Kinara mengedikkan kedua bahunya, kini ia lebih berani membalas tatapan Raka tak ada lagi keraguan dari netra indahnya itu. “Kalau begitu langsung saja katakan pada kedua orang tua Pak Raka kalau perjodohan ini batal atas kesepakatan kita bersama, saya juga akan berkata demikian pada kedua kakak saya.”
“Siapa yang bilang kalau saya sudah sepakat dengan keputusan yang kamu ambil sendiri? Saya tidak mau menerima perjodohan ini, bukan berarti juga saya menolak begitu saja,” balas Raka santai sambil meminum segelas orange juice di hadapannya. Kinara terlihat bingung dengan pria yang sedang duduk di depannya itu, kedua tangannya terkepal, hatinya bergemuruh, namun ia berusaha untuk tidak terbawa emosi meskipun ingin sekali rasanya menelan lelaki di hadapannya itu yang mudah sekali berubah suasana hatinya begitu cepat. Kinara menghela napas perlahan sebelum membalas perkataan Raka. “Baiklah, lalu Pak Raka maunya bagaimana sekarang?” tanyanya dengan selembut mungkin diiringi senyuman yang dipaksakan. “Jadilah kekasihku.” “APA?” ** Sementara itu di rumah, Yura dan Dimas menunggu kedatangan Kinara dengan harap-harap cemas. Mereka takut jika perjodohan ini sampai gagal nantinya, karena menurut mereka Raka adalah lelaki terbaik yang pantas mendampingi dan menjaga adik mereka—Kinara. “Tenang saja, Raka akan menjaga Kinara dengan baik. Percayalah padaku, dia tidak akan mengecewakan kita. Aku sangat mengenalnya dengan baik,” kata Dimas menenangkan sang istri yang sedari tadi mondar-mandir di depan pintu. “Iya, aku tahu dia itu sahabatmu, Mas. Tapi tetap saja aku khawatir, kamu tahu sendiri kan Ara tidak pernah berhubungan dengan lelaki mana pun selain kekasihnya dulu. Semenjak itu dia hanya sibuk bekerja terus sampai tidak mau mencari pacar lagi,” keluh Yura sambil duduk di samping sang suami. “Aku mengerti, sudah duduklah dengan tenang. Kita tunggu mereka sambil menonton film ya, mungkin sebentar lagi juga pulang,” hibur Dimas sambil menyandarkan kepala Yura pada bahunya. Yura hanya mengangguk patuh dengan sang suami lalu mereka berdua terhanyut dalam cerita film yang mereka tonton. ** Kinara tertawa pelan saat mendengar permintaan Raka untuk menjadi kekasih dari pria itu. Raka hanya memasang wajah datar sambil menunggu tawa itu reda, diam-diam pria itu sangat mengagumi wanita di hadapannya. Tawa sang wanita membuatnya ikut merasa bahagia, namun dengan memasang wajah datarnya ia berusaha menyembunyikan semua kekaguman itu. Kinara menghentikan tawanya dan memasang wajah datar yang sama dengan Raka. “Kenapa Pak Raka melihat saya seperti itu?” “Tidak papa ... saya hanya senang melihat kamu bisa tertawa lepas, terlihat semakin cantik,” ungkap Raka jujur. Kinara berdeham pelan untuk menyembunyikan rona merah wajahnya setelah dipuji oleh Raka. “Kenapa meminta saya untuk menjadi kekasih Pak Raka? Saya tidak ingin melanjutkan hubungan kita lebih jauh, bukan malah sebaliknya,” ujarnya mengalihkan pembicaraan. “Saya akan memudahkan urusan kamu untuk mundur dari dunia artis dengan sesegera mungkin, bukankah kamu ingin cepat-cepat mengakhiri semuanya?” “Tunggu, saya masih tidak mengerti maksud Anda.” “Jika kamu mau menjadi kekasih pura-pura saya, saya akan membantu kamu untuk segera berhenti dari dunia hiburan. Lalu untuk perjodohan, saya yang akan bilang kepada orang tua dan kedua kakak kamu bahwa kita tidak ingin melanjutkannya,” ujar Raka diiringi senyuman manisnya. Kinara terdiam dan tampak sedang memikirkan tawaran dari Raka. “Bagaimana?” ** Kinara kini tengah berada di ruangan kerja Shela sang manajer, ia tengah menceritakan pada sahabatnya itu tentang tawaran yang Raka ajukan padanya semalam. “Hmm ... kalau menurutku, lebih baik kamu terima saja tawaran pak Raka. Lagi pula sama-sama menguntungkan juga untuk kalian,” kata Shela sambil membalas pesan dari penggemar Kinara. Kinara mengembuskan napas perlahan sambil memijit kening dengan jemari tangannya, kepalanya terasa pening terlebih ia sudah berjanji tidak akan mengecewakan kedua