Share

Mendadak Dinikahi Dosen
Mendadak Dinikahi Dosen
Penulis: Bintang Fajar

Bab 1: Perjodohan

“Keira! Dari mana saja kamu?!” Rendra atau Ayah Keira menaikkan nada bicaranya.

Keira hanya diam dan seolah-olah sudah terbiasa dengan nada tinggi yang keluar dari Ayahnya. Keira justru malah berlalu begitu saja tanpa berniat menjawab pertanyaan Rendra.

“Keira! Ayah bicara sama kamu!” tegas Rendra sekali lagi.

“Oh, Ayah bicara dengan aku toh. Kenapa? Bukannya Ayah biasa sibuk dengan kerjaan Ayah yang nggak pernah berhenti itu. Tumben banget Ayah peduli sama apa yang aku lakuin,” jawab Keira santai.

Rendra yang marah dengan jawaban sang anak tanpa sadar melayangkan tamparan yang cukup keras sampai suaranya menggelegar di ruangan itu.

Keira tertawa sinis. “Inilah Ayah sekarang. Ayah sudah bukan Ayah yang aku kenal!” ucap Keira sambil menatap Ayahnya dengan sorot mata yang tajam.

Setelah mengatakan itu Keira berniat untuk naik ke tangga namun kembali terhenti karena ucapan sang Ayah.

“Ayah akan menjodohkan kamu dengan anak teman Ayah.”

“Aku tidak suka diatur Ayah!” Keira berbalik dan menatap perih yang bercampur marah ke Ayahnya.

“Keputusan Ayah tidak bisa diganggu gugat. Besok, kita akan makan malam untuk pertemuan dua keluarga. Ayah harap kamu tidak kabur!” tekan Rendra sebelum pergi meninggalkan Keira.

Keira yang mendengar hal itu mengepalkan kedua tangannya erat dan langsung berlari ke kamarnya.

Air matanya tumpah di kasur kesayangannya. Sambil menatap foto almarhumah ibunya, Keira terus menangis sesenggukan.

“Kenapa Bu? Ayah jahat ke Keira! Keira cuman mau Ayah merhatiin Keira. Keira jadi baik, Ayah nggak pernah kasih perhatian ke Keira. Keira nakal pun Ayah tetap nggak peduli. Sebenarnya, Keira salah apa sih Bu?” Keira yang menangis sesenggukan tetap berbicara sendiri meskipun dengan tersendat-sendat.

Sedangkan di luar pintu kamar Keira, Rendra mendengar semua itu. Rendra tahu, dirinya berubah sejak istri tercintanya meninggal dunia karena tervonis kanker. Rendra sudah mencoba untuk tetap terlihat baik-baik saja dan tidak berniat untuk mengacuhkan Keira. Tapi wajah Keira sekarang yang justru semakin mirip dengan almarhumah istrinya itu selalu menghambat Rendra untuk dekat dengan Keira.

Rendra membuka pintu kamar Keira setelah tidak mendengar isak tangis lagi. Rendra menatap anak semata wayangnya dengan sedih dan mengusap pipi sang anak yang berwarna merah. Bekas tamparan tangan besarnya.

“Maafkan, Ayah!” ucap Rendra pelan dan membelai rambut Keira.

Rendra tidak menutup mata akan tangisan Keira selama ini. Tapi entah kenapa saat di depan Keira semua raganya seolah tidak terkendali dan malah selalu melukai Keira.

“Ayah harap, pilihan Ayah adalah orang yang tepat yang mampu menyembuhkan luka hati kamu!” bisik Rendra dan mengecup pelan dahi Keira.

***

Keesokan malamnya, Keira sudah berdandan rapi dan sedang duduk di kursi makan dengan keluarga teman Ayahnya. Lebih tepatnya dengan keluarga yang akan dijodohkan dengannya.

“Wah, Keira cantik ya ternyata!” seru Nina. Seorang istri dari Hendra Wijaya.

“Iya, kamu beruntung memiliki anak yang cantik seperti Keira!” ucap Hendra menimpali ucapan istrinya.

Keira hanya mampu tersenyum dengan pujian itu. Bukan berniat sombong atau apa. Tapi pujian cantik itu selalu didapatkannya sejak kecil dan itu bukan hal baru baginya.

