“Baiklah, aku ... aku akan memberi tahu Kinara dan keluarganya untuk mengatur jadwal pertemuan keluarga kita,” jawab Raka dengan muka masamnya.“Terima kasih ya, Nak. Papa dan mama sangat senang jika kalian memang berjodoh nantinya,” ungkap bu Kamila penuh harap, mengingat usia Raka yang sudah menginjak kepala tiga.Mendengar ungkapan sang mama, Raka pun hanya mengangguk pasrah namun penuh harap. “Aku pun sangat ingin hal itu terjadi, Ma. Tapi aku cukup tahu diri jika suatu saat nanti Kinara tahu yang sebenarnya dan dia lebih memilih pergi, meski berat aku akan berusaha untuk melepasnya,” batin Raka dengan wajah yang kini berubah sendu.**Pagi hari yang cerah, Kinara tengah menyirami bunga-bunga yang sedang bermekaran dengan cantik di halaman rumahnya. Hatinya merasa tenang karena tak lagi harus bergelut dengan sorot kamera dan rentetan pertanyaan wartawan yang selama ini membelenggu hidupnya, meski ia senang menjalani semua itu namun tak bisa dipungkiri kini hidupnya terasa jauh
Kinara sedikit ragu memberi tahu tentang identitas Gavi yang sebenarnya, ia hanya tidak ingin terjadi salah paham dengan Raka meski hubungan mereka hanya sebatas pura-pura.“Aku adik dari Davian, calon suami Kinara dulu,” sahut Gavi yang menjawab pertanyaan Raka.“Mantan, karena Davian sudah tidak ada,” ujar Kinara meralat perkataan Gavi.Suasana pun berubah menjadi sedikit canggung, ketiganya saling terdiam dan masih berdiri di ambang pintu.“Kenapa kalian masih berdiri di sana? Ayo kemari, kakak sudah buatkan minuman dan camilan untuk kita semua,” ajak Yura pada mereka bertiga, akhirnya mereka semua pun masuk dan berkumpul di ruang tamu menikmati sajian yang telah dipersiapkan oleh sang tuan rumah.Setelah menikmati minuman dan camilan, akhirnya Raka membuka pembicaraan untuk menyampaikan tujuannya datang ke rumah Kinara.“Boleh saja kalau memang mau bertemu. Ya kan, Ara?” tanya Yura pada Kinara yang sedikit terkejut karena orang tua Raka ingin bertemu dengannya.“Hmmm ... ya
Candaan pak Rangga membuat semua dalam ruangan ikut tertawa kecuali Gavi.Kinara dan Raka yang menjadi pusat perhatian hanya bisa menanggapi dengan senyuman kikuk, Kinara memberi kode pada Raka agar pria itu yang menjawab pertanyaan dari keluarganya.“Maaf Pa, hmm ... tapi kami sudah memutuskan untuk saling mengenal lebih lama lagi. Jadi untuk bertunangan apa lagi menikah, sepertinya masih akan lama,” ujar Raka dengan sesopan mungkin pada semuanya.Kinara melempar senyuman manisnya pada Raka karena pria itu telah menyelamatkan mereka dengan jawaban yang diberikan.“Ya sudah kalau begitu, kami sebagai orang tua hanya bisa memberi saran. Jalani saja bagaimana baiknya menurut kalian, kami hanya bisa berharap semoga dalam waktu dekat akan segera mendapat kabar baik dari kalian,” tutur pak Rangga dengan bijak.Semua dalam ruangan itu akhirnya mengangguk setuju dengan perkataan pak Rangga, lalu semua melanjutkan dengan obrolan ringan. Sementara itu dalam pikiran masing-masing, Kinara d
