Share

3. Hari yang tak dinanti

Author: Kirana Quinn
last update Last Updated: 2022-05-04 21:01:21

Hari yang tak dinantipun tiba, sebagian pasangan dibelahan bumi manapun, semuanya menanti hari ini, tapi tidak untuk keduanya. Abhygael memasang wajah geramnya tatkala diminta segera ke Rumah Sakit karena akad nikah akan segera dilangsungkan.

Perias pengantin wanita dibuat kerepotan dengan penolakan Leona saat hendak merias wajahnya. "Aku akan dandan sendiri, tolong tinggalkan aku."

Kini Leona sendirian di dalam kamar, dengan telaten dia merias wajahnya dengan makeup cokelat seperti biasa, tak lupa totol hitam kecil di seluruh wajah. Sekali lagi dia menatap riasannya dengan cermat di cermin, dari pantulan cermin jika ditatap dengan lekat maka gadis ini masih tetap terlihat cantik, namun jika ditatap sekilas maka dia terlihat sangat buruk. Sebelum menutup wajahnya dengan sebuah cadar, sekali lagi dia menatap hasil karyanya dengan senyum sumringah.

Kedua orang tuanya telah menunggunya dengan tidak sabar, nampak pula Adelia dengan dandanan menornya, gaun bernuansa pesta yang elegan sangat kontras dengan tubuhnya yang ramping. Sangat menonjolkan sensualitas untuk kenyamanan dirinya sendiri tentunya. Tak ada yang menyadari riasan Leona, karena tertutup cadar. Dengan tergesa-gesa mereka segera naik mobil yang telah disiapkan mempelai pria untuk mereka tumpangi menuju Rumah Sakit.

Ruang Paviliun Edelweis tempat Nenek Melinda dirawat nampak lengang, tak ada aktivitas yang berarti. Mobil berhenti langsung depan ruang Paviliun. Keluarga Hendrinata turun dari mobil, disusul sang mempelai wanita yang kelihatan enggan untuk turun. Bukan karena wajah mempelai pria yang membuatnya tak ingin menikah melainkan dia masih ingin menghabiskan masa remajanya bersama teman-teman sebayanya. Walau wajah Abhygael setampan pangeran dari negeri antah berantah sekalipun, dia tetap akan menolak untuk menikah. Jika bukan karena rasa sayangnya terhadap ibunya mungkin saja hari dimana dia dilamar, dia sudah pasti melarikan diri ketempat dimana tak akan ada yang menemukannya.

Sebuah ranjang pasien dengan berbagai selang terpasang dilengkapi dengan layar monitor terpampang tepat dekat jendela ruang Paviliun. Di depan ranjang pasien duduk bersila dilantai yang beralaskan karpet Abhygael didampingi penghulu, di sebelahnya paman Julit dan tante Yolan, Regan berada di sudut ruangan siap mengabadikan moment sakral itu dengan kamera tergantung di lehernya.

Abhygael menatap Adelia yang datang dengan anggunnya, dia sama sekali tak melirik Leona yang melangkah pelan dengan gaun pengantin berwarna putih. Abhygael yang semula mengagumi Adelia, kini malah mencibir saat melihat Adelia mendekati mereka dengan angkuhnya. huh...! Jika bukan karena terpikat dengan kecantikan Adelia, mungkin saja Regan yang sekarang berada disamping Leona. Abhygael tak lagi memperhatikan Adelia, hatinya benar-benar bergemuruh. Ada kilatan kemarahan terpampang dibalik wajahnya yang terbalut topeng tipis. Regan menggelengkan kepala seakan memberi kode padanya untuk tidak melakukan gerakan tambahan.

Detik demi detikpun berlalu, seakan telah dipesan sebelumnya, tak ada yang lalu lalang di area Paviliun, sehingga proses ijab kabul berlangsung hikmad. Kini tibalah saatnya Abhygael memasangkan cincin di jari manis Leona, dengan ragu gadis itu menyodorkan tangan kanannya. Begitupula sebaliknya, Leona memasangkan cincin di jari manis Abhygael yang kini telah resmi menjadi suaminya. Tak ada yang meminta, Leona dengan patuh mencium punggung tangan kanan Abhygael walau hatinya mendongkol.

