Hari ini adalah hari ke empat Dean di Australia. Tiga hari kebelakang, Catra mengajak Dean dan Gisa mengeksplor tempat-tempat yang 3 tahun lalu pernah Catra dan Gisa datangi.
Catra berharap, dengan menelusuri kenangan saat pertama kali mereka bertemu, dapat mengembalikan ingatan Gisa.
Namun nihil. Sedikit pun, Gisa tidak dapat mengingat tentang Catra ataupun momen tentang mereka di tempat tersebut.
Rencananya, hari ini Catra akan mengajak sang anak ke Fairy Park di Anakie Victoria.
Fairy Park sendiri adalah tempat bermain anak, yang dibangun 35 tahun lalu. Tempat tersebut menyajikan seluruh cerita dongeng anak di dalam satu tempat luas, dengan boneka-boneka karakter yang di simpan didalam tempat kaca. Dari dalam kaca itu, terdengar seseorang membacakan cerita atau kisah dari dongeng itu sendiri.
Catra membawa mobilnya sendiri, namun tetap dengan pengawasan bodyguard bayangan dan Zeca yang mengikutinya dengan menggunakan mobil lain.
Dea
Terimakasih sudah membaca ❤️🤗 jangan lupa Vote..
Pagi-pagi para karyawan di Ganendra Group disibukan dengan pemberitahuan rapat dadakan yang akan di adakan di Aula lantai atas perusahaan. Rapat itu sendiri, akan di pimpinan oleh CEO secara langsung, bukan melalui zoom call seperti 2 Minggu terakhir. Setiap divisi, diwajibkan hadir, guna membahas hasil akhir persiapan ulang tahun perusahaan. Gisa berjalan dengan langkah lebarnya saat jam, menunjukan pukul setengah delapan pagi. Dia harus segera keruangan nya dan menyiapkan bahan rapat untuk divisinya. Saat di lobi, Gisa bertemu dengan Danisha yang bekerja satu ruangan dengannya. "Gisa ... " pekik Danisha, saat melihat Gisa masuk bekerja kembali setelah sekian lama bertugas di kantor cabang. Pikir Danisha. Padahal kenyataannya, beberapa pekan itu, Gisa habiskan untuk melayani bos-nya di atas ranjang. Bos yang juga suaminya. Gisa membalikan setengah badannya untuk menengok ke belakang. Bibirnya terangkat lebar saat di lihatnya, sang sahabat sat
Waktu sudah menunjukkan jam pulang kerja. Gisa berjalan gontai, saat keluar dari dalam perusahaan tempat magangnya tersebut. Hari ini benar-benar hari yang melelahkan bagi Gisa. Bukan lelah secara fisik, melainkan lelah yang dirasakan Gisa, lebih pada psikisnya. Setelah dibuat jantungan dengan kelakuan suaminya saat di dalam ruang kerjanya, Gisa pun ditodong dengan berbagi pertanyaan dari rekan-rekannya saat tiba di ruangannya, yang pada akhirnya mengharuskan Gisa untuk berbohong demi menutupi segalanya. Perihal tanda merah yang suaminya tinggalkan di atas lehernya, Gisa mengakalinya dengan menutup tanda tersebut menggunakan syal yang ia jadikan sebagai bando. Untunglah kebiasaan Gisa tersebut dapat menolongnya saat dalam keadaan darurat seperti tadi pagi. Sebenarnya Gisa risih juga pada tatapan orang-orang saat di Aula tempat rapat tadi. Mungkin sebagian dari mereka berpikir, bahwa Gisa aneh. Saat cuaca sedang panas, dia malah melapis
"Hai ... " teriaknya, "I miss__" ucapnya terpotong. Seseorang tersebut mematung sambil melemparkan tatapan penuh tanya kepada orang yang ada dihadapannya. Alisnya berkerut bingung, melihat perempuan yang pernah di temui nya beberapa waktu lalu itu, ada di rumah sahabatnya. Dan, ... siapa lagi dia? Kenapa anak itu memiliki mata yang sama dengan si pria dingin yang anti perempuan itu? Tanya seseorang tersebut dalam hati nya. "Zurra!" pekik Kayanna kencang, saat melihat Fazzura yang merupakan tetangganya saat kecil, datang berkunjung ke kediamannya, bahkan masih lengkap dengan koper ditangannya. Selain bertetangga, mereka merupakan sahabat dekat, sejak SMP. Kayanna menghampiri Fazzura, sambil memeluk, melepaskan kerinduannya. Kayanna juga mengambil alih koper yang sedang di bawa tamunya tersebut. "Ayo masuk!" ajak Kayanna pada Fazzura. "Maaf, sepertinya kedatangan Zurra ... timing-nya tidak tepat," cicit Fazzura.
