Atas saran nenek Melinda, Abhygael memboyong isterinya tinggal di Mansion yang telah selesai dibangun dua bulan yang lalu. Tadinya Abhygael tak ingin menyewa para maid, Mansion dengan enam kamar tidur dan 2 kamar pembantu, dengan kamar mandi super cantik full marmer dilengkapi dengan studio pribadi milik Abhygael. Dengan rumah super mewah seperti ini jika tak menyewa pembantu maka bisa dibayangkan bagaimana Leona menangani rumah sebesar ini sendirian. "Bagaimana mungkin dengan rumah sebesar itu mampu ditangani oleh kalian berdua tanpa dibantu oleh para maid, apa kau ingin membunuh isterimu ?" Protes Melinda sang nenek kesayangan Abhygael. Hanya nenek Melindalah satu-satunya yang dia miliki, paman Julit walaupun merupakan saudara ayahnya namun keduanya tidak begitu dekat. Julit memiliki seorang putera yang sekarang sedang menyelesaikan studinya di Australia. Dengan mendelik gusar Abhygael menyetujui usul neneknya, dia terus mengomel di dalam hati. "Lihat saja nanti bagaimana saat nene
Selena terus mendesak Abhygael untuk menikahinya, menyandang status nyonya Abhygael Pratama sudah diimpikannya sejak dulu. Hanya perempuan bodoh saja yang tak mau menikah dengan pengusaha terkaya dan tampan ini. Gadis ini berpikir hanya dialah yang tau ketampanan Abhygael. "Kapan kita menikah ? Apa kata orang nanti kalo kita terus bersama tanpa status !" Abhygael diam saja, pikirannya sedang kalut, bagaimana caranya menyampaikan kepada Selena jika saat ini dia sudah menikah ! Ditariknya nafasnya dengan dalam. "Sayang, bukankah kau tau jika nenek sedang di rawat di Rumah Sakit ?" Ini bukan saat yang tepat untuk menyampaikan kabar itu, Abhygael takut Selena akan menjauhinya, hanya dialah satu-satunya wanita yang dicintai Abhygael. "Jika begitu bawa aku menemui nenekmu, kita perlu meminta restu darinya," Rengekan Selena membuat Abhygael resah. Dia tak bisa melihat kekasihnya ini merajuk, jika itu terjadi maka berhari-hari lamanya dia membujuk dengan segala rayuan pulau kelapa untuk
Sepasang kekasih tiba di Rumah Sakit dengan terburu-buru, masalahnya nenek Melinda baru saja menelpon dan meminta Abhygael segera ke Rumah Sakit, karena dokter telah mengizinkannya pulang dengan catatan harus terus rawat jalan, minimal seminggu sekali. Abhygael dan Selena saling bergandengan tangan menuju ruang Paviliun, mereka tidak menyadari jika Nenek Melinda memperhatikan mereka dari balik jendela. Nenek Melinda menahan geram namun sebagai wanita terhormat dia tetap melemparkan senyumannya pada Selena. Ini tidak bisa dibiarkan, Abhygael harus segera memberikannya cicit agar tak akan adalagi benalu yang berusaha menempel pada cucu tampannya itu. "Pagi nek, aku tiba lebih cepat dari yang nenek harapkan." Abhygael menghampiri dan mencium tangan neneknya diikuti Selena. Tak terlihat lagi selang infus di ruangan itu, hal ini menunjukkan jika neneknya benar-benar telah pulih. Selena menyapa nenek Melinda dengan ramah. "Apa kabar nek, semoga nenek sehat selalu," ucapnya dengan tulus.