Abhygael menatap isterinya dengan lekat, dibukanya penutup wajah isterinya dan dia sempat mendaratkan sebuah kecupan ringan di dahi istrinya dengan mata terpejam. Bukan hendak menikmati namun enggan menatap wajah buruk Leona. Tak ada yang memperhatikan wajah Leona kecuali ibunya. Renata sempat tertegun, ia tak mengerti dengan tujuan anaknya menutupi wajah aslinya dengan riasan itu.

Kini tibalah saatnya keduanya meminta restu kedua orang tua, Leona menangis sesenggukan dipelukan ibunya. Ibunya membisikkan kata-kata yang menenangkan, "Terima kasih sudah menutupi rasa malu ibumu ini, jadilah isteri yang taat, jangan pernah berkeluh kesah, jika sedang sedih dekatkanlah dirimu kepada sang Maha Pencipta, percayalah kamu pasti akan bisa melalui semua ini. Ibu yakin kamu gadis yang sangat patuh. Tolong jaga kepercayaan kami semua."

Leona kini mendekati ranjang sang nenek, digenggamnya tangan nenek Melinda dan dikecupnya dengan lembut. Airmatanya jatuh dipunggung tangan Melinda, grafik pada layar monitor tiba-tiba bergerak cepat, Leona panik. Abhygael segera menekan bel, tak lama berselang dokter Adib bergegas datang memeriksa pasien. Dibukanya mata sang nenek pelan. Tangan Melinda mulai bergerak. Dia telah melalui masa kritisnya.

"Sebentar lagi nyonya Melinda akan segera siuman, harap pengunjung yang lain menunggu diluar."

Tanpa dikomando semua segera bergegas keluar kecuali Abhygael, saat Leona melewatinya, Abhygael segera menahan tangannya. "Kau tetaplah disini, kehadiranmu sangat dibutuhkan." Saat Leona mencium punggung tangan nenek Melinda, terjadi perubahan pada pergerakan layar monitor, hal ini tak luput dari perhatian Abhygael.

Leona melepaskan tangannya dari cengkeraman Abhygael, Abhygael terkejut. Mungkin cekalan tangannya sangat kuat sehingga Leona meringis dan berusaha melepaskan tangannya dengan kasar. Abhygael membatin, gadis ini keras kepala juga, tunggu saja bagaimana caranya aku memperlakukanmu sehingga kau sadar bagaimana harusnya bersikap," rutuk Abhygael dalam hati. Rahangnya dikatupkan dengan kuat saking marahnya dengan sikap kasar gadis yang baru beberapa menit yang lalu dinikahinya.

Atas arahan dokter, Leona dan Abhygael mendekati nenek Melinda dan mengajaknya bicara.

"Nenek bangunlah, tolong restui kami. Bukankah ini yang nenek inginkan ?" Abhygael terus menatap neneknya dengan sendu.

Leona walau dengan enggan, namun melihat wajah pucat sang nenek berusaha untuk melakukan yang terbaik. "Nenek, ini aku Leona, izinkan aku berbakti padamu, jadi kumohon bangunlah, peluk aku nek, aku membutuhkanmu." Leona mengucapkannya dengan tulus.

Abhygael untuk pertama kalinya mendengar suara isterinya terpana, walau buruk rupa ternyata suara isterinya enak di dengar, suaranya merdu dan serak-serak basah. Sangat menggairahkan, tak sadar jantungnya berdesir, hanya dengan mendengar suaranya Abhygael merasa sangat gerah, bagaimana nantinya dengan desahannya. Ah....Abhygael membuang jauh pikiran kotornya, dia sudah bertekad di dalam hati tidak akan pernah menyentuh isterinya itu sekalipun dijebak dengan obat perangsang, dia akan mencari cara yang terbaik untuk tidak menyentuh Leona.

Kata-kata Leona ternyata berpengaruh, perlahan mata nenek terbuka.

"Nenek !" Abhygael dan Leona berteriak bersamaan.

Dokter yang sedari tadi berdiri memantau perkembangan pasien segera mendekat. "Syukurlah Ibu Melinda sudah sadar, ini sebuah anugerah setelah beberapa hari dinyatakan kritis."

Leona tak henti-hentinya mengucap syukur, Abhygael sempat menatap heran namun karena rasa syukurnya, dia mengabaikannya. Nenek Melinda berusaha ingin melihat wajah Leona yang masih tertutup cadar, namun Abhygael mencegahnya."Nanti saja nek, saat nenek kembali ke rumah, nenek akan selalu melihat cucu mantu kesayangan nenek ini."