kakaknya. Membuat dirinya semakin dilema dengan penawaran dari Raka. Shela sangat paham dengan kegundahan yang tengah Kinara rasakan saat ini, ia pun meletakkan ponselnya lalu menatap serius pada Kinara. “Sudah tidak usah terlalu dipikirkan, Ara. Jalani saja, ikuti kata hatimu,” ujarnya meyakinkan sang sahabat. Kinara pun akhirnya mengangguk, lalu ia pamit ke ruangan Raka untuk membicarakan rencana mereka selanjutnya. ** Di dalam ruangan CEO, Raka dan Kinara tengah membahas tentang rencana mereka ke depannya. Kinara masih tidak mengerti dengan jalan pikiran Raka, bagaimana keduanya berpura-pura berpacaran jika tidak ingin melanjutkan perjodohan mereka. “Saya ingin kita berpura-pura agar mereka tahu bahwa kita sudah berusaha untuk saling mengenal, mungkin satu atau dua bulan baru kita bisa katakan bahwa perjodohan tidak bisa dilanjutkan karena tidak ada kecocokan di antara kita,” terang Raka membuat Kinara kini mengangguk paham dengan maksud pria itu. “Baiklah, lalu apa rencana Pak Raka untuk mengakhiri karier saya?” tanya Kinara sambil membetulkan posisi duduknya. “Kalau kamu setuju dengan syarat dari saya, hari ini juga kita akan mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan bahwa kamu akan berhenti dari dunia hiburan. Lalu mengenai kontrak kerja, akan kita bahas lebih lanjut nanti,” sahut Raka sambil melipat kedua tangan di depan dada. Kinara tampak berpikir, hatinya semakin bimbang dengan penawaran yang Raka ajukan padanya. Setelah saling terdiam beberapa saat, akhirnya Raka dan Kinara telah sepakat bahwa keduanya akan berpura-pura untuk berpacaran agar bisa membatalkan perjodohan itu di kemudian hari. “Baiklah, saya setuju dengan rencana Pak Raka. Asalkan, perjodohan di antara kita bisa dibatalkan dan saya bisa mengundurkan diri dari dunia hiburan ini dengan tenang,” ujar Kinara yang akhirnya sepakat dengan Raka. Lantas mereka segera bersiap menggelar konferensi pers untuk mengumumkan bahwa Kinara akan mengundurkan diri dari dunia hiburan yang telah membesarkan namanya selama ini. **Siang itu, taman yang dikunjungi Kinara dan Raka tampak tidak begitu ramai. Cuaca yang belum terlalu terik sangat mendukung kedua insan itu untuk menghabiskan waktu dengan saling berbagi cerita dan mengungkapkan perasaan masing-masing.“Jadi benar, jika selama ini kamu masih mencintaiku?” tanya Raka seraya menggenggam jemari Kinara dan menatap wanita itu dengan lembut.Kinara pun menganggukkan kepala sebagai jawaban. “Maafkan aku karena selama ini telah berusaha menyembunyikan perasaan ini darimu, tapi nyatanya itu tidak berhasil dan malah membuat kita saling tersakiti,” sesalnya.“Tidak masalah, jangan pernah salahkan dirimu. Aku yang terlalu pengecut karena tidak memperjuangkanmu sejak awal, maafkan aku,” ucap Raka sambil mengecup puncak kepala Kinara dengan lembut, matanya berkaca-kaca tanda ia sungguh menyesali atas perbuatannya.“Jangan pernah meminta maaf lagi, Mas. Sejak hari dimana kamu mengakui semua kesalahanmu, aku sudah memaafkanmu. Terima kasih atas cintamu selama ini
Kinara merasa terkejut dengan perkataan yang baru saja Raka lontarkan padanya, mengapa harus menikahi wanita lain jika Raka baru saja melamar dan menyatakan bahwa masih setia mencintainya hingga saat ini? Pertanyaan itu lantas terbesit begitu saja di benak Kinara.“Apa yang sebenarnya terjadi, Mas? Kamu bilang masih mencintaiku tapi kamu malah akan men—““Aku dijodohkan. Aku akan dijodohkan dengan wanita lain jika kamu tidak mau kembali bersamaku, itulah yang sebenarnya terjadi,” potong Raka cepat sambil mengusap setetes air mata yang jatuh ke pipinya.Kinara merasa bimbang, ia memang masih mencintai Raka. Namun sungguh tidak tepat waktunya jika ia harus menerima Raka kembali mengingat janjinya pada Gavi juga hal yang tengah menimpa Shela. Ia tidak mungkin berbahagia di atas penderitaan kedua sahabatnya.“Tapi, untuk saat ini aku sungguh tidak bisa, Mas ... aku tidak ingin kita berbahagia di atas penderitaan sahabatku.”“Memang ada apa?”Akhirnya Kinara menceritakan masalah yang
