Share

Gugurkan Saja?

“Dua garis merah,” ucap Rachel dengan bibir dan tangannya gemetar tidak menyangka dengan apa yang sedang terjadi. 

“Tidak mungkin aku hamil,” ucap Rachel yang masih melihat test pack.

“Aku tidak paham mengapa ini bisa terjadi. Bagaimana bisa aku hamil?” Rachel berusaha untuk mencerna semuanya. Pergulatan kata terjadi di dalam isi pikirannya. Mencerna setiap keadaan dan setiap momen yang membuatnya sampai sejauh ini.

Untuk kebanyakan orang, tanda dua garis merah ini bisa menandakan sesuatu hal yang luar biasa. Sebuah momen yang sangat dinantikan oleh kebanyakan pasangan. Bahkan banyak pasangan yang rela mempertaruhkan segenap raga dan seluruh harta hanya untuk melihat tanda dua garis merah ini. Namun, tidak bagi Rachel. Tanda ini bisa menjadi kemalangan bagi dia. Bagaimana tidak? Tidak pernah dibayangkan sebelumnya dan tanpa persiapan apapun Rachel akan hamil. 

“Aku akan mengulanginya lagi!” ucap Rachel sambil menghembuskan nafas meyakinkan diri sambil melihat bayangan dirinya pada cermin dan berharap bahwa hasil dari test pack ini salah dan tes selanjutnya menunjukkan hasil sebaliknya.

Dengan terburu-buru, Rachel kembali lagi ke apotek untuk membeli semua jenis test pack yang dijual di sana. Tidak peduli entah itu test pack yang murah ataupun mahal dia akan membeli semuanya.

Rachel sudah tiba di apotek. Terlihat apotek sedang ramai dikunjungi oleh orang-orang dan di sana terdapat 2 orang penjaga wanita yang keduanya sedang sibuk melayani para pembeli. 

Rachel menunggu gilirannya. Sambil mengetuk-ngetuk rak dari kaca dengan kunci motornya yang ternyata terdengar oleh para pembeli dan juga penjaga. Pembeli di sebelahnya seorang perempuan paruh baya merasa aneh sekaligus khawatir dengan keadaan Rachel. Dengan penampilannya yang masih memakai seragam jas lengkap dan juga make up dan rambut yang masih acak-acakan.

Salah satu penjaga yang sudah selesai melayani pelanggan kemudian datang menghampiri pelanggan lainnya yang berada di sebelah Rachel. 

“Ada yang bisa saya bantu, Bu?” Tanya penjaga yang menggunakan pin nama Anggun itu. Namun, wanita paruh baya yang berada di sebelah Rachel meminta kepada penjaga apotek itu untuk mendahulukan Rachel yang terlihat sedang terburu-buru.

“Dahulukan saja perempuan itu, sepertinya dia sedang terburu-buru. Biarkan nanti saja saya setelah gilirannya,” ucap wanita paruh baya itu dengan senyuman lebarnya dan kemudian menunjuk ke arah Rachel.

Penjaga apotek itu menuruti perintah wanita paruh baya itu dan segera pindah ke arah Rachel. Belum sempat penjaga apotek itu bertanya tentang obat yang diperlukan oleh Rachel, Rachel langsung berbicara dan menyuruh penjaga apotek itu untuk membawakan semua alat test pack yang ada di apotek ini.

“Bu tolong beri saya semua jenis alat test kehamilan yang dijual di sini.” Ucap Rachel dengan matanya berputar melihat kesana kemari. Penjaga apotek itu penasaran dengan Rachel dan hendak bertanya tentang keadaannya karena merasa khawatir melihat wajah Rachel yang acak-acakan dengan make up yang masih berantakan disertai lipstick nya yang tak karuan seolah Rachel sedang dicampakkan oleh pasangannya. Namun, karena gerak-gerik Rachel yang terlihat sangat terburu-buru akhirnya penjaga apotek itu mengurungkan niatnya dan segera mengambil semua jenis alat test kehamilan yang ada terpajang di rak toko.

“Ada berbagai jenis alat test kehamilan yang kami jual, barangkali kakak mau…” Belum sempat penjaga apotek itu menyelesaikan perkataannya, Rachel langsung menyuruh untuk membungkus semuanya

“Saya beli semuanya Bu. Jadi tolong segera bungkus dan beritahu berapa total harganya,” ucap Rachel yang langsung kedua tangannya sibuk mencari ke setiap saku celana dan baju untuk mencari uang yang dirasanya tadi sudah disimpan di saku celana belakang.