Bukan tanpa alasan, Abhygael takut jika melihat wajah buruk Leona neneknya akan jantungan dan tak akan bangun lagi. Akhirnya Melinda hanya menggenggam kedua tangan Abhygael dan Leona dengan berpesan, "Kalian harus akur, jangan bertengkar untuk sesuatu yang tidak penting. Nenek harap kalian akan segera memberikan nenek cicit yang banyak, empat saja sudah cukup, semoga kalian langgeng sampe kakek nenek."

Leona menatap Abhygael dari balik cadarnya, pandangan keduanya saling mengunci sesaat. Sekarang bukan waktunya untuk berdebat, membayangkan hidup selamanya dengan wajah buruk isterinya membuat Abhygael bergidik. Yang penting saat ini neneknya sembuh, akan ada waktu terbaik untuk memikirkan cara terhindar dari pernikahan gila ini. Dalam benaknya dia akan menikahi Selena dan akan menunjukkan wajah aslinya saat malam pertama nanti. Entah kapan hal itu terwujud.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak Cantik bagaikan Ratu Sejagad   205. Keputusan yang tepat (Tamat)

    Kehadiran Leona yang kembali sebagai direktur perusahaan disambut dengan gembira oleh para karyawan. Direktur cantik dan mempesona serta cerdas ini sangat di rindukan. Semua karyawan berdiri berjejer di sepanjang jalan, satpam dan cleaning service tak ketinggalan."Kau di sambut bagaikan seorang ratu, aku jadi cemburu," bisik Abhygael."Jangan terlalu berlebihan," Leona mencubit pinggang suaminya."Selamat pagi ibu direktur, selamat pagi presdir," sapa para karyawan."Selamat pagi," jawab Leona sambil tersenyum dengan hangat.Tak terlukiskan kebahagiaan para karyawan saat menyambut direktur kesayangan mereka. Direktur yang dikenal ramah dan suka membantu itu kini hadir seakan memberi semangat baru bagi para karyawan.Leona naik lift menuju ruangannya di susul Abhygael."Kali ini aku tak akan membiarkanmu di dekati para pria," ucap Abhygael serius."Apa maksudmu? Bukankah seharusnya kau yang perlu di khawatirkan di dekati para gadis?" protes Leona, dia tak terima dengan perkataan suamin

  • Mendadak Cantik bagaikan Ratu Sejagad   204. Kembali bersama 1

    Diandra tak menyangka jika Leona kini sudah kembali ke rumah Abhygael. Dengan penuh percaya diri dia membawakan mainan dan makanan untuk Abil.Bibi Sultia tak tahu harus berkata apa saat Diandra menekan bel di sudut pintu rumah. Abhygael dan Leona sedang mandi di kolam renang bersama kedua anaknya."Maaf non, tuan dan nyonya sedang berada di kolam renang," ucap bibi Sultia saat membukakan pintu rumah."Nyonya?" tanya Diandra dengan kening berkerut."Iya non, kemarin tuan Abhygael menjemput isterinya untuk kembali ke rumah ini," jawab bibi Sultia dengan sopan.Diandra tak tahu harus bilang apa, namun dia ingin memastikan apakah Abhygael mencintai isterinya atau tidak."Biar saya menunggu di teras saja bi," kata Diandra.Tanpa di persilahkan, Diandra duduk di teras rumah. Bibi Sultia segera masuk ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Dia tak memberi tahu majikannya tentang kehadiran Diandra. Saat kedua majikannya masuk ke dalam rumah barulah dia mengatakan jika Diandra sedang duduk di tera

