"Anda?!" ucap Zeca dengan mulut yang menganga, setelah tau siapa pria yang baru saja dibantingnya.
Pria tersebut bangkit sambil kedua tangannya menepuk beberapa bagian dari kemeja dan celananya yang kotor.
"Ckk ... ckk ... " decaknya sambil menatap tajam Zeca. "Bukannya ... kamu pengawal pribadi Gista? Kenapa kamu malah mengintip disini?!" Tanyanya pada Zeca. "Tugas kamu itu, jagain dia!" tegasnya lagi. Pria yang Zeca banting adalah Abhinav, sahabat sekaligus asisten pribadi dari Catra.
Zeca maju beberapa langkah menghampiri Abhi. Namun, dengan reflek Abhi memundurkan tubuhnya dengan kedua tangan dia simpan di depan tubuhnya, menahan agar Zeca tidak mendekat kembali.
Zeca tidak menghiraukan peringatan Abhi. Dia terus maju, dan berhenti tepat di hadapan Abhi.
Dengan gerakan secepat kilat, Zeca raih tangan itu kemudian menguncinya di belakang tubuh Abhi. Tangan Zeca masih memegang lengan Abhi, dan tubuh rampingnya menempel tepat di belakang pung
Terimakasih sudah membaca ❤️🤗🤗 Jangan lupa Vote , subscribe dan berikan komentar nya sweety.. Setiap dukungan yang kalian berikan sangat berarti bagi Author ❤️❤️❤️ Bagi kalian yang sudah memberikan Author gems 2 hari ini, nanti di bab 28 Author absen lagi ya, sebagai bentuk terimakasih Author pada readers semua... sehat-sehat kalian😘😘
"Ibu, tidak apa-apa?" tanya Zeca menghampiri Gisa yang tengah ketakutan. Mata Gisa berkaca-kaca, namun sebuah senyum kelegaan terlukis dari bibir tipisnya. Wajahnya yang semula pucat pasi, kini mulai memancarkan ronanya kembali. "Apa kamu baru saja memukulnya?" tanya Gisa pelan. Gisa masih pada tempatnya dan belum berani menengok laki-laki yang tengah meringkuk di lantai akibat terkena pukulan yang cukup kencang itu. Gisa yakin, kalau laki-laki tersebut adalah Rama. Mantan kekasihnya yang dengan tega mengkhianati kepercayaan, Gisa. Zeca menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Gisa. Gisa mengerutkan keningnya pertanda bingung dengan jawaban yang Zeca berikan. Gisa bertanya sekali lagi. "Kamu tidak memukulnya?" tanya Gisa meyakinkan. Zeca menggeleng kembali. "Bapak yang memukulnya," cicit Zeca. "Hah?!" tanya Gisa tidak percaya sambil membalikan tubuhnya. "Ya, Bapak yang memukul pria itu," jawab Zeca kembali sambil menunjuk Rama yang tengah te
Catra setengah menunduk untuk mensejajarkan tinggi badannya dengan Gisa. Dia keluarkan tangan sebelah kanannya dari dalam saku celana kemudian, HAP! Tangan besar Catra mendarat di rahang Gisa, kemudian menekannya. Catra masih dengan wajah datar tanpa ekspresinya. Gisa meraih tangan Catra dan mencoba melepaskannya. Namun, tenaganya kalah besar oleh tenaga suaminya. Gisa meringis kesakitan. "Da-da-daddy," panggil Gisa tergagap. "Apakah dia, alasan kamu sehingga lebih memilih merahasiakan pernikahan ini dari orang lain?!" tanya Catra dengan suara serak dan dinginnya. Matanya menatap Gisa dengan tatapan yang sangat tajam hingga mampu merobek setiap bagian dari retina siapa saja yang menatapnya. Gisa menggeleng dengan cepat sebagai jawaban. Selain alasan Gisa bukan seperti yang Catra tuduhkan, dia juga semakin ketakutan dengan debar jantung Gisa yang semakin menggila melihat Catra yang seperti itu. Catra masih dengan posisinya. Mata Jamrud Catra menatap da
(Hanya 21 tahun keatas. Kurang dari itu, dilarang keras untuk membaca.) "Come on baby, it's time to play!" bisik Catra tepat di telinga Gisa. Gisa membalikan tubuhnya, menatap sang suami yang saat ini tengah membuka kancing kemejanya dengan matanya yang masih menatap Gisa penuh minat. Setiap gerakan yang suaminya lakukan, terlihat seksi di mata Gisa. Bagian atas Catra, sudah terbuka seluruhnya menampakan pahatan indah dari tubuh bagian atas miliknya. Dada bidang dengan beberapa otot di bagian perut, hasil dari latihan yang setiap pagi Catra lakukan di lantai tiga rumahnya. Catra melanjutkan aktivitasnya dengan membuka bagian bawahnya. Mulai dari sabuk, celana dan terakhir dalaman yang membungkus milik Catra yang sudah sangat sesak di dalam sana. Setiap gerakan yang di lakukan Catra pun' tidak lepas dari pengelihatan mata Gisa. Begitu indah, begitu menggoda. Ingin rasanya tangan Gisa mengusap otot-otot yang terpahat indah, yang a