Catra, Gisa dan Dean, saat ini tengah berada di dalam mobil yang akan membawa mereka menuju kediaman mewahnya. Setelah makan malam bersama, Catra mengajak anak dan istrinya untuk pulang. Selain Dean sudah terlihat terkantuk-kantuk, Catra juga melihat perubahan yang terjadi pada sikap istrinya. Selama makan malam berjalan, Gisa lebih banyak melamun dan tidak fokus pada makanannya ataupun sekelilingnya. Catra tidak mengetahui apa yang terjadi dengan istrinya, selama dia tinggal pergi untuk bekerja di lantai 2 rumah adiknya. Seingat Catra, saat dia menemuinya di dapur tadi, Gisa masih terlihat biasa-biasa saja. Di jok belakang, Dean tampak sudah terlelap. Catra terus mengawasi sang istri, menggunakan sudut matanya. Tidak ada sepatah katapun yang istrinya ucapkan. 'Kalau perempuan tiba-tiba diam seperti sekarang,' jedanya. 'sebenarnya ... apa yang terjadi dengan mereka?' tanya Catra pada dirinya sendiri. 'Catra, itulah pentingnya kamu haru
Acara ulang tahun perusahaan semakin mendekati hari H. Selama tiga hari terakhir, Catra selalu pulang larut malam. Banyak dokumen yang harus dia cek dan tandatangani. Saat berangkat ke kantor pun, kadang masih sangat pagi, sehingga tidak ada waktu untuknya bertemu ataupun bercengkrama dengan sang anak. Saat Catra berangkat bekerja biasanya Dean belum bangun, dan saat pulang bekerja anaknya sudah terlelap tidur. Jangankan sang anak, Gisa saja kadang sudah terlelap saat sang suami sampai di rumah. Walaupun suami istri tersebut bekerja di perusahaan dan kantor yang sama, namun mereka hanya bertukar kabar melalui telepon genggam, itu pun seperlunya saja. Gisa tidak pernah mengkhususkan diri untuk datang ke ruangan suaminya, kecuali sang suami lah yang memanggilnya untuk datang. Selain itu Catra juga banyak menghabiskan waktunya di luar perusahaan untuk meeting ataupun mengecek proyek ke lapangan. *** Saat jam makan siang, Gisa dan
Hari yang ditunggu-tunggu oleh para karyawan kantor telah tiba. Yaitu, acara ulang tahun perusahaan, yang akan digelar tepatnya nanti malam. Bagaimana para karyawan tidak excited, acara tersebut akan diselenggarakan disalah satu hotel milik Ganendra Group itu sendiri, yaitu Ganendra Luxury Hotel. Salah satu hotel termewah yang harga permalamnya bisa mencapai ratusan juta dengan fasilitas eksklusifnya yang lengkap. Ulang tahun perusahaan yang diadakan setiap satu tahun sekali itu pun, mereka jadikan sebagai hari raya bagi para karyawan Ganendra Group. Pasalnya, setelah acara itu selesai dan acaranya berjalan dengan lancar, bonus tahunan yang lumayan besar akan masuk kedalam rekening para karyawan kantor. Selain itu, mereka juga bisa menghabiskan waktu selama weekend, di hotel tempat acara berlangsung, lengkap dengan fasilitas mewahnya secara cuma-cuma tanpa harus mengeluarkan biaya ini itu. Mereka, cukup menunjukan kartu identitas karya
Tidak hanya Madava yang kehilangan senyumnya, tapi juga Gisa. Saat dilihatnya sang suami masuk bersama Fazzura disebelahnya. Catra terlihat gagah mengenakan Payas Agung yang memiliki warna senada dengan yang di kenakan oleh Gisa. Kalau Gisa memakai mahkota, lain halnya dengan Catra. Dia memakai ikat kepala dan sebuah bunga cempaka yang terselip di bagian telinganya. Bawahannya sendiri memakai kain songket mewah dengan keris yang disisipkan kedalam kamben. Itulah yang menyebabkan senyum Madava seketika luntur. Karena, atasannya memakai pakaian adat Bali juga. Harapan Madava untuk bisa berdansa bersama Gisa, dalam sekejap menjadi sirna. Madava yakin, sang CEO akan meminta perempuan cantik itu untuk menjadi pasangan dansa nya. Meskipun yang orang lihat Catra membenci Gisa karena insiden kesiangan waktu itu, namun Madava dapat melihat cinta pada mata bos nya itu. Bahkan keyakinan Madava bertambah besar, saat melihat dari warna pakaian yang
Gisa menatap tajam sang suami. "Apa yang Daddy lakukan?" ucap Gisa tanpa bersuara dan hanya menggunakan gerak bibirnya. Dia panik. Catra hanya tersenyum sinis dengan sudut bibir sebelah kanannya tersungging sedikit mengejek. "Oh, God!" pekik Gisa membuat orang-orang yang duduk disekitar Gisa menatapnya dengan tatapan penuh tanya. "Mommy," ucapnya kembali. Gisa menahan nafasnya. Dia menundukkan kepalanya. "Terima kasih atas segala dukungan yang Mommy berikan." ucap Catra melanjutkan kalimat dalam pidatonya. Gisa mengangkat kepalanya, menatap netra jamrud suaminya, dalam. "Untuk Deankara, anaku. Terima kasih sudah hadir!" lanjutnya, membuat Gisa berkaca-kaca saat mendengarnya. Beberapa orang mulai berbisik membicarakan sosok istri dan anak dari seorang Catra Ganendra. Mereka mulai penasaran seperti apa istri dari CEO yang terkenal dingin itu. "Kenapa kamu menangis?" tanya Danisha heran melihat sahabatnya mengeluarkan air matanya.