  • Mendadak Cantik bagaikan Ratu Sejagad   203. Kembali bersama

    Banyak mobil yang terparkir di halaman rumah tuan Hendrinata. Namun tuan Putera tetap berusaha mencari parkiran yang kosong di halaman."Sepertinya banyak tamu yang datang pagi-pagi," kata Mutia saat melihat kondisi pagi ini.Mutia melirik jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 07.00 pagi. Setelah Putera memarkir mobilnya di sudut halaman yang masih kosong, mereka lalu turun dan mengucapkan salam saat sudah tiba di pintu."Kakak Abil, sini sayang lihat adiknya," Priska berdiri menyongsong Abil. Semua ikut berdiri, rupanya Aditia beserta keluarga ikut berkunjung pagi ini, seakan sudah ada yang memberi tahu mereka jika Abhygael akan datang menjemput Leona.Mungkin karena melihat orang banyak, Abil bersembunyi di belakang ayahnya. Tangannya yang mungil mendekap erat kaki Abhygael sehingga dia tak bisa melangkah dan hanya berdiri saja sambil sebelah tangannya mendekap Abil dari belakang.Leona keluar dari kamar sambil menggendong bayi Arisha. Dia tertegun melihat Abhygael namun tatkala di

  • Mendadak Cantik bagaikan Ratu Sejagad   202. Penyesalan

    Leona membiarkan bayi Arisha dalam gendongan Abhygael, dia sibuk melayani tamu yag sudah mulai berpamitan pulang. Sesekali dia mencuri pandang ke arah Abhygael yang ternyata memandangnya juga.Diandra menghampiri Abhygael yang menggendong Arisha."Jika diperhatikan ternyata wajahnya mirip sekali denganmu," ucap Diandra."Bagaimana gak mirip, dia adalah ayahnya," sebuah suara membuat Diandra terdiam.Tau-tau Dian sudah berdiri di samping Abhygael dan mengambil Arisha."Maaf bayinya mengantuk," kata Dian sambil meraih Arisha dari gendongan Abhygael.Abhygael enggan melepaskan anaknya, namun melihat tatapan tajam Leona dari pelaminan akhirnya dia menyerahkannya juga."Cium ayah sayang," Dian mendekatkan wajah Arisha dan Abhygael pun menciumnya dengan haru."Benarkah itu anakmu?" tanya Diandra saat Dian sudah melangkah jauh dari meja VIP.Abhygael mengangguk, dia lalu berdiri dan menghampiri Leona. Dia harus mengakhiri kesalah pahaman ini. Dia bahkan tak menghiraukan Diandra yang memanggil

  • Mendadak Cantik bagaikan Ratu Sejagad   201. Pernikahan Wildan

    Oemar mengabari Abhygael jika dia akan datang ke Indonesia karena adiknya akan menikah. Kabar ini bukannya membuat Abhygael bahagia, dia semakin sedih karena Leona akan kembali dari kota T. Sudah bisa di pastikan jika Wildan akan menikah dengan Leona. Tapi dia tak akan membiarkan hal itu terjadi, Leona merupakan istri sahnya. Terpikir oleh Abhygael untuk mendiskusikan hal itu dengan kedua orang tuanya namun dia tak ingin melukai perasaan kedua orang yang di sayanginya.Regan menerima undangan pernikahan Wildan, dia tersenyum. Kini dia bisa lega karena Abhygael akan bertemu Leona. Namun dia tidak tahu jika Abhygael melemparkan undangan itu ke tong sampah tanpa melihatnya sama sekali. Dengan bersenandung ria, Regan datang ke rumah Abhygael. Dia berencana ingin menceritakan kebenaran pada sahabatnya itu."Abhy, aku ingin menceritakan sesuatu padamu," kata Regan dengan penuh percaya diri."Sudahlah, aku sudah tau semuanya," kata Abhygael tanpa menoleh sedikitpun."Benarkah? Jika begitu ki

  • Mendadak Cantik bagaikan Ratu Sejagad   200. Kemarahan Rafael

    Diandra tak hilang harapan untuk terus berusaha mendekati Abhygael, berbagai cara dia lakukan. Dari sekedar bertamu sampai membawakan makanan untuk Abil.Abil yang sangat merindukan ibunya merasa gembira melihat Diandra. Balita mungil yang tak mengerti apa-apa sangat gembira ketika Diandra membawakannya mainan lalu bermain bersamanya.Semula Abhygael sangat marah melihat Diandra dengan tidak tahu malunya mendekatinya melalui Abil. Namun sekeras-kerasnya hatinya akhirnya luluh juga melihat ketulusan Diandra yang memperlakukan Abil bagaikan puteranya sendiri. "Wanita ini benar-benar tidak tahu malu!" gerutu Abhygael di dalam hati.Akhirnya entah berawal dari mana mereka kini mulai dekat. Kemana-mana mereka sering bersama, namun Abhygael tak pernah mengatakan apapun pada Diandra. Obrolan mereka hanya seputar persoalan bisnis dan tumbuh kembangnya Abil.Saat itu mereka berdua sedang duduk di sebuah cafe. Tak jauh dari mereka duduk pula pasangan Rafael dan Adelia. Saat ini Adelia sedang ha

