Gisa dan Dean sudah siap didepan meja makan masing-masing. Gisa duduk di kursi sebelah tempat Catra nanti akan duduk. Sementara Dean duduk di high chair baru miliknya yang sudah Catra persiapkan sebelum Dean tinggal dirumahnya.
Gisa juga sudah rapih dengan setelan kerjanya. Hari ini Gisa memakai Kemeja kuning yang di kombinasikan dengan flared shirt dengan panjang sebetis warna putih dan Stiletto yang senada dengan warna pakaiannya. Rambut Gisa selalu dia gerai guna menutupi tato yang ada di belakang lehernya.
Mereka belum memulai sarapan karena masih menunggu Catra yang masih sibuk didalam ruang kerja miliknya yang ada di lantai dua.
Saat Gisa akan bangkit untuk memanggil suaminya, Catra keluar dari dalam lift dengan menenteng tas kerja beserta sehelai dasi yang masih berada didalam genggamnya. Catra letakan tas dan dasi tersebut diatas kursi kosong di sebelahnya.
Gisa menyajikan makanan yang sudah dia buat tadi pagi, kemudian diletakkannya didepan m
Terimakasih sudah membaca. Dukung terus cerita ini dengan memasukannya kedalam rak, vote dan berikan bintang 5 untuk cerita ini. ❤️❤️❤️
"Aaa ... Anda_" kalimatnya terpotong karena bibir Gisa langsung dibungkam oleh bibir lembut Pria yang aroma parfumnya cukup familiar bagi Gisa. Parfum beraroma Woody yang memberi kesan maskulin dan lembut. Dia adalah Catra Ganendra, CEO yang mengusirnya dari ruang rapat tanpa belas kasihan. Bibir Catra terus mencium bibir mungil Gisa dengan rakusnya. Merasa tidak ada respon dari Gisa, Catra menggigit bibir bagian bawah Gisa. Secara otomatis mulut Gisa terbuka dan Catra mulai membelit kan lidahnya dan mengabsen setiap titik yang ada di sana. Gisa memejamkan matanya menikmati setiap sentuhan suaminya. "Mmmh ... " lenguh Gisa saat tangan Catra mulai masuk kedalam kemeja kerja miliknya. Gisa dengan reflek mendorong tubuh kekar Catra setelah dirasa hampir kehabisan oksigen. "Jangan," tolak Gisa. "Bagaimana kalau ada yang masuk," desisinya pelan. Catra mendudukan sebagian bokongnya pada wastafel. Dia raih tubuh Gisa untuk berdiri di hadapannya dengan kedua
Sekarang sudah masuk jam makan siang. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Gisa langsung pergi menuju ruangan Catra, setelah tadi mendapat panggilan telpon dari Novera, sekertaris Catra yang memintanya datang saat jam makan siang. Tampak sang sekertaris saat ini tengah duduk di depan meja kerja dekat ruangan Catra. Sesaat sebelum menghadap Novera, Gisa merapihkan kembali penampilannya dengan menepuk beberapa bagian setelan kerja miliknya yang terlihat sedikit kusut. Setelah dirasa penampilannya sudah cukup rapih, Gisa berjalan dan berhenti di depan meja kerja sekertaris pribadi suaminya. "Selamat siang," sapa Gisa lembut pada Novera yang tengah sibuk membereskan sesuatu. Novera menghentikan aktivitasnya. Dia mengerjapkan matanya saat dilihatnya Gisa sudah ada dihadapannya. "Bu," sapa Novera sopan, sambil bangkit dari tempat duduknya kemudian membungkuk hormat. Aura Gisa memang tidak bisa ditolak. Dia selalu bersinar di manapun dia berada. Seketika Gisa
Catra sudah keluar dari dalam mobil mewahnya. Dia mengitari setengah dari bagian mobilnya dan membukakan pintu untuk Gisa keluar dari dalam sana. Gisa tidak merespon. Dia masih mematung di atas kursi penumpangnya. Catra yang penasaran, mencondongkan tubuhnya untuk melihat apa yang sedang istrinya lakukan di dalam mobil. Secara tidak sadar, Catra tersenyum melihat Gisa yang tengah bengong sambil menatap hotel bintang lima yang ada di hadapannya. "Ayo, kamar kita sudah siap!" bisik Catra tepat ditelinga Gisa. Dengan reflek Gisa memiringkan kepalanya menghadap suaminya. Catra yang masih berada pada posisinya menyebabkan bibir mereka menempel satu sama lain. Catra memanfaatkan momen tersebut untuk mengecup sekilas bibir candu istrinya. "Pak," pekik Gisa sedikit mendorong tubuh kekar suaminya. Catra tergelak sambil membangkitkan kembali tubuhnya dan berdiri menyandar pada body mobil, menunggu istrinya keluar. Entahlah, akhir-akhir ini Catra sangat