“Menyebalkan sekali, apa dia pria yang dimaksud Davian dalam mimpi tadi?” gumam Kinara yang termenung beberapa saat lantas segera tersadar mengingat Raka yang sudah menunggunya di bawah. Ia pun berlari kecil ke kamar mandi dan segera bersiap menemui Raka yang sedari tadi menunggu dirinya.**Setelah sarapan bersama keluarga Kinara, Raka mengajak wanita itu ke suatu tempat. Tak butuh waktu lama, setelah hampir 20 menit berkendara akhirnya mereka berdua sudah tiba di depan gedung kantor Alva Management&Production.“Untuk apa Pak Raka mengajak saya kemari?” tanya Kinara dengan menaikkan kedua alisnya.“Nanti juga kamu akan tahu,” sahut Raka dengan santainya lalu mengajak Kinara segera turun dari mobil dan menggandeng wanita itu menuju ruang kerjanya.Selama perjalanan dari lobi menuju ruangan CEO, Kinara dan Raka menjadi pusat perhatian semua orang. Hal itu membuat Kinara malu dan hanya menundukkan kepala sambil mengikuti Raka yang sedari tadi menggandeng tangannya dengan mesra.“P
“Panggil nama saja, mas, atau ... sayang juga boleh,” canda Raka membuat mereka tertawa bersama.“Hmmm ... ternyata seorang Pak Raka yang terkenal dingin bisa bercanda juga ya,” kata Kinara sambil membetulkan posisi duduknya. “Ya sudah, Mas Raka saja ya,” tawarnya kemudian.“Oke, Sayang.”Kedua bola mata Kinara langsung membulat begitu mendapat panggilan ‘sayang’ dari Raka.Melihat wajah Kinara yang begitu lucu di mata Raka membuatnya tertawa, pria itu pun mencubit pelan pipi Kinara dengan gemas.“Aku menyukaimu karena kebaikan dan kelembutan hatimu, Kinara. Aku suka kamu yang apa adanya, tetaplah menjadi Kinara yang seperti ini ya,” tutur Raka sambil mengelus puncak kepala Kinara dengan penuh kelembutan.Diperlakukan seperti itu membuat pipi Kinara merona, ia belum pernah merasakan hal ini lagi setelah kepergian Davian. Hatinya terasa menghangat, ia merasa begitu disayang oleh Raka. Namun tetap saja, hatinya masih belum bisa terbuka sepenuhnya dengan perlakuan dan kata-kata man
“Kin, aku ingin berbicara ... tolong beri aku waktu sebentar saja,” pinta Gavi dengan tatapan sendunya.Kinara mengembuskan napas dengan kasar lalu mengangguk perlahan. “Cepat katakan,” ujarnya tanpa menoleh pada Gavi yang kini sudah duduk di sampingnya.“Pertama, aku ingin meminta maaf karena sudah datang kembali dan mengganggu hidupmu,” kata Gavi mengawali pembicaraan. “Lalu, aku ingin menjelaskan tentang kepergianku ke London saat kamu sedang kehilangan kak Davian. Aku sungguh meminta maaf Kin, aku juga merasa hancur karena kehilangan keluargaku satu-satunya. Untuk itu aku pergi karena ingin menenangkan diri dan melanjutkan kuliah, juga mulai membuka bisnis di sana, aku pikir awalnya semua akan baik-baik saja. Tapi seiring berjalannya waktu, aku semakin merasa kehilangan, kesepian, hidupku semakin terasa tidak berarti. Setiap harinya aku selalu berpikir tentang kamu, aku selalu mencari tahu apa saja yang sedang kamu lakukan, semua film yang kamu bintangi aku selalu menontonnya
“Maksud kamu apa cepat jawab,” tukas Kinara dengan sorot matanya yang tegas.“Ara ... Gavi ... sudah jangan mulai bertengkar, kita lanjutkan makannya ya,” kata Dimas dengan bijak berusaha menengahi pertikaian yang hampir saja akan terjadi.Kinara dan Gavi kompak mengangguk, lalu mereka berempat kembali sibuk dengan makanan masing-masing hingga makan malam selesai kemudian mereka pun menonton televisi bersama.Yura yang merasa lelah pamit untuk tidur terlebih dahulu diikuti Dimas yang menyusul sang istri beberapa menit kemudian, akhirnya tersisalah Kinara dan Gavi yang masih antusias dengan film yang sedang mereka tonton di televisi.Kinara teringat akan perkataan Gavi saat di meja makan tadi, merasa penasaran ia pun mengungkapkan pertanyaan yang sejak tadi berputar di kepalanya. Setelah memastikan kedua kakaknya masuk ke kamar, Kinara mulai membuka percakapan dengan Gavi.“Gavi,” panggil Kinara pelan hingga hampir tak terdengar oleh sang pemilik nama.Gavi menoleh pada Kinara sa
