“Keira! Dari mana saja kamu?!” Rendra atau Ayah Keira menaikkan nada bicaranya.
Keira hanya diam dan seolah-olah sudah terbiasa dengan nada tinggi yang keluar dari Ayahnya. Keira justru malah berlalu begitu saja tanpa berniat menjawab pertanyaan Rendra. “Keira! Ayah bicara sama kamu!” tegas Rendra sekali lagi.“Oh, Ayah bicara dengan aku toh. Kenapa? Bukannya Ayah biasa sibuk dengan kerjaan Ayah yang nggak pernah berhenti itu. Tumben banget Ayah peduli sama apa yang aku lakuin,” jawab Keira santai.Rendra yang marah dengan jawaban sang anak tanpa sadar melayangkan tamparan yang cukup keras sampai suaranya menggelegar di ruangan itu.Keira tertawa sinis. “Inilah Ayah sekarang. Ayah sudah bukan Ayah yang aku kenal!” ucap Keira sambil menatap Ayahnya dengan sorot mata yang tajam.Setelah mengatakan itu Keira berniat untuk naik ke tangga namun kembali terhenti karena ucapan sang Ayah.“Ayah akan menjodohkan kamu dengan anak teman Ayah.”“Aku tidak suka diatur Ayah!” Keira berbalik dan menatap perih yang bercampur marah ke Ayahnya.“Keputusan Ayah tidak bisa diganggu gugat. Besok, kita akan makan malam untuk pertemuan dua keluarga. Ayah harap kamu tidak kabur!” tekan Rendra sebelum pergi meninggalkan Keira.Keira yang mendengar hal itu mengepalkan kedua tangannya erat dan langsung berlari ke kamarnya.Air matanya tumpah di kasur kesayangannya. Sambil menatap foto almarhumah ibunya, Keira terus menangis sesenggukan.“Kenapa Bu? Ayah jahat ke Keira! Keira cuman mau Ayah merhatiin Keira. Keira jadi baik, Ayah nggak pernah kasih perhatian ke Keira. Keira nakal pun Ayah tetap nggak peduli. Sebenarnya, Keira salah apa sih Bu?” Keira yang menangis sesenggukan tetap berbicara sendiri meskipun dengan tersendat-sendat.Sedangkan di luar pintu kamar Keira, Rendra mendengar semua itu. Rendra tahu, dirinya berubah sejak istri tercintanya meninggal dunia karena tervonis kanker. Rendra sudah mencoba untuk tetap terlihat baik-baik saja dan tidak berniat untuk mengacuhkan Keira. Tapi wajah Keira sekarang yang justru semakin mirip dengan almarhumah istrinya itu selalu menghambat Rendra untuk dekat dengan Keira.Rendra membuka pintu kamar Keira setelah tidak mendengar isak tangis lagi. Rendra menatap anak semata wayangnya dengan sedih dan mengusap pipi sang anak yang berwarna merah. Bekas tamparan tangan besarnya.“Maafkan, Ayah!” ucap Rendra pelan dan membelai rambut Keira.Rendra tidak menutup mata akan tangisan Keira selama ini. Tapi entah kenapa saat di depan Keira semua raganya seolah tidak terkendali dan malah selalu melukai Keira.“Ayah harap, pilihan Ayah adalah orang yang tepat yang mampu menyembuhkan luka hati kamu!” bisik Rendra dan mengecup pelan dahi Keira.***Keesokan malamnya, Keira sudah berdandan rapi dan sedang duduk di kursi makan dengan keluarga teman Ayahnya. Lebih tepatnya dengan keluarga yang akan dijodohkan dengannya.“Wah, Keira cantik ya ternyata!” seru Nina. Seorang istri dari Hendra Wijaya.“Iya, kamu beruntung memiliki anak yang cantik seperti Keira!” ucap Hendra menimpali ucapan istrinya.Keira hanya mampu tersenyum dengan pujian itu. Bukan berniat sombong atau apa. Tapi pujian cantik itu selalu didapatkannya sejak kecil dan itu bukan hal baru baginya.“Keira!” bisik Ayahnya sambil menyenggol tangan Keira.Keira hanya acuh dan malah makan makanan yang dihidangkan di meja itu dengan lahap.“Oh, ya ngomong-ngomong anak kamu mana, Hen?” tanya Rendra.“Oh, iya ya. Bentar deh, coba ku telepon dulu!”Hendra pun pamit keluar dan menelepon anaknya.Selagi Hendra keluar, Keira terus memegangi perutnya dan mengerutkan dahinya.“Kamu kenapa?” tanya Rendra.