Di Apartemen yang tergolong mewah itu, Selena sedang duduk memikirkan cara bagaimana dia bisa menikah dengan Abhygael. Dia sangat yakin Abhygael pasti akan menyusulnya ke Apartemen. Terpikirkan olehnya untuk menjebak Abhygael dengan obat perangsang, namun setelah sekian lama berpikir dengan segala pertimbangan akhirnya Selena ingin bersaing secara sehat. Benar dugaan Selena, Abhygael nampak berdiri depan pintu apartemennya setelah membunyikan bel berkali-kali. Selena tidak menunjukkan kebahagiaannya, dia masih tetap memasang wajah cemberut, bahkan Abhygael berusaha memeluknya namun dia terus menghindar. Abhygael menghempaskan tubuhnya di kursi sofa yang berada diruangan itu. Dia berusaha menarik tangan Selena agar duduk dipangkuannya, Selena akhirnya menurut. Abhygael tak henti-hentinya mencium Selena sebagai bentuk permohonan maafnya. "Aku terpaksa melakukannya karena nenek saat itu dalam keadaan kritis." "Lalu bagaimana dengan hubungan kita, bukankah kau sudah menikah," Selena me
Leona menggunakan waktu dua jam yang dberikan suaminya dengan sebaik-baiknya. Hari ini dia berbelanja semua keperluannya untuk sebulan penuh, karena tak mungkin baginya untuk keluar rumah lagi seperti sekarang ini.Leona mendoring troly yang berisi belanjaan yang banyak. "Baru merasa jadi orang kaya ya, sampe belanjaannya menumpuk seperti itu." Leona mencari sumber suara dan ups, kakaknya Adelia dan pacarnya tengah berdiri mengamatinya."Eh kakak, maaf aku tak melihatmu. bagaimana kabar ayah dan ibu ?" Leona sengaja tidak menggubris ucapan Adelia dan lebih memilih menanyakan kabar kedua orang tuanya.Adelia mencibir, "Jangan sok perhatian kamu, bagaimana kamu bisa menjenguk ayah dan Ibu jika keberadaanmu di rumah keluarga Pratama tidak lebih layak dari seorang pembantu," Adelia segera menggandeng tangan Rafael dan berlalu.Leona hanya bisa menarik nafas dengan dalam dan menghempaskannya agar tak menghimpit di dada. Tiba-tiba ponselnya berbunyi."Kau tidak melihat jam, waktumu sudah h
Wajah yang tak diharapkan muncul dihadapan Abhygael. Dia mendengus kesal, "Suka-suka aku, ini rumahku." Leona hanya mampu memandangi suaminya dengan melongo, tanpa diberitahupun Leona tahu jika ini rumah Abhygael, dan dia hanya menumpang sementara. Huh...akan tiba saatnya dia pergi dari rumah ini. Setelah melihat Abhygael yang keluar dari kamarnya, gadis itu masuk ke kamar mandi. Dia sudah menduga jika Abhygael akan sangat penasaran dengan dirinya, untunglah baju itu sudah dikeringkan di mesin pengering dan langsung di setrikanya biar tidak ketahuan lembab. Leona menarik nafas lega. Abhygael menuju ke ruang perpustakaan, pikirannya hanyut terbawa dengan wajah gadis cantik yang basah kuyup di Halte tadi siang. Tak mungkin isterinya bisa secantik itu, mana ada orang yang buruk rupa bisa secantik itu ditengah hujan. Abhygael melepas topengnya. Apakah Leona menggunakan topeng sama seperti dirinya ? Ah tidak mungkin, buktinya kulitnya sama hitamnya dengan wajahnya. Berbeda dengan dirinya
Leona memperbaiki duduknya, dengan penuh perhatian dia mendengarkan cerita Nenek Melinda. Bukan karena mulai tertarik pada Abhygael tetapi lebih pada memenuhi rasa penasarannya. Nenek Melinda menikah dengan Budiawan Pratama dan memiliki seorang anak yang diberi nama Putra Pratama, Putra menikah dengan seorang gadis cantik yang bernama Mutia Aditiawarman dan melahirkan seorang anak dengan paras tampan yang diberi nama Abhygael Putra Pratama. Nenek menikah dengan Kakek Budiawan yang sudah memiliki seorang anak yang bernama Julit. Julit menikah dengan Yolan dan memiliki seorang putra bernama Aditia yang sekarang sedang menyelesaikan studinya di Australia. Putra terlahir sebagai pekerja keras, semula perusahaan yang dipimpin kakeknya hanya sebuah perusahaan biasa, namun karena kegigihannya perusahaannya terus berkembang dan berada pada posisi sejajar dengan perusahaan ternama lainnya. Bergerak di bidang perhotelan dan industri, kini Perusahaan itu telah merambah ke dunia Internasional. S
Abygael tertidur didepan laptop, setelah membaca semua pesan Detektif Burman dia belum juga tertidur, dan saat ayam jantan berkokok barulah dia terlelap. Leona yang terbangun dari tidurnya melihat laptop yang masih menyala segera bergegas ke kamar mandi. Dia bisa menduga jika suaminya baru saja tidur, Leona hanya menggosok giginya dan melakukan aktifitasnya seperti biasa. Dengan susah payah mengangkat keranjang yang berisi penuh pakaian Abhygael. Dia terpaksa mencuci di bagian belakang karena dikamarnya terdahulu sudah ditempati nenek Melinda. Dengan terburu-buru dia mencuci pakaian menggunakan mesin cuci yang berada disana, setelah semuanya selesai dia lanjutkan dengan memasak menu kesukaan Abhygael. Leona merasa gerah, dengan cepat dia menyelesaikan tugasnya dan segera masuk lagi ke dalam kamar. Suaminya masih tidur, Leona tak berani membangunkannya, ini kesempatan baginya untuk mandi dan berendam di bathtub. Selain membawa peralatan mandi tak lupa pula dia membawa lotion dan makeu