“Aku ... belum pernah,” ujar Kinara jujur sambil menggeleng cepat disertai kekehan pelan.Raka pun menganga mendengar pengakuan kekasihnya itu, lantas ia turut tertawa karenanya. “Kamu ini, pantas saja sangat antusias,” katanya sambil mengusap kepala Kinara dengan gemas.Setelah percakapan singkat itu, tibalah giliran mereka untuk naik ke atas punggung gajah. Kinara sedikit merasa takut sekaligus penasaran, sejak dulu ia sangat ingin menaiki gajah namun baru kali ini ia berani karena kini ada Raka bersamanya. Raka naik terlebih dahulu lalu ia membantu memegangi Kinara untuk naik ke atas rengga yang berada di punggung gajah.Gajah pun berjalan perlahan memutari area yang sudah menjadi jalurnya, sepanjang perjalanan Kinara tak berhenti tersenyum senang dan Raka pun mengabadikannya dalam video yang ia rekam dengan ponselnya. Tak lupa Raka meminta bantuan petugas untuk memotret dirinya dan Kinara yang sedang menaiki gajah.Tak terasa 15 menit berlalu, saatnya mereka turun karena waktu
Raka dan Dimas yang baru saja selesai menata tempat makan untuk semua, berjalan menghampiri ketiga orang yang tengah asyik berbincang. Raka langsung berdiri di antara Kinara dan Gavi, lantas memeluk pinggang kekasihnya itu dengan posesif seakan menunjukkan bahwa wanita itu hanyalah miliknya.“Pasti perempuan,” tebak Kinara dan Gavi bersamaan, membuat mereka menjadi pusat perhatian. Terutama Raka yang langsung memberikan lirikan tajamnya pada Gavi. “Wah, kalian ini kompak sekali. Bagaimana kalian bisa tahu?” tanya Dimas.“Hanya menebak,” sahut Gavi singkat.“Terlihat dari penampilan Kak Yura yang sepertinya semakin rajin merawat diri, auranya terlihat berbeda dari biasanya,” tutur Kinara.“Iya, kamu benar sekali, Ara. Semenjak hamil, kakak jadi semakin senang berdandan dan merawat diri. Lalu waktu kami periksa kemarin, dokter bilang saat USG bahwa calon anak kami perempuan,” terang Yura antusias.“Ya sudah, sebaiknya sekarang kita segera makan karena semuanya sudah siap,” ajak D
Gavi menatap wajah mereka satu persatu hingga tiba saatnya ia bertemu tatap dengan Kinara, wajah yang menjadi penyemangat hidupnya selama ini. Namun ia tak bisa berlama-lama memandang wajah itu, mengingat tengah ada Raka saat ini yang seakan mengawasinya.“Aku ... mungkin akan pindah, Kak,” kata Gavi sambil mengalihkan pandangan pada Yura.“Kenapa? Kamu tidak betah ya tinggal di sini? Katakan apa yang membuatmu ingin pergi dari sini?” cecar Yura menuntut jawaban Gavi secepatnya.Gavi menggeleng lalu tersenyum tipis. “Tidak, bukan seperti itu. Sebenarnya, apartemenku sudah selesai direnovasi. Jadi, mungkin aku akan kembali ke sana,” terangnya.“Tidak usah kembali, sewakan saja apartemen itu. Jadi, kamu bisa tinggal di sini bersama kami. Lagi pula apa enaknya tinggal sendirian, pasti kamu akan kesepian nanti. Lebih baik di sini saja ya,” pinta Yura dengan tatapan memohon.“Benar apa yang dikatakan istriku, lebih baik kamu di sini saja bersama kami. Kamu bilang kami ini kan sudah se