“Yah, perut Keira sakit. Keira ijin ke toilet ya!”“Ya sudah sana, cepat!”Keira pun mengambil tasnya dan ke belakang menuju toilet. Jangan salah, Keira lurus terus melewati toilet restoran itu dan malah sampai ke pintu belakang restoran. Keira bahkan masuk ke dapur tadi yang mendapatkan tatapan aneh dari para pegawainya.“Huft, akhirnya bisa keluar!” ucap Keira pelan dan berjalan dengan santai ke jalan raya.Namun, Keira yang tidak melihat kanan-kiri hampir tertabrak dengan sebuah mobil yang menepikan mobilnya untuk masuk ke area parkir restoran itu.“Hei! Bawa mobil yang bener dong!” teriak Keira.Pasalnya mobil itu langsung jalan saja tanpa berhenti. Padahal Keira sudah hampir tertabrak.Mobil mewah berwarna merah itu terparkir dengan apik di depan restoran. Seorang laki-laki tampan yang mengenakan kaos santai namun terlapisi jas nampak keluar dari mobil itu. Laki-laki itu menatap Keira sebentar sebelum memutar langkah kakinya dan malah masuk ke dalam restoran.“Wah, gila! Aku diacuhkan!” omel Keira.“Lihat saja nanti! Kalau ketemu lagi!”Sedang di sisi lain, Hendra terlihat kembali ke meja makan malam hari itu.“Mana Ken, Yah?” tanya Nina.“Sebentar lagi katanya udah mau datang. Lho ini Keira ke mana?” tanya Hendra.“Oh, Keira lagi ijin ke toilet,” jawab Rendra.“Maaf, saya terlambat!” ucap seorang laki-laki tampan tadi.“Oh, iya silahkan duduk!” Rendra menyambut dengan ramah.Laki-laki itu melepas kaca matanya dan menatap lurus kursi kosong yang ada di hadapannya. Lalu, mengalihkan tatapannya ke arah Ibunya.Ibunya yang paham maksud Keinan langsung menjawab, “Sebentar, orangnya lagi di toilet.”Keinan hanya diam dan mengangguk pelan.Setelah cukup lama menunggu Keira ternyata tidak datang-datang dan Rendra pamit untuk mengecek anaknya di toilet. Saat Rendra sampai di toilet, tentu saja tidak ada siapa-siapa di sana. Wajah Rendra sudah merah madam mengetahui anaknya lagi-lagi kabur dari acara penting.“Maaf, barusan Keira kasih kabar kalau tubuhnya lagi nggak enak badan dan pamit pulang,” ucap Rendra dengan senyuman yang terpatri. Namun, jelas itu bukan senyuman tulus. Hanya senyuman untuk menutupi kemarahan yang bercokol di dalam hatinya.“Tapi Keira baik-baik saja kan?” tanya Nina khawatir.“Ah, iya baik-baik saja kok. Buktinya masih bisa pulang sendiri,” jawab Rendra tersenyum kikuk.“Syukurlah! Lalu, bagaimana dengan perjodohan ini?” tanya Hendra.Semua orang diam. Sampai laki-laki muda nan tampan yang datang terlambat itu berbicara. “Perjodohan tidak akan dibatalkan. Saya sudah tahu Keira seperti apa dan saya mau menjadi suami Keira,” ucap Keinan tegas dan lugas.“Kamu serius?” Rendra nampak bahagia tentunya.Bukan maksud Rendra mengingkari tanggung jawabnya. Akan tetapi, Keira memang sudah tidak mempan dengan nasehat dari Rendra. Sehingga Rendra berharap, Keira akan berubah jika ia memiliki suami dan menjadi seorang istri.Suara deruman sepeda motor terdengar bersaut-sautan malam itu. Keira terlihat sedang menggembor-nggemorkan motornya. Hingga sebuah bendera diayunankan dan kedua motor metic itu melesat dengan cepat. Tentu saja hasilnya Keira yang menang yang saat itu.“Huuu!” Teriak heboh semua orang di sana.Keira turun dari motornya dengan gaya kerennya dan melepas helmnya. Tak lupa ia menghempaskan rambut panjang lurusnya. Siapa pun yang melihatnya pasti juga akan terpesona dengan Keira.“Wah, gila lo keren banget!” sapa Winda, teman sekaligus sahabat Keira.“Iya dong, Keira emang selalu keren!” ucap Lala, teman Keira yang juga sedikit konyol.“Gue tahu kalau gue keren kok!” ucap Keira lalu menghampiri seorang cewek lain di seberangnya.Terlihat cewek itu melemparkan segepok uang ke Keira. “Kali ini gua biarin lo menang, tapi lain kali gua nggak bakal diem saja!” ucap cewek itu sombong. Sebut saja Sarah.Keira hanya mengayun-ayunkan uangnya dan ber-smrik ria. Setelah mendapatkan uang taruhan itu, K