“Keira!” bisik Ayahnya sambil menyenggol tangan Keira.

Keira hanya acuh dan malah makan makanan yang dihidangkan di meja itu dengan lahap.

“Oh, ya ngomong-ngomong anak kamu mana, Hen?” tanya Rendra.

“Oh, iya ya. Bentar deh, coba ku telepon dulu!”

Hendra pun pamit keluar dan menelepon anaknya.

Selagi Hendra keluar, Keira terus memegangi perutnya dan mengerutkan dahinya.

“Kamu kenapa?” tanya Rendra.

“Yah, perut Keira sakit. Keira ijin ke toilet ya!”

“Ya sudah sana, cepat!”

Keira pun mengambil tasnya dan ke belakang menuju toilet. Jangan salah, Keira lurus terus melewati toilet restoran itu dan malah sampai ke pintu belakang restoran. Keira bahkan masuk ke dapur tadi yang mendapatkan tatapan aneh dari para pegawainya.

“Huft, akhirnya bisa keluar!” ucap Keira pelan dan berjalan dengan santai ke jalan raya.

Namun, Keira yang tidak melihat kanan-kiri hampir tertabrak dengan sebuah mobil yang menepikan mobilnya untuk masuk ke area parkir restoran itu.

“Hei! Bawa mobil yang bener dong!” teriak Keira.

Pasalnya mobil itu langsung jalan saja tanpa berhenti. Padahal Keira sudah hampir tertabrak.

Mobil mewah berwarna merah itu terparkir dengan apik di depan restoran. Seorang laki-laki tampan yang mengenakan kaos santai namun terlapisi jas nampak keluar dari mobil itu. Laki-laki itu menatap Keira sebentar sebelum memutar langkah kakinya dan malah masuk ke dalam restoran.

“Wah, gila! Aku diacuhkan!” omel Keira.

“Lihat saja nanti! Kalau ketemu lagi!”

Sedang di sisi lain, Hendra terlihat kembali ke meja makan malam hari itu.

“Mana Ken, Yah?” tanya Nina.

“Sebentar lagi katanya udah mau datang. Lho ini Keira ke mana?” tanya Hendra.

“Oh, Keira lagi ijin ke toilet,” jawab Rendra.

“Maaf, saya terlambat!” ucap seorang laki-laki tampan tadi.

“Oh, iya silahkan duduk!” Rendra menyambut dengan ramah.

Laki-laki itu melepas kaca matanya dan menatap lurus kursi kosong yang ada di hadapannya. Lalu, mengalihkan tatapannya ke arah Ibunya.

Ibunya yang paham maksud Keinan langsung menjawab, “Sebentar, orangnya lagi di toilet.”

Keinan hanya diam dan mengangguk pelan.

Setelah cukup lama menunggu Keira ternyata tidak datang-datang dan Rendra pamit untuk mengecek anaknya di toilet. Saat Rendra sampai di toilet, tentu saja tidak ada siapa-siapa di sana. Wajah Rendra sudah merah madam mengetahui anaknya lagi-lagi kabur dari acara penting.

“Maaf, barusan Keira kasih kabar kalau tubuhnya lagi nggak enak badan dan pamit pulang,” ucap Rendra dengan senyuman yang terpatri. Namun, jelas itu bukan senyuman tulus. Hanya senyuman untuk menutupi kemarahan yang bercokol di dalam hatinya.

“Tapi Keira baik-baik saja kan?” tanya Nina khawatir.

“Ah, iya baik-baik saja kok. Buktinya masih bisa pulang sendiri,” jawab Rendra tersenyum kikuk.

“Syukurlah! Lalu, bagaimana dengan perjodohan ini?” tanya Hendra.

Semua orang diam. Sampai laki-laki muda nan tampan yang datang terlambat itu berbicara. “Perjodohan tidak akan dibatalkan. Saya sudah tahu Keira seperti apa dan saya mau menjadi suami Keira,” ucap Keinan tegas dan lugas.

“Kamu serius?” Rendra nampak bahagia tentunya.

Bukan maksud Rendra mengingkari tanggung jawabnya. Akan tetapi, Keira memang sudah tidak mempan dengan nasehat dari Rendra. Sehingga Rendra berharap, Keira akan berubah jika ia memiliki suami dan menjadi seorang istri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status