Semua mata kini tertuju pada Raka dan Kinara, mereka tak sabar jawaban apa yang akan diberikan keduanya. Kinara dan Raka saling menatap kemudian mengangguk bersamaan dengan penuh keyakinan.“Kami akan bertunangan bulan depan,” jawab Kinara diiringi tepukan dan ucapan selamat sekali lagi untuk mereka.“Aku dan Niko pasti akan membantu persiapkan semuanya, akhirnya hari yang dinanti akan segera tiba. Sekali lagi selamat ya,” ucap Shela dengan antusias sambil memberi pelukan pada Kinara.Kemudian berganti dengan Yura yang hanya bisa menangis haru karena akan segera melepas adik tersayangnya untuk menikah dengan pria pilihannya. “Aku tidak menyangka hari ini akan tiba juga, tugas kakak menjagamu akan segera digantikan dengan Raka. Kami pasti akan sangat merindukanmu jika kita berpisah nanti,” ujar Yura sambil mendekap erat sang adik tercinta.Melihat sang kakak menangis membuat Kinara turut bersedih karena akan berpisah dengan keluarga satu-satunya. “Aku juga pasti akan sangat merindu
Usai berbagi cerita tentang kisah cintanya pada Shela, kini Kinara mengajak sahabatnya itu untuk makan siang bersama. Namun Shela tidak bisa karena harus mengantar makanan ke kantor sang suami.“Maaf ya, Ara. Aku harus ke kantor Niko sekarang juga, lain kali saja kita atur waktu makan bersama. Bagaimana?”“Ya sudah, mau bagaimana lagi. Suami lebih penting dari sahabat,” sahut Kinara berpura-pura merajuk.“Maafkan aku, tolong jangan seperti ini. Aku janji, kita akan atur waktu secepatnya ya,” pinta Shela sambil memegangi lengan Kinara.Kinara pun lantas tertawa karena tak tahan melihat wajah sang sahabat yang memohon padanya. “Iya, aku mengerti, Shel. Tenang saja aku hanya berakting,” balasnya.“Kamu ini, pasti rindu main film lagi ya sampai harus berakting seperti tadi,” ujar Shela sambil menepuk perlahan lengan Kinara.“Aduh, sakit Shel ... tega sekali kamu ini,” canda Kinara sambil mengusap lengannya dan berpura-pura kesakitan.“Aku tidak akan tertipu lagi dengan aktingmu,” b
Raka dan Gavi sama-sama menelan kekecewaan saat Kinara memutuskan untuk tak memilih salah satu di antara mereka. Ia tak ingin menjadi bahan pertengkaran kedua pria itu, hingga akhirnya ia memilih untuk pulang sendiri menggunakan taksi online.“Lihat bagaimana egoisnya Anda, Pak Raka? Kinara harus pulang sendiri karena tidak ingin menyakiti salah satu di antara kita. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengannya nanti? Apa Anda akan bertanggung jawab!” bentak Gavi kemudian segera pergi menyusul Kinara.“Aku semakin yakin jika ada sesuatu di antara kalian,” gumam Raka dengan tersenyum masam.Sementara itu Kinara sudah tiba di rumah dan segera masuk ke dalam kamarnya. Ia pun merasa kesal dengan dirinya sendiri yang tidak bisa tegas dengan perasaannya. “Harusnya aku bisa langsung memilih Raka, tapi mengapa rasanya begitu sulit mengatakan itu di depan Gavi. Aku tidak boleh seperti ini terus,” sesalnya sambil mengusap air matanya dengan kasar.**Esok paginya, Gavi ingin menepati janji untu
Kinara mencoba mengingat kembali gambar mobil yang Gavi tunjukkan padanya itu, hingga beberapa detik kemudian ia pun mengingat sesuatu. “Aku pernah melihatnya terparkir di depan gedung Alva Management&Production,” terangnya.“Kapan kamu melihatnya?”“Hmmm ... sekitar lima atau enam tahun yang lalu, aku hanya pernah melihatnya sekali itu saja. Setelahnya sudah tidak pernah terlihat lagi,” terang Kinara sambil mengedikkan bahu.“Apa kamu tahu mobil itu milik siapa?”“Mobil itu parkir di depan gedung, setahuku yang boleh parkir di sana hanya untuk pemilik dan para petinggi perusahaan. Tapi aku tidak tahu mobil itu milik siapa,” jelas Kinara panjang lebar membuat Gavi semakin yakin dengan hal yang tengah ia selidiki.“Memangnya ada apa?” tanya Kinara penasaran.“Tidak apa, aku hanya ... hanya menyukai modelnya saja,” kilah Gavi sambil tersenyum menutupi kebohongannya. “Maafkan aku, Kin. Belum saatnya aku memberi tahukan semua ini padamu,” batinnya dalam hati.Kinara menaruh rasa cu