  • Mendadak Cantik bagaikan Ratu Sejagad   199. Selamatan Diandra

    Awalnya Abhygael enggan menghadiri acara selamatan yang diadakan sahabat ibunya di hotel berbintang lima itu. Namun kedatangan ibunya tadi pagi memintanya untuk ikut menghadirinya sebagai bentuk penghargaan terhadap sahabat. "Ibu Anita itu sahabat mama, tolong pikirkan kembali, mama tak ingin menyinggung perasaan mereka," begitu kata ibunya.Akhirnya malam ini Abhygael ke acara selamatan itu di temani Regan, dia datang tidak memakai pakaian formal seperti biasanya. Dia dan Regan memakai kemeja kotak-kotak yang senada dengan celana yang mereka kenakan."Lihatlah gadis itu, sepertinya dia terus menatapmu," bisik Regan."Dia gadis yang punya hajatan ini, tidak usah perduli kan. Toh kita sudah menghadiri acaranya," jawab Abhygael acuh tak acuh.Putera datang bersama Mutia, mereka menyalami pasangan pejabat itu dan anaknya.'Kenalkan ini Diandra, dia baru pulang dari Amerika," Ibu Anita memperkenalkan anaknya."Oh, anakmu cantik sekali," puji Mutia.Diandra tersipu malu mendengar pujian sa

  • Mendadak Cantik bagaikan Ratu Sejagad   198. Ayah dan anak menangis

    Sudah seminggu Abhygael uring-uringan, ada-ada saja hal yang membuatnya marah. Laporan yang disodorkan tanpa titik dan koma saja dia berang. Regan bahkan sempat jengkel dengan tingkah Abhygael akhir-akhir ini."Aku tak ingin ada kesalahan lagi," kata Abhygael dengan tegas."Siap bos!" jawab Regan dengan rahang mengeras menahan marah, sudah beberapa kali dia harus memperbaiki dokumen."Satu lagi, jangan izinkan siapapun masuk ke ruangan ini tanpa seizinku," ucap Abhygael tanpa menoleh sedikitpun pada Regan. Dia benar-benar memposisikan diri sebagai atasan.Regan benar-benar heran dengan bosnya, keningnya berkerut, lalu dia menggeleng-gelengkan kepalanya."Bukankah selama ini memang seperti itu bos," sanggah Regan.Abhygael mengabaikan sanggahan Regan, memang benar apa yang dikatakannya namun Abhygael merasa akan ada seseorang yang datang namun dia tak tahu siapa. Mungkin ini hanya perasaannya saja.Selama ini dia selalu bermimpi di datangi seorang gadis cantik, dia sangat ketakutan. Dia

  • Mendadak Cantik bagaikan Ratu Sejagad   197. Persalinan 1

    Cuaca pagi ini sangat cerah, pesawat Garuda mendarat dengan sempurna sesuai jadwal. Dian sudah menunggu ibu Renata sekitar setengah jam yang lalu.Tak berapa lama, ibu Renata muncul di pintu kedatangan sambil menenteng sebuah kopor."Selamat datang di kota T bu," sapa Dian lalu meraih koper dari tangan ibu Renata."Apa kau sendiri saja? Siapa yang menemani Leona?" tanya ibu Renata sambil melihat ke kiri dan kanan."Aku dan sopir grab bu, Leona di temani Wildan dan Arini," jawab Dian lalu menuju ke parkiran di susul ibu Renata.Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk tiba lebih cepat di Rumah Sakit. Jalan di kota ini tak semacet kota Jakarta. Di kiri kanan jalan terdapat rumah-rumah penduduk dan beberapa sekolah dan rumah ibadah, juga pantai yang indah. Sopir grab mengemudikan mobilnya dengan perlahan sehingga ibu Renata masih bisa melihat pemandangan laut yang begitu tenang Begitu tiba di Rumah Sakit, Dian segera menuntun ibu Renata menuju ke ruangan VIP. Leona sedang duduk di atas ka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status