Keesokannya, Keira terbangun dari tidurnya karena merasa geli di tengkuk lehernya. Keira yang merasa aneh pun membalikkan tubuhnya dan alangkah terkejutnya saat dirinya justru disuguhi dengan pemandangan wajah Keinan yang sedang terlalap tidur. Saat Keira melihat Keinan bergerak, Keira langsung pura-pura tidur. Namun, saat Keira justru merasakan tangan Keinan memeluk dirinya layaknya bantal guling. Dengan spontan Keira langsung mendorong Keinan yang masih tidur hingga terjatuh ke lantai.Gedebuk. Suara Keinan jatuh ke lantai.Keinan langsung terbangun dari tidurnya saat badannya merasakan keras dan dinginnya lantai kamar Keira.“Apa yang kamu lakukan?” tanya Keinan marah kepada Keira.Keira yang ditanya justru sibuk menyilangkan kedua tangannya di dada. “L-lo sendiri apa maskudnya hah?!” Keira menaikkan nada bicaranya.Keinan yang tidak paham jelas mengernyitkan dahinya. Namun, tak lama kemudian Keinan paham jika dirinya ternyata tanpa sadar memeluk Keira yang tertidur bukannya guling
“Baca ini!” ucap Keinan yang memberikan sebuah kertas dengan ketikan rapi yang tertulis di sana.Keira menerima kertas dan membaca kertas itu.“Apa ini?”“Kesepakatan.”“Kesepakatan?”“Iya, kesepakatan. Kamu terlihat tidak nyaman dengan hubungan ini. Oleh karena itu, mari kita buat kesepakatan ini agar kita sama-sama nyaman.”Keira mengernyitkan dahi. Keira membaca poin-poin dari isi kesepakatan itu. Diantaranya adalah untuk tidur pisah kamar dan Keira yang harus menuruti apa keinginan Keinan.“Kenapa poin gua harus nurut ke lo dua kali?” tanya Keira.“Saya tahu kamu suka memberontak. Kalau saya tidak menulis dua kali nanti kamu beralasan lupa.”Keira hanya mampu menatap tidak percaya dengan penjelasan Keinan.“Sudah, patuhi saja! Oh, iya ingat itu bukan kesepakatan lebih tepatnya itu adalah surat pemberitahuan dari saya!” tegas Keinan dan bangkit berdiri.“Pak, tunggu! Saya juga mau ajuin satu poin penting.”Keinan menaikkan alisnya pertanda menyilakan kepada Keira.“Kita jangan sal
Keira terlihat melamun sekarang padahal di depannya sudah terdapat makanan yang ia pesan. “Ra, lo kenapa?” tanya Winda.Saat ini Keira, Winda, dan Lala sedang berada di kantin universitas.“Hah!” Keira menekuk wajahnya dan membenamkan wajahnya di meja kantin.“Lo kenapa sih?” tanya Lala heran.“Gua mau mati aja!” ucap Keira lebay.“Eh … ya jangan dong! Kalau lo mati kita susah dapet uang taruhan balapan lagi!” peringat Lala.Keira menatap Lala dengan mematikan. “Eh-ehm maksud gua kalau lo mati kita bakal sedih dong!” ucap Lala.“Udah, nggak usah dengerin si Lala. Lo kenapa? Ada masalah?” tanya Winda.“Lo emang sahabat yang paling ngerti gua, Win!” Keira langsung memeluk Winda tanpa malu.“Lo kenapa sih?” tanya Winda yang heran dengan tingkah sang sahabat.Keira tentu tidak mungkin memeluk Winda sampai begini jika tidak ada masalah. Keira bukan tipe perempuan yang suka main skinsip.“Nggak papa kok!” ucap Keira yang sudah kembali biasa.‘Gua lupa, nggak ada satu pun dari mereka yang