Tak kunjung mendapat jawaban, Raka kembali menawari Kinara dengan penuh perhatian. “Atau mau aku pesankan yang lain?”“Tidak perlu, Mas. Ini semua sudah lebih dari cukup.”“Lalu kenapa kamu tidak menghabiskan makananmu? Apa mau kusuapi?” tanya Raka sambil mengusap lengan Kinara dengan lembut.Perlakuan Raka pada Kinara itu tak luput dari perhatian Gavi yang sedari tadi mengawasi mereka dalam diam. Kinara menggeleng perlahan lalu tersenyum. “Aku sudah kenyang, Mas. Terima kasih, ya.”“Raka terlihat begitu mencintai Kinara, tapi aku harus tetap mengawasinya,” batin Gavi sambil melirik ke arah Kinara dan Raka.Merasa ada yang memperhatikan gerak-geriknya, Raka pun mencoba menegur orang tersebut. “Apa ada sesuatu yang kamu butuhkan?” tanyanya sambil melihat ke arah Gavi.“Ah, tidak ... sudah cukup, terima kasih,” jawab Gavi sambil tersenyum tipis.Usai makan malam bersama, mereka pun berpamitan pada Raka selaku tuan rumah pemilik acara. Shela dan Niko pamit pulang terlebih dahulu
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya telah tiba, Kinara berangkat bersama kedua kakaknya menuju tempat Gala Premiere film terakhirnya akan diputar untuk pertama kali. Setelah memakan waktu hampir 45 menit, akhirnya mereka tiba juga di gedung tempat acara itu berlangsung.Kinara turun dari mobil dengan gaun berwarna navy yang membuatnya terlihat menawan dan elegan, begitu juga dengan make up dan rambut yang ia tata sesuai untuk acara malam ini. Raka menyambut kedatangannya dengan senyuman yang membuatnya semakin tampan dengan balutan jas berwarna senada yang dikenakan oleh Kinara. Keduanya berjalan bergandengan melewati red carpet lalu berfoto di depan para wartawan beberapa pose lantas segera memasuki ruang acara karena pemutaran film akan segera dimulai.“Kamu terlihat sangat cantik malam ini, Sayang,” puji Raka sambil berbisik di telinga sang kekasih.Kinara hanya tersenyum sambil tersipu dengan pujian dari kekasihnya itu. Lantas keduanya segera bergabung dengan Yura, Dimas, Shela,
Gavi berjalan mendekat pada Kinara, keduanya saling menatap dengan pandangan yang sulit diartikan. Hampir saja mereka terhanyut dalam perasaan yang salah, namun Kinara segera menepis rasa itu.“Maaf, aku mau ke kamar dulu,” ujar Kinara lantas segera pergi tanpa menunggu jawaban dari Gavi.Melihat Kinara dengan perasaan kecewa, Gavi berusaha menenangkan hatinya. Pria itu menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan, hatinya terasa sesak. Kinara dengan jelas menolaknya, ia harus sadar diri bahwa wanita itu memang tak ingin terlibat perasaan lebih jauh dengannya.Tanpa ia tahu, Kinara sendiri sedang berperang dengan hatinya. Ia memang mencintai Raka, namun di sisi lain perhatian Gavi perlahan telah membangkitkan perasaan yang dulu pernah berkembang namun segera layu karena tak kunjung mendapat balasan yang sama. Kinara pernah mempunyai rasa yang sama seperti yang Gavi rasakan, namun pria itu tak kunjung menyatakan perasaannya. Hingga akhirnya Kinara memilih menerima cinta Davia