Bahkan, pria itu tersenyum!

***

     Sore itu, atas informasi dari sekretarisnya, Elena telah menyusun pertemuan dengan kakak beradik pemilik perusahaan Summerseat dan Outwest. Kolega lama mendiang ayahnya. Malam itu, dengan semangat Elena datang ke sebuah lounge yang telah direservasi. Ia datang ditemani Kate, sekretarisnya. Hasilnya? Sungguh di luar dugaan.

“Kami memintamu tinggal di apartemen rahasia yang telah kami siapkan, jadilah wanita penghangat ranjang kami, Elena. Apa pun yang kau inginkan, kami akan mengabulkannya. Membantu perusahaanmu adalah hal kecil bagi kami.”

     Detik berikutnya, Elena membuang wine di gelasnya dan Kate tepat ke wajah dua pria hidung belang dengan perawakan gendut itu. Dengan tangan gemetar menahan amarah, Elena menatap keduanya dengan kepala mendongak.

“Aku tak butuh bantuan kalian. Berhenti merendahkan wanita. Dasar brengsek!”

     Elena menarik tangan Kate dan berjalan keluar ruangan. Begitu keluar dari ruangan beberapa langkah, sepasang kaki pria berdiri tepat di depannya, menghalangi jalan. Elena mendongak, matanya melebar karena terkejut, melihat Drake sudah berdiri di depannya.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Drake dengan nada menyelidik.

Elena hendak menjawab, saat suara menggelegar seseorang terdengar.

“Hai, Elena jalang! Beraninya kau menyiram wine ke wajah kami! Apa masih kurang uang yang kami tawarkan padamu?”

     Elena berbalik, matanya menatap nanar pria tua itu. Elena hendak melangkah ke arah pria buncit untuk menampar wajahnya, saat Drake mendahuluinya. Langkah lebar pria tinggi itu dengan cepat membuatnya berdiri di depan si pria tua lebih dulu. Tanpa peringatan, Drake melayangkan tinju ke wajah pria gendut yang langsung jatuh terkapar.

“Jangan pernah menyebut Elena seperti itu, dasar kau pria tua menjijikkan!”

     Elena dan Kate terkesiap saat melihat pukulan keras Drake. Belum sempat Elena kembali ke realita, pria itu sudah berdiri di depannya.

“Kate, kau membawa kunci mobil Elena?”

“Ya.”

“Pulanglah lebih dulu. Aku akan bicara dengan Elena.”

Drake menyambar tangan Elena dan berjalan cepat keluar dari tempat tersebut. Wanita itu berusaha mengikuti langkah Drake dalam diam saat mereka tiba di depan mobil mewah mantan suaminya itu.

“Masuklah.”

Drake membukakan pintu untuknya.

“Drake, aku ...”

“Masuklah, Elena. Aku hanya ingin bicara di tempat yang tenang.”

     Elena menghela napas sebelum menuruti perintah. Ia lalu masuk ke dalam mobil. Tak tahu akan dibawa ke mana oleh pria di balik kemudi mobil ini.

***

     Mobil Drake berhenti di pinggiran pantai. Angin malam membuat hawa dingin semakin menusuk. Pria itu memberikan jasnya kepada Elena saat mereka turun dari mobil.

“Mengapa kau meminta bantuan pada mereka?”

“Hanya mencari alternatif pilihan terbaik. Mereka menginginkanku menjadi wanita penghibur, penghangat ranjang lebih tepatnya. Tak berbeda denganmu, kan, Drake?”

Elena menatap tajam Drake, kalimatnya bernada sindiran.

“Aku tak mengatakan begitu, Elena. Aku hanya ingin kau menjadi kekasihku dan merayuku.”

“Apa bedanya dengan menjadi wanita malammu?”

“Itu berbeda, Elena. Kau bukan wanita yang pantas disebut begitu.”

“Lalu, kalau tidak pantas disebut begitu, mengapa kau menawarkan syarat seperti itu, memintaku merayumu. Kau sudah punya Alexa, Drake. Tiga tahun terakhir kau selalu tidur dengannya. Aku bukan siapa – siapamu. Aku juga tak berniat bersaing dengan Alexa dalam hal tidur denganmu.”

Elena berusaha setenang mungkin saat mengatakannya. Sementara Drake hanya diam menatapnya seperti orang bodoh.

“Pikirkan bagaimana perasaan Alexa jika mengetahui hal ini, Drake. Wanita mana yang tak terluka melihat pria yang dicintainya tidur dengan wanita lain?”

Pria tampan itu hanya menatap Elena dengan ekspresi tak terbaca. Wanita ramping itu berjalan mendekati Drake. Ia mengguncang lengan mantan suaminya itu.

“Alexa tak akan bisa menerima ini.”

“Alexa dan aku sudah putus sejak delapan bulan lalu.”

    Dengan ringan Drake mengatakannya. Elena mengerutkan kening, mencoba mencerna perkataan yang baru saja didengarnya. Delapan bulan lalu, satu bulan sebelum perceraiannya dengan pria ini, batin Elena.

“Apa pun itu, bagaimana mungkin kita menjadi sepasang kekasih? Kau bisa mencari wanita lain sebanyak yang kau mau, Drake.”

“Tidak! Tidak ada yang sepertimu!”

     Elena membelalakkan matanya, ada apa dengan mantan suaminya ini?

Masa pernikahan satu tahun mereka, hanya pernikahan bisnis karena dengan pernikahan ini, keduanya bisa mewarisi perusahaan keluarga masing – masing. Drake mewarisi Graysen Inc dan Elena mewarisi Cartwright Company. Drake adalah pemimpin perusahaan yang baik meski dingin. Drake juga adalah partner dan sahabat masa kecil yang baik bagi Elena, tapi, sebagai suami ia hanya bagus dalam hal akting di depan orang banyak.

     Elena tahu, mereka berdua bukan pasangan suami istri yang biasa. Mereka hanya bertemu saat acara penting, makan malam tiga kali seminggu dan minimal dua kali sebulan tampil bersama di publik. Itu aturan pastinya yang selalu dijalankan Drake dan Elena tanpa absen selama satu tahun pernikahan. Elena tahu, Drake selalu tidur di tempat Alexa, kecuali di saat tertentu. Seperti saat satu bulan terakhir sebelum pernikahan bisnis mereka berakhir. Anehnya, Drake selalu pulang ke rumah dan setiap hari makan malam bersama Elena.

     Elena mengenang masa – masa itu dengan perasaan tak menentu. Drake seharusnya tetap menjadi suami yang dingin hingga kontrak berakhir. Perubahannya di saat – saat terakhir kontrak, membuat Elena merasa terusik. Ia mengalihkan pandangan, saat satu panggilan masuk ke ponselnya. Tanpa menatap layar, ia menerima panggilan itu.

“Ya, halo.”

“Kita gagal lagi, Elena. Mr. Simon, yang akan kau temui besok, mendadak membatalkan pertemuan. Ia mengatakan, tak bisa membantu.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status