Saat ini Keira sedang duduk sambil mengenggam segelas teh hangat yang dibuatkan Keinan kepadanya. Keira memandang Keinan yang sedang sibuk memeriksa sesuatu di dalam laptopnya. Padahal sekarang sudah menunjukkan pukul setengah empat pagi lebih. Sebentar lagi sudah akan jam empat, tapi Keinan bukannya tidur lagi malah sibuk dengan laptopnya.Keira mencuri-curi pandang kepada Keinan.“Kenapa?” tanya Keinan yang sadar jika Keira sejak tadi mencuri pandang padanya.“B-bapak nggak tidur?” tanya Keira kikuk.Keinan menukikkan alisnya, “Bapak?”Keira memandang Keinan bingung.Keinan mengembuskan napas, “Mas, Keira,” desis Keinan.“O-oh iya, Mas, maksudnya Mas nggak tidur?” Keira menampilkan wajah malu bercampur kaget.‘Duh, sial malu-maluin gua!’ umpat Keira dalam hati.“Saya terbiasa untuk bangun pagi Keira. Memeriksa perkerjaan mahasiswa saya sebelum berangkat ke universitas.”“Tapi kan hari ini hari minggu, Pak?”“Pak?”“M-maksudnya Mas.”Keinan geleng-geleng kepala.“Biasakan untuk panggi
“Gimana rasanya?” tanya Keinan penasaran."Ehm, rasanya ...."Alih-alih menjawab langsung, Keira justru menelan nasi goreng di mulutnya sampai habis dan memberi jeda sebentar. Menatap wajah Keinan yang sangat menunggu komentarnya itu membuat Keira merasa tertarik untuk menjahili Keinan.“Aku belum pernah ngerasain rasa nasi goreng yang kaya gini sih,” ucap Keira datar dengan wajah dibuat bingung dan melirik Keinan untuk tahu ekspresi Keinan.Keira menaikkan sudut bibirnya saat melihat Keinan menunduk dan terlihat kecewa dengan komentarnya.“Rasanya benar-benar fantastis! Sampai-sampai aku nggak bisa komentar lagi! Kalau ada nasi goreng terenak di dunia, pasti ini!” ucap Keira kemudian dengan menggebu-nggebu sambil menunjuk nasi goreng.Keinan tersenyum mendengar kalimat pujian dari Keira.Keira yang melihat senyum Keinan itu merasa jika Keinan imut seperti anak kucing sehingga Keira tanpa sadar mengelus kepala Keinan pelan. Sampai saat Keira menyadarinya, wajah Keinan sudah memerah mal
Keinan yang sudah akan beranjak pergi kembali berbalik dan justru melangkah mendekati Keira.'A-apa ini?' batin Keira.Keira yang gugup dan sekaligus terkejut justru menutup matanya. Hingga Keira merasakan sebuah benda kenyal dan sedikit basah menyentuh pipinya. Keira langsung melotot kaget dan bercampur heran ke arah Keinan.Keinan masih belum menjauhkan wajahnya setelah mengecup pipi Keira. Keinan justru tersenyum manis di hadapan Keira sambil menyampirkan anak rambut Keira yang terjatuh menutupi wajah cantik Keira."Saya sudah bilang kan kalau saya akan mencium kamu jika kamu memanggil saya 'Pak' lagi? Saya tahu kamu suka, tapi tolong jangan disengaja, oke?" Ucap Keinan dengan nada rendah menggoda dan diakhiri kedipan mata saat mengucap kata 'oke'.Setelahnya Keinan berlalu begitu saja seakan-akan tidak ada yang terjadi antara dirinya dan Keira. Sedangkan Keira masih termangu dalam keterkagetannya. Keira bisa merasakan degup jantungnya yang cepat sekali. Rasanya sampai mau meledak.
Keira menjatuhkan Sarah dan menduduki Sarah bersiap untuk memukul wajah Sarah. Namun, seseorang berhasil menahan pergelengan tangan Keira.“Apa?!” ucap Keira dengan nada tinggi yang diakhiri pelototan saat tahu siapa yang menahan tangannya.Orang itu manarik Keira berdiri dan memisahkan Keira dengan Sarah.“P-pak!” ucap Sarah dengan kikuk karena saat ini dihadapannya ada seorang dosen ganteng yang sedang menatap tajam dirinya.Sarah tentu tahu siapa Keinan yang merupakan seorang dosen muda ganteng yang memang menjadi topik terpanas di kampus ini. Meskipun sebenarnya Sarah belum pernah diajar secara langsung dengan Keinan.“Kalian berdua ikut saya ke ruangan saya!” ucap Keinan dingin dan berlalu begitu saja.Seperti kerbau yang dicolok hidungnya, Keira dan Sarah langsung mengikuti langkah Keinan.Sekarang mereka berakhir di ruangan segi empat yang tidak terlalu besar milik Keinan Sanjaya.“Jadi, sebenarnya kenapa kalian sampai berkelahi seperti anak kacil begitu?” tanya Keinan sambil me