Keinan dan Keira sekarang sudah tiba di rumah tepat saat waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Keinan sempat menghentikan mobilnya di masjid saat azan maghrib tiba. Sehingga hari itu akhirnya Keira kembali shalat lagi. Meskipun ya memang masih bolong-bolong. Keira shalat jika ingat saja.Sekarang Keinan sejak tadi hanya diam di depan Keira padahal Keira sudah siap dengan hukumannya. Maksudnya bukan Keira siap untuk dicium tapi dirinya sudah menyiapkan mentalnya untuk dibuat jantungnya berpacu cepat lagi.Keira mencuri-curi pandang ke arah Keinan yang sedang sibuk mengerjakan sesuatu di laptopnya.‘Ini bapak-bapak sebenarnya jadi mau hukum gua nggak sih? Ada istri secantik ini malah dianggurin sama dia. Mana aku malah diduakan sama laptopnya,’ batin Keira melirik tajam ke arah laptop Keinan.Keinan yang sejak tadi merasakan tidak enak dengan pandangan menghunus Keira pun menyudahi aktivitasnya.“Kamu kenapa Ra?” tanya Keinan.“Ya Bapak yang kenapa lah? Maksudnya Mas yang kenapa?” tany
Keira saat ini sudah berdiri di depan pintu ruangan Keinan. Entah kenapa, Keira justru merasa ragu untuk mengetuk pintu itu. Pasalnya, Keinan terlihat disengaja saat memberikan tugas tadi malam. Keira curiga jika ini adalah akal-akalan Keinan saja untuk membuat hukuman tambahan bagi Keira.Keira menghembuskan napas lesu. Sebelum dirinya memutuskan untuk mengetuk pintu ruangan itu.Tok tok tok.“Masuk!” Terdengar suara Keinan menyahut.Keira menghembuskan napas lagi mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan Keinan.“Siang Pak!” sapa Keira saat masuk di ruangan Keinan.Keinan mendongak dan melihat sosok Keira yang datang dengan senyum terpaksa. Keinan semakin ingin mengerjai Keira saat ini.“Duduklah!” perintah Keinan yang langsung dilaksanakan dengan Keira.Setelah Keira duduk, Keinan justru hanya mendiamkan Keira dan mengecek tumpukan kertas-kertas di mejanya. Keinan menghiraukan keberadaan Keira.‘Sialan nih bapak-bapak! Sengaja banget buat gua nunggu dia kaya gini,’ dumel Keira da
Setelah kecupan dari Keira yang mendadak itu Keinan jadi tidak bisa memejamkan mata sama sekali. Rasanya, dirinya seperti masih merasakan kenyalnya dan sedikit basahnya pipinya bekas bibir Keira saat ini.“Ah,” desahan napas keras keluar dari bibir Keinan.Keinan memandang langit-langit kamar dan malah dirinya melihat Keira yang sedang tersenyum manis di sana.“Hah, sepertinya aku udah mulai gila.” Keinan menutup matanya dengan lengan kirinya.Saat dirinya menutup mata pun, justru bayangan Keira yang sedang gugup dengan wajah imutnya yang muncul.“Hah!” teriak Keinan sambil bangkit duduk.“Nggak mungkin kan aku jadi suka sama bocah ingusan kaya gitu!” ucap Keinan yang berusaha menyangkal kata hatinya.“Tapi dia istri kamu lho,” ucap setan lain di pikiran Keinan.“Bener, kamu mau suka bahkan mau melakukan hubungan layaknya suami-istri pun sah-sah aja,” tmpal setan lain di pikirannya.“Hush hush!” ucap Keinan mengusir segala pikiran yang tidak masuk akal di otaknya.“Ingat, kamu nikah d
“Makasih ya, Sat!” ucap Keira kepada Satya yang sudah mengantarkannya pulang.Ya, hari ini Keira memang tidak menggunakan motornya seperti biasa. Keira tadi hanya memesan ojol untuk mengantarkannya ke rumah Winda dan jalan-jalan ke mall tadi menggunakan mobil Winda. Sehingga saat pulang justru Satya yang menawarkan diri untuk mengantarkan Keira pulang.“Iya, sama-sama. Apasih yang enggak kalau buat lo,” ucap Satya.Ya, Satya sebenarnya ingin menggunakan aku-kamuan dengan Keira, tapi beberapa hari yang lalu Keira dengan tegas melarang Satya melakukan itu.“Sat, tolong jangan pake aku-kamu kalau ke gua. Banyak orang salah sangka ke kita berdua,” ucap Keira saat itu yang sedang duduk berdua saja dengan Satya.Keira mengajak Satya untuk bertemu dengannya di sebuah café selepas kuliah selesai. Hal itu karena tanpa Keira sengaja dengar. Rumor bahwa Keira dan Satya adalah sepasang kekasih sudah menyebar di kampus. Bahkan, adik tingkat saja ada yang tahu. Sehingga semakin banyak cewek yang me