Uang sudah ditemukan, penjaga toko yang sigap langsung membungkus semua alat tes kehamilan itu dan langsung memberikannya kepada Rachel. Tanpa berterima kasih, Rachel langsung memberikan uang itu kepada penjaga toko dan bahkan penjaga toko belum sempat untuk memberikan uang kembalian kepada Rachel, tetapi Rachel langsung melesat pergi.

Penjaga apotek itu melihat Rachel sampai Rachel benar-benar tidak terlihat. Wanita paruh baya yang sejak dari tadi memperhatikan mereka berdehem untuk menyadarkan lamunannya.

“Uhuk uhuk” Wanita paruh baya itu pura-pura batuk

“Eh iya saya lupa masih banyak pelanggan di sini,” penjaga apotek itu kemudian menghampiri wanita paruh baya dan langsung menanyakan kebutuhannya

“Ada yang bisa saya bantu, Bu?” Tanya penjaga apotek itu

“Sepertinya wanita tadi sedang hamil dan dia ingin mengetesnya. Dia bahkan membeli semua alat test pack yang ada di sini. Tapi jika dilihat dari raut wajahnya, itu bukanlah raut wajah orang bahagia akan kehamilannya. Itu raut wajah kekhawatiran. Sepertinya wanita itu hamil di luar nikah dan pasangannya tidak ingin tanggung jawab. Anak jaman sekarang sepertinya sudah tidak aneh melakukan hubungan intim sebelum nikah. Zamanku dulu sepertinya sudah diarak oleh warga. Oh iya aku jadi lupa berikan aku obat ibuprofen,” ucap wanita paruh baya itu

“Baik Bu tunggu sebentar,” penjaga apotek itu langsung melesat pergi mencari obat

Rachel memarkirkan motornya dengan sembarang dan langsung pergi ke kamar mandi. Setelah selesai membeli test pack, Rachel kembali lagi untuk mengurung dirinya di kamar mandi. Bungkus test pack berhamburan tak karuan di kamar mandi. Test pack dari yang termurah sampai yang termahal sudah semua dicoba. Tapi tetap saja hasilnya tidak ada yang berbeda. Semua menunjukkan dua garis merah. 

“Tidakk! Apa yang harus aku lakukan?” Ucap Rachel dengan kedua tangannya kembali gemetar kemudian menjenggut rambutnya sangat kuat sampai kulitnya pun ikut terangkat dan membuat matanya menyipit karena tertarik. Dia tidak pernah membayangkan bahwa dia akan hamil dalam keadaan seperti ini.

“Ya Tuhan bagaimana bisa aku tidak bisa mengingat sosok siapa ayah dari bayi ini. Tuhan cabut saja nyawaku sekarang aku tidak sanggup menghadapi ini semua.” Lirih Rachel dengan pasrah. Dalam keadaan seperti ini, di mana dia harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa dia sedang hamil, Rachel juga dihadapkan dengan kenyataan bahwa ayah dari bayi ini masih belum diketahui identitasnya. 

“Aku hanya pernah tidur sekali dengan seorang pria yang aku temui saat berada di bar. Bagaimana bisa hanya dengan sekali tidur aku bisa langsung hamil?!” pertanyaan bodoh Rachel! Pertanyaan macam apa itu yang baru saja keluar dari mulut seorang Rachel. Tentu saja jika hanya sekali berhubungan badan dan tidak menggunakan pelindung maka sperma akan tetap masuk sehingga akan ada janin yang tumbuh.

Rachel lupa bahwa yang harus disalahkan dalam kejadian ini bukan hanya dirinya seorang. Tentu saja ada seorang pria yang memberikan spermanya ke dalam perutnya. Sudah pasti bahwa pria itu adalah pria yang ditemuinya di sebuah bar malam itu.

Sial! bahkan lebih parahnya Rachel belum yakin dengan sosok ayah dari bayi ini. Rachel tidak ingin menemui pria itu lagi!

Dengan tangannya yang masih gemetar, Rachel mencoba untuk membersihkan bungku-bungkus test pack yang sudah berhamburan tak karuan di lantai. Dengan pikiran yang entah kemana dan dengan pandangannya yang masih kosong, tiba-tiba Rachel berpikir sebuah ide gila.

“Apakah aku gugurkan saja bayi ini?” 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status