Sama halnya dengan Kinara yang sedang sarapan bersama keluarganya, begitu pula Raka tengah makan bersama kedua orang tuanya. Dalam suasana pagi yang hening itu, pak Rangga mencoba menyuarakan kembali keinginannya pada sang putra tunggal.“Raka, ada yang ingin papa bicarakan,” ujar pak Rangga sambil membersihkan mulut dengan lap makan, tanda beliau sudah selesai dengan sarapan paginya.Raka meneguk sedikit air putih di hadapannya, ia pun telah menyelesaikan makannya. “Iya, Pa. Sepertinya ... ada hal yang serius,” terkanya.Pak Rangga mengangguk perlahan. “Tentu ini serius, Ma ... tolong ya,” pintanya sambil memberi kode pada sang istri.Bu Kamila sangat mengerti dengan kode yang diberikan sang suami lantas memanggil para pelayan untuk membersihkan meja makan. Setelahnya, Pak Rangga pun melanjutkan pembicaraannya.“Raka, bagaimana kelanjutan hubunganmu dengan Kinara?” tanya pak Rangga sambil menatap Raka dengan wajah serius.Raka menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya yang t
Gavi menghela napas sejenak sebelum melanjutkan perkataannya, pria itu mencoba sebisa mungkin menahan diri untuk tidak meluapkan amarah karena rasa cemburunya. Ia tak ingin Kinara semakin menjauh darinya dan lebih memilih bersama Raka, ia harus bisa mengendalikan dirinya.“Maaf, aku terlalu ... emosional,” ujar Gavi lalu meminum teh hangat yang baru saja Raka berikan untuknya. Merasa lebih baik, ia pun kembali berbaur dengan Kinara dan Raka.Akhirnya, mereka bertiga menghabiskan waktu bersama hingga hampir larut malam. Suasana pun mencair, mereka saling bercerita, bercanda, dan tertawa bersama layaknya sahabat yang sedang berkumpul bersama.“Terima kasih untuk malam ini, aku senang bisa menghabiskan waktu bersama kalian,” kata Kinara sambil tersenyum pada Raka dan Gavi bergantian.“Aku juga senang, Kin. Sudah lama rasanya tidak melakukan hal ini, senang bisa berteman dengan kalian,” ujar Gavi yang jujur setelah merasakan nyamannya berteman dengan mereka.“Senang akhirnya kita bis
Kinara dan Raka kini sedang dalam perjalanan menuju restoran, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mereka hingga akhirnya Kinara mencoba membuka pembicaraan di antara mereka.“Mas, boleh aku tahu tentang apa yang kamu dan Gavi bicarakan tadi?”“Oh, itu.” Raka menoleh sebentar lalu kembali fokus pada kemudinya. “Gavi bilang, bahwa saat ini kamu sedang tidak ingin terlibat hubungan percintaan dengan siapa pun.”“Lalu?”“Hanya itu yang kami bahas, jadi itu benar?” tanya Raka sambil melirik ke arah Kinara yang terlihat menganggukkan kepala.“Boleh aku tahu kenapa?”“Ya, aku hanya sedang tidak ingin merasakan sakit hati lagi. Jadi menurutku, untuk saat ini lebih baik aku sendiri dulu,” terang Kinara dengan tatapan yang lurus ke depan.Sementara Raka mencoba mengerti dengan tidak kembali menuntut jawaban akan hatinya yang sebenarnya tak bisa menahan lagi untuk memiliki Kinara kembali.**Siang telah berganti malam, Kinara telah menyelesaikan pekerjaannya dan segera bersiap
Davian Anggara, cinta pertama seorang Kinara Azalea. Dia begitu baik, penyayang, dan tentunya sangat mencintai Kinara. Dua tahun memang terasa singkat untuk Kinara bisa bersama Davian, tempatnya mencurahkan segalanya. Davian memang kekasihnya, namun pria itu bisa menjadi apa saja untuk Kinara. Davian bisa menjadi kakak, sahabat, tempat Kinara berbagi segala dukanya. Dalam diri Davian Kinara menemukan kenyamanan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Davian adalah segalanya bagi Kinara, lantas mengapa Tuhan seolah begitu kejam dengan mengambil hal yang paling berharga di hidup Kinara? Belum cukupkah wanita itu kehilangan kedua orang tuanya? Bagaimana pun juga, Kinara tidak dapat menyalahkan takdir Tuhan, ia sudah rela untuk melepas orang-orang terkasihnya untuk pergi selama-lamanya dari hidupnya. Kini, ia hanya ingin hidup dengan tenang, untuk itu ia belum ingin terlibat dengan masalah asmara lagi. Meski Davian telah merestuinya untuk bersama yang lain, namun tekadnya bulat untuk m