Pagi-pagi sekali, Gisa sudah terbangun dari tidur nyenyak nya. Catra, bahkan masih tertidur pulas di atas tempat tidurnya. Keadaan Catra, masih polos. Tubuhnya hanya berbalut selimut putih dengan tangan memeluk tubuh istrinya. Dua hari yang lalu, Catra berhasil memasuki Gisa. Akibatnya, setiap malam Gisa harus rela melayani suaminya tanpa mengenal waktu. Alhasil, hari ini Gisa bangun masih dalam keadaan mengantuk, namun harus tetap beranjak dari tempat tidurnya. Hari ini, akan menjadi hari yang padat bagi Gisa. Banyak yang harus dia persiapkan untuk keberangkatannya besok pagi. Jam di atas nakesnya, menunjukan pukul 5.30 pagi. Biasanya Catra akan terbangun pukul 06.00 pagi untuk pergi menuju lantai tiga, dan mulai berolahraga. Namun, pagi ini berbeda. Saat Gisa membuka matanya, dia dapat melihat wajah tampan suaminya yang tengah tertidur pulas. Biasanya, Catra sudah tidak ada di samping Gisa saat dia bangun tidur. Gisa menyingkirkan tangan Catra yang
Rencananya, siang ini Gisa akan pergi ke Mall. Sebelum ke sana, Gisa pergi mengantarkan Dean terlebih dahulu menuju kediaman dari adik iparnya. Gisa juga menitipkan Dean, untuk sepuluh hari kedepan pada Kayanna. Di luar dugaan, Kayanna terlihat sangat bahagia karena selama 10 hari, akan terus bersama, keponakannya. Setelah selesai dengan urusan sang anak, sekarang giliran Gisa mengunjungi sang Bibi di Rumah Sakit Queen Elizabeth. Bibinya, masih tahap recovery setelah melakukan operasi pemasangan ring pada jantungnya. Gisa pamit pada sang bibi untuk 10 hari kedepan. Dia juga memberitahu Bi Sera, kalau selama Gisa pergi, Bu Bertha lah yang akan menggantikan Gisa untuk berkunjung, melihat perkembangan kondisi sang bibi pasca operasi. Dan sekarang, di sinilah Gisa berada, di sebuah pusat perbelanjaan mewah bersama Zeca sang pengawal pribadinya. Gisa tengah berbelanja untuk segala kebutuhan rumahnya. Semenjak menikah dengan Catra, kebutuhan rumah tangga di
Malam ini, Gisa tengah terduduk diatas lantai kamar rumahnya. Gisa duduk sambil menatap kopernya yang terbuka. Dia memandangi koper tersebut, kurang lebih sudah 30 menit, namun belum ada satupun pakaian yang mengisi koper itu. Gisa hanya memandanginya tanpa dia mau bergerak memindahkan isi lemari kedalamnya. "Heehh ... " desahnya. Entah desahan ke berapa kali yang Gisa keluarkan, malam ini. "Kenapa?" tanya pemilik suara serak yang tidak lain adalah suami dari si pemilik koper itu. Gisa membalikan setengah badannya, untuk menengok ke arah Catra datang. Catra tengah berdiri di depan pintu masuk walk-in closet, dengan punggung yang dia sandarkan pada pintu kaca ruangan tersebut. "Kenapa? Hem?" tanyanya lagi. Gisa mengalihkan pandangannya. Dia tidak bisa memandangi mata Jamrud itu lebih lama lagi, agar Gisa tidak masuk ke dalam pesona si pemiliknya. "Terus saja pura-pura tidak mengerti!" gerutu Gisa dalam hati. Gisa tersentak, saat
Gisa berjalan gontai menuruni pesawat yang saat ini tengah transit di Schiphol Airport, Amsterdam. Seketika seluruh tubuhnya terasa lemas, saat sang pramugari memberi tahukan tujuan perjalanan dari pesawat yang Gisa tumpangi. Paris, Prancis! Bagaimana Gisa tidak shock, saat mendengar nama tersebut, jika kepergiannya saja tidak dia persiapkan untuk ke Negera itu. Apa Gisa begitu bodoh, sehingga dia menaiki pesawat, tanpa tau kemana tujuan pesawat itu akan membawanya? Gisa terlalu mempercayai Zeca. "Lihat saja saat aku berhasil kembali ke tanah air!" ancamnya dalam hati. Walaupun dengan kemampuan yang apa adanya, dan sangat tidak memungkinkan untuk dia bertarung melawan Zeca yang memang ahli dalam bela diri, namun tidak ada sesuatu yang mustahil jika dengan tekad yang besar. Hibur Gisa dalam hati. Ya, Gisa sedang mencoba menghibur dirinya sendiri saat ini. "Tapi, tentu saja Zeca bukan bergerak atas kehendak dan kemauannya sendiri, kan?" Gumam Gisa pelan. "Catra
Disinilah Gisa sekarang. Di dalam sebuah pesawat mewah dengan segala fasilitas eksklusifnya. Jet pribadi keluarga Ganendra ini, adalah contoh sempurna tentang seperti apa kemewahan di udara. Kamar tidur utama, yang merupakan kamar pribadi Catra, berada di hidung pesawat dibawah kokpit. Kamar utama pun dilengkapi home teather dan sebuah sofa double seat berwarna putih menyesuaikan tema kamar tersebut. Tak hanya itu, kamar utama juga dilengkapi walk-in closet serta kamar mandi yang dilengkapi shower dengan ukuran besar. Jet ini memiliki segalanya. Mulai dari lounge, ruang pertemuan untuk rapat, hingga ruang makan mewah, lengkap dengan koki bersertifikat, bintang Michelin. Gisa sendiri bahkan sulit untuk menganggap bahwa yang dia naiki saat ini adalah sebuah pesawat, jika melihat dari interior mewah yang ada didalam pesawat tersebut. Jet pribadi bertuliskan Ganendra Group itu, telah lepas landas 15 menit yang lalu, dari Schiphol Airport, Amsterdam. Sekar