Ternyata apa yang Gisa khawatir selama di dalam kamar hotel tadi tidak terjadi. Catra tidak melanjutkan aksi panasnya setelah selesai makan siang. Saat ini Catra dan Gisa tengah turun menuju lantai dasar hotel dan akan kembali ke perusahaan. Namun Catra lupa kalau Abhi saat ini tengah menunggunya di restoran hotel yang sama. Saat berjalan keluar dari dalam lift, iPhone milik Catra berbunyi menampilkan Abhi sebagai pemanggil. "God!" ucap Catra tiba-tiba saat melihat layar iPhone-nya. Gisa yang berjalan disamping Catra, menatapnya dengan tatapan penuh tanya. "Kenapa?" tanya Gisa bingung. "Daddy, lupa. Abhi, sedang menunggu di restoran hotel ini juga!" terangnya pada Gisa sambil menggeser icon warna hijau kesebelah kanan. "Gue, kesana sekarang!" jawab Catra singkat. Kemudian Catra, mematikan panggilannya begitu saja. Bisa dibayangkan, berapa banyak umpatan yang Abhi lontarkan untuk, Catra? Abhi sudah lama menunggu Catra dan dengan seenaknya, Catra memati
Catra dan Gisa kini tengah berada di dalam sebuah Range Rover hitam, mobil mewah Catra yang hari ini menemaninya pergi ke kantor. Ada lebih dari 12 mobil mewah di dalam garasi rumahnya. Saat keluar dari dalam hotel tadi, Catra langsung membawa Gisa masuk kedalam mobilnya. Catra masih bergeming. Tidak ada satu pun' kalimat yang keluar dari mulutnya. Matanya, masih setajam saat mata itu menatap Gisa, di depan pintu masuk toilet tadi. Gisa tidak berani bersuara. "Biarlah Catra dengan pemikirannya sendiri!" pikir Gisa. Kedua tangan Gisa sibuk meremat bagian samping rok kerjanya. Bibir bawahnya dia gigit, dengan rona merah terkuras dari wajahnya. Sudut mata Gisa melirik sekilas kearah suaminya. Saat ini, mata Catra berkilat, mulutnya membentuk garis keras dengan otot di rahangnya yang mengejang. Ekspresinya mengeras dengan kedua tangan yang tengah memegang setir mobil, mengerat seperti tengah menyalurkan amarahnya. Gisa menundukan wajahnya, tidak berani menatap ke
"Ini?" Tanyanya sambil mengelus tato kupu-kupu yang ada di belakang punggung Catra. Tato yang sama persis dengan tato milik Gisa. "Kok bisa?" tanyanya bingung. "..." Catra bergeming. "Jangan bilang kalau, kamu?!" pekiknya dengan mulut menganga dan mata yang hampir melompat keluar. Catra memutar tubuhnya, menatap Gisa. Peletak ... Catra menjentikan jari telunjuknya di atas kening Gisa. "Aaah ... sakit ..." pekik Gisa sambil memegang, kemudian mengusap dahinya yang sakit. "Itu hukuman karena sudah lancang membentak suami, kamu!" Dia masukan kembali kedua tangannya kedalam saku celana. "Maaf Daddy, reflek," cicit Gisa. "Tapi itu ..." tunjuknya pada punggung Catra. Catra membalikan tubuhnya, membelakangi Gisa sambil menunjukan gambar tato kupu-kupu yang ada dibelakang punggung bagian atasnya, "Ini?" tanyanya. Gisa mengangguk pelan, sambil menggigit ujung kuku, jari tangannya. Dia gugup menunggu jawaban dari, Catra.
Cup ... Cup ... Cup ... Catra memberi beberapa kecupan di bagian belakang leher Gisa dengan lembut yang syarat akan hasrat. "Daddy, S-ssstop!" "Kamu seksi! Sepertinya, kemeja ini sangat cocok dipakai, Mommy!" pujinya. Catra, melesakan kepalanya masuk kedalam leher istrinya, dan menghirup aroma tubuh istrinya tersebut. "Seharusnya, kita mengeksplor ruangan di apartemen ini, termasuk di disini!" Serak Catra, sambil menggesek milik-nya pada belakang tubuh Gisa. "Mommy, dia sudah bangun, bahkan hanya dengan melihat punggung indah Mommy!" lanjut Catra menggoda. Gisa memejamkan matanya, menerima setiap gelanyar aneh yang merasuki tubuhnya. "Da-Daddyihhh ... stop!" Gisa membalikan badannya mencoba melawan segala nikmat yang dia terima dari setiap sentuhan tangan dan bibir, Catra. "Please! Mommy, lapar!" Rengeknya manja dengan kedua tangan menahan dada Catra yang terus maju. Apakah dengan Gisa bersikap manja Catra a
Gisa baru bangun dari tidurnya, saat jam menunjukan pukul 06.30 pagi. Dia, kesiangan! Semalam, dia baru terlelap sekitar pukul 11 malam. Bukan begadang karena menuntaskan kegiatannya yang sempat Gisa hentikan, melainkan begadang karena Gisa merindukan Dean, sang anak. Kegiatan semalam, tidak mereka tuntaskan karena Gisa yang ketakutan. Hadirnya Dean pun', Gisa tidak mengingat saat proses pembuatannya. Jadi, Gisa benar-benar tidak tau bagaimana rasanya bercinta. Karena saat berpacaran dengan Rama pun', dia berpacaran secara sehat. No sex before married. Dia tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Gisa gelisah sepanjang malam. Padahal jika dilihat dari CCTV kamar Dean yang tersambung pada gadget milik Catra, Dean anteng bermain, kemudian tertidur setelah Bu Bertha membacakannya cerita. Gisa bergegas bangun, dan membereskan tempat tidurnya sebelum akhirnya masuk kedalam kamar mandi. Di dalam kamar mandi pun, Gisa hanya menghabiskan waktu 20 menit saja. Segera