“M-maksud Bapak, cium bibir?” tanya Keira ragu.“Iya, boleh kah?” tanya Keinan yang semakin mendekatkan wajahnya dengan Keira.Keira bahkan bisa merasakan hembusan napas Keinan yang semakin kasar. Bukan hanya Keira yang gugup, Keinan juga gugup. Meskipun umurnya sudah hampir 27, tapi dirinya juga belum pernah melakukannya dengan perempuan mana pun.Keira menutup matanya saat melihat wajah Keinan yang semakin dekat. Begitu juga dengan Keinan yang menutup matanya saat melihat jika Keira tidak menolaknya.Perlahan dan semakin perlahan Keinan mendekatkan bibirnya. Lalu, Keira bisa merasakan bibir mereka menyatu sempurna. Awalnya hanya menempel, tapi lama-kelaman berubah menjadi lumatan yang semakin membuat suhu di tubuh Keira meningkat drastis. Buktinya wajah Keira sampai memerah seperti kepiting rebus.Saat dirasa napas Keira sudah semakin menipis. Keinan melepas pangutan itu dengan perlahan dan masih belum menjauhkan wajahnya dari Keira. Keinan membiarkan dahi mereka masih menempel satu
Keinan makan pagi dengan gerakan yang sangat tidak manusiawi pagi itu. Keira yang melihat hal itu hanya mampu meringis dalam diam.“Maaf Pak. Kan biasanya Bapak juga udah bangun pagi. Jam berapa tuh, sebelum jam 4 kan. Buat shalat malam. Tapi kan tadi malam Bapak juga nggk bangun,” jelas Keira yang sebenarnya tidak mau disalahkan.Keinan menatap Keira masih dengan pandangan tajamnya.‘Memangnya siapa yang membuat aku sampai nggak bisa tidur hampir semalaman. Sekalinya tidur malah mimpi kaya gitu,’ dumel Keinan dalam hati.“Pak, ya maaf lah,” ucap Keira lagi seraya memohon.“Pak.” Keira menggoyang-nggoyangkan lengan Keinan.Keinan yang diperlakukan seperti itu menatap Keira tajam. “Memangnya saya sapi kamu tarik-tarik,” judes Keinan.“Yaudah deh, aku dihukum lagi aja nggak papa. Asal Bapak nggak marah sama aku,” ucap Keira asal.“Beneran?” tanya Keinan menaikkan alisnya.“Bentar-bentar, hukumannya apa dulu?” ucap Keira mengantisipasi.‘Kayaknya Pak Keinan emang hobi buat hukum gua deh,
‘Mampus! Kayaknya gua emang cocok kalau dicap menantu paling buruk,’ batin Keira yang sebenarnya ketar-ketir.“Ra, ayo keluar!” ajak Keinan kepada Keira yang masih diam di dalam mobil. Padahal mobilnya sudah diparker dengan benar oleh Keinan.“Pak, ini nggak papa emang kalau beneran lagi kumpulan keluarga?” cicit Keira.Keinan memandang Keira dengan kening yang berkerut. Lalu, memposisikan badannya untuk menghadap ke Keira. “Ra,” memegang tangan Keira. “Saya kan ada di samping kamu. Kamu nggak perlu takut,” ucap Keinan mencoba meyakinkan Keira.Keira yang masih terhipnotis dengan tindakan Keinan itu hanya mampu diam. Lalu, entah perginya ke mana rasa gugup bercampur takut itu. Karena sekarang Keira tahu, Keira tidak sendiri. Ia bersama dengan Keinan, suaminya.Keira mengangguk dan tersenyum kemudian.“Ayo mas!” ucap Keira kemudian sambil menghembuskan napas pelan.“Kamu nggak perlu tegang. Coba lebih tenang deh,” ucap Keinan mencoba meredakan ketegangan Keira saat mereka berdiri di
“Ternyata ini kamar Pak Keinan,” ucap Keira setelah mendudukkan dirinya di kasur empuk itu.Tiba-tiba seseorang masuk ke kamar itu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Siapa?” tanya Keira.“Oh, Kak,” ucap Raka kikuk sambil menganggukkan kepalanya.“Ada apa ya?” tanya Keira.“Ehm, aku mau naruh tas ini kak.” Raka menunjukkan tas yang dibawa oleh Keira sebelum dirinya ke sini. Ya, karena memang sudah direncakan untuk menginap. Tentu saja, Keira sekalian membawa baju ganti. Lagian besok juga akhir pekan. Jadi, tentu saja Keira tidak perlu ke kampus.“Oh, yaudah taruh aja di situ,” tunjuk Keira ke meja tepat di samping pintu masuk.Jadi, kamar Keinan itu setelah pintu masuk langsung ada meja kecil di situ. Entah gunanya untuk apa. Mungkin untuk meletakkan handphone yang sedang diisi baterai kali.Raka meletakkan tas itu. Namun, dirinya tidak langsung pergi. Justru mendekati Keira yang sedang duduk di kasur itu.“Kak, kenalin aku Raka, adiknya Kak Keinan,” ucap Raka sambil memberikan ta